Hadroh, adalah sebuah seni musik Islami yang sudah ada sejak zaman dahulu. Sebenarnya Hadroh sendiri memiliki arti kehadiran, bukanlah sebuah karya seni musik. Untuk karya seni musik islaminya diberi nama Mawalan.

Berbicara mengenai hadroh, ane pernah ada kenangan di tahun 2018 menjelang HUT RI KE-73.
Pada saat itu ane dipercayai menjadi salah satu pelatih hadroh ibu-ibu di desa Suka Jaya, desa tempat ane tinggal.
Latihan hadroh ibu-ibu tersebut diadakan untuk mengikuti lomba 17 Agustusan yang diadakan oleh Kecamatan Gunung Agung, dengan peserta seluruh desa yang ada di kecamatan tersebut.

Perlombaan hadroh diadakan pada tanggal 15 Agustus 2018, sedangkan informasi disampaikan ke desa-desa pada tanggal 3 Agustus. Jadi ada sekitar 11 hari latihan sebelum acara lomba!

Karena peserta semua Emak-emak, tentu ribet sudah tidak diragukan lagi.
Kengeyelan-kengeyelan selalu saja ada mewarnai latihan hadroh yang diadakan setiap malam setelah isya'.

Tapi karena rasa semangat dari para Emak-emak muda itu, para pelatih pun juga ikut bersemangat.
Pelatih yang terdiri dari tiga orang, semua ikut membantu mengarahkan Emak-emak mengenal dan membunyikan kunci dasar alat hadroh.

Belajar sekitar satu minggu, semua Emak baru bisa menghafal kunci dan membunyikan alat hadroh.
Dan seminggu selanjutnya yaitu mempelajari lagu wajib yang akan dilombakan!

Acara latihan dapat dikatakan lancar, peralatan dan kostum seragam juga sudah disiapkan oleh ibu PKK dan Bapak Kepala desa. Semua berbagi tugas demi kelancaran acara lomba tersebut.

Pagi tanggal 15 Agustus 2018, Emak-emak pada sibuk berdandan.
Sedangkan ane sebagai pelatih hanya tinggal kebagian tugas untuk menyiapkan alat hadroh, mengatur sound di alat hadroh dan membentuk tempat serta formasi saat tampil nanti.

Saat Emak-emak dan alat hadroh sudah siap semua, Pak Camat Gunung Agung sudah siap dan datang untuk menyaksikan perlombaan. Dan karena Bapak Camat tersebut adalah warga aslu desa ane, yaitu desa Suka Jaya maka kami pun mengajaknya untuk foto bersama.

Acara lomba dimulai pada jam 08:00 pagi, dan selesai sore sehabis asyar.
Pengumuman langsung dilakukan setelah juri melakukan penjumlahan nilai!

Tidak sabar ane dan para emak-emak menunggu pengumuman, dan kali ini juaranya tidak hanya juara 1-3, tapi sepuluh besar.
Dan diumumkan dari 10!

Dari sepuluh besar, kami harus puas dengan juara ke tiga.
Kalah dengan desa tetangga yang memang penampilan dan persiapannya lebih maksimal.

Tapi meskipun begitu, ane dan semua Emak-emak tetap bangga. Karena hasil kerja keras latihan selama sebelas hari membuahkan hasil!

Lomba hadroh dalam rangka menyambut hari kemerdekaan ke 73 itulah yang menjadi kenangan paling berkesan bagi ane.

Penuh dengan rasa perjuangan, dan Kekeluargaan.
Menjadi pelatih hadroh demi Emak-emak desa Suka Jaya!

Oke, itulah tadi GanSis kenangan ane yang berkesan dengan 17 Agustusan.
Mudah-mudahan pandemi ini lekas berakhir, dan kita dapat kembali menyambut serta merayakan hari kemerdekaan Negara kita tercinta Indonesia