tusammasbaltairAvatar border
TS
tusammasbaltair
PERSAHABATAN BERDARAH



Prolog

-KREEEK-
Suara rengekan engsel jendela membangunkan Nadira yang terlelap di balik selimut lembutnya. Namun ia berusaha kembali terlelap dan mengabaikan suara itu.

-KREEEK-
Lagi-lagi suara rengekan itu kembali menyapa gendang telinganya.

"Ini sudah yang kesekian kalinya,"
Jam dinding biru yang terus berdetak di tembok sebrang ranjangnya menunjukkan pukul dua dini hari, dimana Nadira tak kan pernah bisa tidur pada saat-saat itu.

Anggin yang dingin menyeruak masuk memenuhi ruangan, membawa semerbak aroma khas tanah basah bercampur mawar menyeruak di hidung Nadira. Bukan pertanda hujan, namun apa yang selalu membangunkannya pukul dua dini hari berusaha membangunkannya.

"Revan!, please jangan ganggu aku setiap hari!, aku ingin istirahat Van." Suara Nadira nampak meninggi, ia benar-benar kesal dengan Revan. Yah, Revan. Dia adalah penyebab suara dan aroma yang sedari tadi menganggu Nadira.

"Van, aku sudah bilang padamu, aku akan mencari sebab kematian mu. Tapi ku mohon Van, izin kanlah aku beristirahat supaya besok aku bisa fokus."

Yah Revan memang seorang remaja yang sangat tampan, badannya yang atletis juga wajahnya yang manis tentu akan memikat siapapun yang melihatnya, namun itu dulu. Karena sekarang hanya dua sahabatnya yang dapat melihatnya. Dan hal itu tidak berlaku untuk orang lain, karena sejatinya kini ia hanya sebatas arwah penasaran dan bukan manusia seperti kedua sahabatnya.

-KRIIING..KRINGG-
`Dering ponsel Nadira mebuatnya berhenti memarahi Revan. Dan ia sepontan melihat touchscreen yang tertera nomor sahabatnya yakni Rasya, sahabat Nadira dan Revan.

"Malam Ra, sorry malam-malam menelvon, aku hanya memastikan saja dirimu sedang bersama Revan. Aku ada di depan kamarmu." Suara di sebrang masih nampak begitu segar, berbeda dengan Nadira yang agak paru karena bangun tidur.

"Rasya?, sungguh kau ada di balik jendela?."

"Ia, aku di sini."

-TUUT-
Panggilan nampak di putus oleh Nadira, ia segera menyibak selimutnya dan bergegas membuka jenddela yang sebenarnya sudah sedikit terbuka karena angin yang di sebabkan kehadiran Revan tadi.

Rasya memang sahabat Revan dan Nadira, dan di antara mereka bertiga hanaya Rasya yang memiliki kelebihan sejak dulu mereka berteman.Sejatinya Rasya memang memiliki kelebihan indra ke enam yang dapat melihat mahluk-mahluk tak kasat mata yang tak lain termasuk juga dengan Revan yang sejatinya kini adalah arwah penasaran. Berbeda halnya dengan Nadira yang hanya bisa melihat Revan tepat jam dua dini hari, dimana waktu seolah berhenti. Nadira sendiripun tak mengerti mengapa hal itu terjadi yang membuatnya tak pernah bisa beristirahat dengan nyenyak di malam hari, meski dalam keadaan paling lelah sekalipun.

"Ada apa kau kemari?."

"Diam, aku sudah menemukan titik terang Revan kecelakaan dan masuk jurang pekan lalu, dan pelakunya adalah Rama, teman satu kelas kita. Polisi sudah menangkapnya, dan kau Revan, kau bisa pergi dengan tenang."

"...." Hening sesaat, hanya suara gemerisik dedaunan yang menemani ketiganya. Ada rasa sedih di hati Nadira, ia sungguh tak ingin jauh dari Revan, meski ia sering merasa terganggu, tapi hakikatnya ia pun tak ingin Revan pergi.

"Dengan alasan apa Rama mensabotase mobil Revan?."

"Karena ia mencintaimu Ra, dan dua hari sebelum kecelakaan itu menimpa Revan, kau menolaknya mentah-mentah demi Revan."

"Tapi aku tidak mencintainya Sya, dan bukankah Rama juga sahabat kita?."

"Tapi seharusnya kau pendam rasa mu jangan kau katakan jika kau mencintai Revan jika kau tau Rama mencintaimu. Sekarang persahabatan kita hancur, Revan meninggal, dan Rama di penjara. Apa ini yang kau mau?."

"Maafkan aku Sya." Air mata mengalir deras di pipi Nadira, begitu pula dengan Revan yang mencintai Nadira. Namun takdir berkata lain. Sejatinya Revan dan Nadira adalah dua insan yang terpaut dalam kisah persahabatan rasa cinta, namun keduanya harus terpisah sebelum Revan sempat meng ikrarkan janji pada Nadira.

"Maafkan aku Van,Van, Revan!," panggil Nadira yang menyadari Revan tak ada di ruangannya.

"Ra, Revan telah tenang di alam sana, ini untuk mu dari Revan," Ucap Rasya sedkit gemetar memberikan setangkai mawar merah di depan cermin yang menyimpan tukisan di lembaran daunnya.

"Jaga Nadira, dan cintai dia. Terima kasih sahabatku."
Sekuntum mawar kenangan itu sukses membuat air mata keduanya mengalir. Dan dari persahabatan empat sekawan itu kini tinggal mereka, semua hancur hanya karena cinta segi tiga.

Jika dalam aliran air berkaitan dengan cahaya matahari, maka mustahil tak tercipta lumut di dalamnya. Begitu pula persahabatan kelimanya yang mustahil jika murni kasih persahabatan saja, tentu suatu hari akan ada bumbu-bumbu cinta yang kam mewarnai, atau akan menghapus warna persahabatan mereka.
Diubah oleh tusammasbaltair 11-08-2020 17:32
adindaper25Avatar border
MichikoJauza88Avatar border
a9r7aAvatar border
a9r7a dan 13 lainnya memberi reputasi
12
3K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan