- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kuliah Daring Malah Bikin Pusing


TS
BangJoks
Kuliah Daring Malah Bikin Pusing

Semenjak munculnya korona, masalah-masalah langsung bermunculan hingga membuat kita semua harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Larangan untuk berkumpul sungguh menyiksa batin semua orang, terutama bagi kawula muda yang hidupnya terbiasa untuk bergosip ria di cafe-cafe kekinian. Bagi mahasiswa seperti saya, tantangan terberat adalah harus dilaksanakannya kuliah secara online. Memang hal tersebut diterapkan pemerintah untuk memutus rantai penularan, tetapi kendala yang harus dihadapi saat perkuliahan online sungguh rumit.
Mahasiswa diberikan materi dalam bentuk file yang tentu saja sebagian besar orang memilih untuk tidak membacanya sama sekali. Selain karena minat baca yang rendah, kita terbiasa belajar ketika diberi paksaan entah oleh guru ataupun dosen. Bila tidak ada desakan untuk belajar, bisa dipastikan materi berupa file tersebut hanya akan dibuka saat ujian online berlangsung. Namun bagi mahasiswa teladan, belajar merupakan suatu keharusan. Tetapi dengan keajaiban kuliah daring, indeks prestasi bukan ditentukan oleh diri sendiri. Kekuatan sinyal serta jumlah kuota berbanding lurus dengan nilai yang akan didapat.

Banyak sekali teman-teman saya yang bertempat tinggal di desa merasa sengsara akibat kuliah daring. Ada yang terpaksa mencari sinyal ke pinggir jalan raya, rumah tetangga, hingga sampai naik keatas pohon. Sudah barang tentu dosen tidak akan perduli dengan dimana anda tinggal, yang penting ketika deadline tugas sudah terkirim di email mereka. Walaupun pada akhirnya kampus bermurah hati untuk memberikan kuota internet, apa gunanya kuota melimpah ruah bila sinyal saja tidak tersedia.
Sosial media seketika dipenuhi keluhan-keluhan dari para mahasiswa bernasib malang ini, tapi apalah daya suara mereka hanya bisa diutarakan melalui dunia maya. Tidak kehabisan akal, mereka melakukan aksi secara online. Trending topic dipenuhi oleh keluh kesah mahasiswa dari masalah kuota internet yang tidak kunjung diberikan hingga menuntut keringan terhadap Uang Kuliah Tunggal (UKT). Seharusnya yang harus diberikan perhatian lebih adalah teman-teman yang kesulitan mengakses internet, mereka tetap berusaha mengikuti perkuliahan walau berbagai kendala harus mereka hadapi.

New normal yang kini diberlakukan seperti sebuah angin segar bagi mahasiswa, harapan untuk kuliah seperti biasa didengungkan agar bisa dilihat oleh para pembuat kebijakan. Bagai petir yang menyambar, menteri pendidikan mengumumkan bahwa kegiatan pembelajaran di pendidikan tinggi tetapi dilaksanakan secara daring. Kuliah online yang begitu menyulitkan harus dijalani sekali lagi dan entah kapan akan normal kembali.
Padahal semua orang sudah mulai beraktivitas seperti biasa, bahkan anjuran physical distancing yang sudah ratusan kali diperintahkan sudah tidak lagi dipedulikan. Tempat ibadah juga kembali dibuka dengan memperhatikan protokol kesehatan, lalu kenapa institusi pendidikan tidak melakukan hal yang sama. Pendidikan dianggap bukan prioritas untuk dibuka kembali, padahal permasalahan mengenai pembelajaran jarak jauh tidak pernah diberikan perhatian khusus.

Tidak bisa dipungkiri bahwa di masa yang akan datang, pembelajaran secara online bukan merupakan hal asing lagi. Perkembangan teknologi yang demikian pesat membuat manusia sangat bergantung dengan alat seperti smartphone dan laptop. Kita dipaksa untuk mengejar perkembangan zaman walau keadaan ekonomi negara Indonesia belum bisa dikatakan merata.
Perlu rembuk bersama antara pemerintah, tenaga pendidik, dan peserta didik agar bisa dicari jalan keluar dari masalah yang saat ini kita hadapi. Tetapi sepertinya menteri pendidikan sedang asyik mengurusi program organisasi penggerak yang sekarang menjadi kontroversi karena ditentang berbagai pihak. Uang dengan jumlah milyaran tersebut kiranya lebih baik diperuntukkan untuk membantu mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh.

Saya sendiri sudah tidak mengunjungi kos tercinta selama hampir lima bulan lamanya. Walaupun kos tidak dihuni, kewajiban untuk membayar tentu saja tidak hilang. Kerinduan untuk kembali ke kampus memang sudah menumpuk, namun tetap tidak ada tempat yang lebih nyaman selain rumah sendiri. Dengan adanya kuliah daring, saya bisa berkumpul dengan keluarga, makan pun tidak perlu bayar. Tidak perlu pusing untuk mengirit uang, namun tetap pusing menghadapi perintah dosen yang dengan adanya perkuliahan online tugas semakin sulit. Entah kapan pandemi ini dapat berlalu, semoga mahasiswa-mahasiswa lain diluar sana masih sanggup menghadapi situasi ini.
0
412
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan