nasgorbabiAvatar border
TS
nasgorbabi
Jangan Takut Resesi! Amerika Serikat Saja Pernah 33 Kali
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial dalam negeri menghijau pada perdagangan Kamis kemarin, China mengirim kabar gembira dengan kebangkitan ekonominya. Sementara dari dalam negeri Bank Indonesia (BI) memutuskan kembali memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate.

Tetapi, terselip kabar kurang sedap, Bank Dunia (World Bank) memprediksi perekonomian Indonesia tidak tumbuh alias 0% di tahun ini. Bahkan ada kemungkinan mengalami resesi.

Tetapi jangan takut, dalam siklus ekonomi resesi sebenarnya adalah hal yang biasa. Negara Adikuasa sekelas Amerika Serikat (AS) saja sudah puluhan kali mengalami resesi.

Yang berbeda, kali ini resesi berisiko terjadi dimana-mana, secara global, akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Tapi sekali lagi, jangan takut! China sudah menunjukkan bisa segera bangkit dari keterpurukan.

Isu resesi dan kebangkitan ekonomi China masih akan mempengaruhi pasar keuangan Indonesia, begitu juga dengan perkembangan terbaru vaksin virus corona serta sinyal suku bunga dari BI yang akan dibahas pada halaman 3 dan 4.

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,44% ke 5.098,374. Yang lebih menggembirakan lagi investor asing akhirnya melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 184,49 miliar di pasar reguler.

Sementara jika digabungkan dengan pasar non-reguler net buy tercatat sebesar Rp 123,76 miliar. Total nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia sebesar Rp 6,9 triliun.

Saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan beli bersih sebesar Rp 71 miliar dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 201 miliar.

Sementara saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 25 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 41 miliar.

Dari pasar obligasi, harga Surat Utang Negara (SUN) juga menguat yang terlihat dari penurunan imbal hasil (yield). Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harganya, saat harga naik yield bergerak turun, dan sebaliknya. Yield SUN tenor 10 tahun kemarin turun 1,3 basis poin (bps) menjadi 7,053%.

Rupiah kemarin mengalami pergerakan yang fluktuatif, menguat di awal perdagangan sebelum merosot hingga ke Rp 14.620/US$. Tetapi di akhir perdagangan berhasil menguat tipis 0,1% ke Rp 14.560/US$.

Tepat saat perdagangan Indonesia dibuka, Pemerintah China melaporkan data produk domestic bruto (PDB) kuartal II-2020, yang tumbuh 3,2%. Data tersebut resmi menandai kebangkitan ekonomi China setelah mengalami kontraksi alias minus terburuk sepanjang sejarah di kuartal I-2020.

Sementara itu, dari dalam negeri, BI mengumumkan memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4%. Tetapi ada indikasi jika BI tidak akan memangkas suku bunga lagi, sehingga rupiah yang sebelumnya melemah berbalik menguat.

https://www.cnbcindonesia.com/market...pernah-33-kali

Ngapain takut resesi, amerika aja yg udah 33 kali kena resesi santai aja tuh emoticon-Cool
dibawa slow saja emoticon-Cool
0
475
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan