- Beranda
- Komunitas
- Cinta Indonesiaku
Senyum Merekah Tujuh Belas Agustus Di Desaku


TS
monicamey
Senyum Merekah Tujuh Belas Agustus Di Desaku

Dua puluh tahun lalu merupakan hari yang tidak bisa saya lupakan. Seluruh penduduk desa terutama anak-anak sudah sibuk sejak pagi tak terkecuali saya juga. Kami sibuk menyiapkan acara yang akan diselenggarakan sehari penuh di lapangan sepak bola dekat perumahan kami.
Para ibu memasak untuk makan malam nanti, rasanya suasana kala itu sungguh menyenangkan. Tidak ada perbedaan, semua menjadi satu dalam acara tersebut. Saya dan lainnya ikut lomba yang selalu rutin diadakan tiap tahunnya.
Saya dan anak-anak lainnya sudah berkumpul di lapangan, kami senang jika lomba apalagi memenangkan hadiahnya walau hadiah yang diperoleh tidak besar dan mewah, kami tetap menerima. Kebetulan hari itu, saya dan lima teman ikut lomba makan kerupuk.
Panitia sudah membentangkan tali yang nantikan akan dibuat untuk menggantung kerupuk. Waktu itu kerupuknya besar, entah dapat dari mana. Kami disuruh menghabiskannya dalam waktu dua menit saja dengan tangan terikat dan mata yang ditutup. Kami kesusahan melakukannya apalagi kerupuknya ditaruh agak tinggi.
Spoiler for makan kerupuk:
Dan apa yang terjadi? Tidak ada di antara kami yang bisa memakannya sampai habis. Saat penutup mata dibuka, kami tertawa. Bentuk kerupuknya bukan lagi bulat, gigitan kami persis seperti tikus.
Baru lomba makan kerupuk yang dilakukan kakak-kakak, ada yang mampu menghabiskan. Keseruan lainnya tidak berhenti di sana saja. Untuk adik-adik yang usianya lima tahun sampai tujuh tahun ada lomba menggambar.
Lomba berikutnya berjalan sambil menggunakan kelereng di sendok yang ditaruh di mulut. Jangan sampai jatuh, karena kita akan diulang dari awal. Kali ini saya dapat juara tiga. Hadiahnya dapat uang sepuluh ribu. Dua puluh tahun, uang itu sudah banyak bagi anak kecil seperti saya.
Spoiler for lomba kelereng:
Saya hanya ikut tiga lomba saja, yang terakhir adalah lomba balap karung dan saya kalah. Tidak apa-apa, karena menurut kami ini seru.
Spoiler for balap karung:
Saat siang hari, kami istirahat sejenak untuk makan siang di tengah lapangan. Kami berbaur bersama, orang tua dan anak-anak berkumpul menikmati makanan yang sudah disiapkan para ibu.
Selesai makan, panitia lainnya menyiapkan cara berikutnya yang tak kalah seru. Nah ... yang ini khusus untuk orang dewasa. Lombanya ada dua saja yaitu menangkap belut dan panjat pinang.
Bapak-bapak menangkap belut dengan mudahnya, beda hal dengan ibu-ibu. Ya, kalian tahu sendiri, bukan? Jika para ibu akan menjerit histeris sambil melompat karena tidak bisa menangkap belut yang licin. Kegaduhan terjadi saat ada belut jatuh di tanah dan membuat si ibu itu menjerit mengeluarkan kata yang lucu. Ternyata beliau itu latah. Kami semua tertawa.
Spoiler for tangkap belut:
Bagian yang menyenangkan ketika lomba panjat pinang. Saking licinnya, bapak-bapak sampai terjatuh. Saat itu hadiahnya uang yang ditaruh di amplop, voucher makan dan salah satu amplop berwarna putih yang isinya berupa tulisan "Televisi". Si televisi tidak bisa ditaruh di atas, takut jatuh akhirnya dipilih cara seperti itu.
Di antara tiga tiang, yang berhasil hanya satu grup saja yang terdiri dari tiga orang. Maklum penduduk di desa saya saat itu tidak sebanyak sekarang. Meskipun ada yang kalah, hal itu tak berarti membuat mereka iri. Justru yang ada malah kebahagiaan.
Spoiler for panjat pinang:
Menjelang sore kami berkumpul lagi di tengah lapangan setelah istirahat satu jam. Di sana diselenggarakan panggung bernyanyi. Ya terserah mau bernyanyi apa, karena ini bagian terakhir dari acara Tujuh Belas Agustus.
Kami bersenang-senang malam itu. Ada yang bernyanyi dan berjoget. Ada yang melawak agar membuat kami tertawa. Para pelakon lawak adalah bapak-bapak yang panjat pinang tadi dengan ibu yang latah tersebut.
Makan malam kami dimasak oleh para ibu yang tidak ikut lomba sejak pagi. Mereka sibuk menyiapkan makanan yang lezat. Belut yang tadi ditangkap dijadikan masakan.
Para bapak juga ibu berkumpul dan berbincang. Sedangkan anak-anak bermain kembang api. Bagi saya dan teman lainnya tak melewatkan kesempatan ini, karena kapan lagi kami bisa bermain sepuasnya dan di malam hari.
Kami para warga melewati acara tersebut dengan hati yang senang. Senyum merekah yang tak bisa saya lupakan walau kejadian itu sudah lama. Jika mengingat peristiwa itu, saya ingin kembali lagi ke acara tersebut. Sejak keluarga pindah, saya tidak bisa lagi merasakan acara Tujuh Belas Agustus yang penuh semarak dan keceriaan.
Saya berharap pandemi ini segera pergi agar kami bisa berkumpul merayakan kemenangan kemerdekaan Indonesia.
Spoiler for sumber:
=Tamat=
Surabaya, 12 Agustus 2020
Diubah oleh monicamey 12-08-2020 08:21
0
117
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan