Kaskus

News

dewaagniAvatar border
TS
dewaagni
Mengejar Bantuan Covid-19 untuk Orang Rimba
Mengejar Bantuan Covid-19 untuk Orang Rimba





Konten Redaksi Jambi Kita


Mengejar Bantuan Covid-19 untuk Orang Rimba
Seorang perempuan tua dari komunitas adat Kubu Lalan atau Suku Anak Dalam Yusnani berada di rumahnya di tepi Desa Tanjung Lebar, Kecamatan Bahar Selatan, Kabupaten Muaro Jambi. (Foto: Suwandi)

Jambikita.id- Deretan rumah papan beratap seng tampak menua dan rapuh. Dari rumah kecil muncul Perempuan tua dengan langkah gemetar menuruni anak tangga. Kulitnya bewarna hitam dan keriput dengan sorot mata yang lemah. Semburan senyumnya indah bercampur lelah.



ADVERTISEMENT

Perempuan tua itu bernama Yusnani. Tinggal di tepi hutan dekat Desa Tanjung Lebar, Kabupaten Muaro Jambi. Sebuah tempat hamparan sawit transmigrasi. Dia pun kecipratan berondol atau buah sawit yang terjatuh saat dipanen. Dalam sehari sekitar 5 kilogram terkumpul, dengan harga seribu sekilo.



Sayangnya, panen tidak setiap hari. Jika sedang tidak memutik berondol, dia ke hutan untuk mencari makanan atau ke sungai mencari ikan.



"Saat tidak punya uang belanja, aku pergi ke hutan, memetik pucuk rotan dan itulah yang dimakan dengan garam," kata Yusnani dengan bening kristal menumpuk di sudut matanya, Selasa (21/7/2020) lalu.



Ia menarik nafas dalam-dalam, saat membayangkan nasib cucunya ke depan. Sebab hutan adat telah hilang. Mereka nantinya, kata Yusnani bertahan hidup tanpa ladang dan pendidikan. Sekarang saja sudah menderita.



ADVERTISEMENT

Depati Kubu Lalan yang juga menantu Yusnani, Jupri menceritakan Suku Anak Dalam (SAD) atau Kubu Lalan sangat kesulitan mencari makan. Selain dilarang membuka ladang oleh pemerintah, aparat kepolisian dan perusahaan. Mereka mengaku takut keluar dari hutan karena pandemi COVID-19.



Ketakutan kepada COVID-19 membuat mereka di rumah. Mereka ragu memakan satwa liar hasil buruan. Kabar angin mengatakan hewan membawa virus. Kemalangan kian menyayat, kala babi hutan tak laku di pasaran. Pekerjaan pun bergantung mencari ikan.



Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas bernasib serupa. Mereka kesulitan mencari pangan saat pandemi COVID-19.



Direktur KKI Warsi, Rudi Syaf menuturkan untuk menghindari COVID-19, Orang Rimba menjalani tradisi besesandingon. Besesandingon adalah tradisi menjaga jarak Orang Rimba dengan masuk jauh ke dalam hutan dan tidak berinteraksi dengan orang asing.



ADVERTISEMENT

Saat besesandingon Orang Rimba terbelah dalam tiga tempat, yakni hutan TNBD, perkebunan sawit dan hutan tanaman industri. Semua tetap bergantung dengan alam. Hidup dari berburu dan meramu. Sedikit kelompok yang bercocok tanam sederhana.



Saat berada dalam hutan, sambung Rudi, Orang Rimba masih mampu memenuhi pangan, dengan memakan gadung dan ubi. Kalau ubi tinggal direbus. Tetapi kalau gadung harus diolah tiga hari di darat dan tiga hari dalam air. Apabila salah mengolah maka akan keracunan atau mabuk gadung.



Sebagian besar Orang Rimba tinggal di kebun sawit dan hutan tanaman industri. Nah, tempat ini miskin sumber pangan. Ditambah hasil buruan tidak laku. Mereka hanya bergantung pada penjualan karet. Harganya itu Rp2.000-3.000 per kilogram.



ADVERTISEMENT

Ditolak Pemda



Sore itu, pertengahan bulan Juli, panas menyengat. Arief Munandar, Kepala Dinsos dan Dukcapil Provinsi Jambi menolak usulan Orang Rimba masuk dalam daftar penerima bantuan, skema Jaminan Pengaman Sosial (JPS) produk pemerintah daerah.



“Tidak bisa. Usulan yang masuk kita tolak. Kita telusuri betul, ini ia punya NIK atau tidak. semua ada aturan. Dalam penyaluran JPS kita dipantau inspektorat dan aparat hukum,” kata Arief.



Penyaluran bantuan ke masyarakat umum memang ada yang tumpang tindih. Begitu banyak bantuan yang mengalir ke masyarakat. Secara aturan mereka memang berhak, karena memiliki NIK. Berbeda dengan Orang Rimba yang belum mengantongi NIK.



Ia juga mengakui bantuan dari Pemda mengalami gagal salur 457 orang. Kegagalan ini karena banyak penerima yang dobel dengan bantuan dari pemerintah pusat. Penerima tidak berani lalu mengembalikan ke pemerintah desa setempat.



ADVERTISEMENT

Tidak hanya gagal salur, bantuan pemerintah daerah yang berhasil disalurkan hanya 27.731 orang dari kuota yang dianggarakan sebesar 30.000 orang. Selisihnya cukup besar memang, sambung Arief.



Sebenarnya Arief mau memecah bantuan dan menyalurkan ke Orang Rimba. Dampak dari gagal salur dan tidak terpenuhi kuota bantuan pemerintah daerah, paket bahan pangan mulai rusak, karena sudah sebulan ditumpuk di gudang Bulog. Hanya saja dia menunggu Orang Rimba memiliki NIK.



“Kalau Orang Rimba yang ada di Jambi ini punya NIK. Tentu pemerintah daerah dengan senang hati mau membantu. Kalau belum kan repot. Kita tidak tahu juga mereka ada dimana,” katanya dengan tegas.



semoga aja cepat berakhir pandemi ini 
0
282
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan