deandrawiraAvatar border
TS
deandrawira
TENGKULAK EDAN
#kisah Nyata

Dulu saat masih menjadi guru honor SD disebuah kampung wilayah Jawa Barat. Ada pengalaman yang sampai hari ini tidak bisa saya lupakan. Sebutlah nama kampung itu desa Cijambe.

Disana anak anak perempuan tak akan bersekolah lama lama,paling sampai kelas 4 atau akhir kelas 6 pun mereka sudah berhenti dengan berbagai alasan. Kadang ada yang pergi merantau ke Timur Tengah menjadi Tkw, ada pula yang turun ke sawah atau ke ladang sebagai buruh tani. Dan adapula yang menjadi Art di kota kota besar seperti Jakarta.

Pun begitu anak laki laki mereka, paling paling jadi tukang ojek atau kondektur mobil losbak sayur.

4 tahun saya mengajar disana, kebetulan jadwal kuliah yang hanya Jumat, Sabtu, Minggu, membuat saya bisa full berada disekolah. Alhmdulillah sejak ikut mengajar di SD tersebut saya sudah diamanahi sebagai wali kelas. Maklum saja guru di sekolah ini hanya 4 orang ditambah satu Kepala Sekolah.

Sekolah kami hanya 3 lokal saja, untuk bisa memisah kelas, jadi satu lokal kami sekat dengan papan triplek sehingga bisa berfungsi untuk dua tingkat di dalamnya. Alhamdulillah walau kelas kami bisa dikatakan lebih buruk dari pada gudang beras milik Haji Juned ( bandae beras terkaya di kampung) yang megah itu. Tapi pendidikan tetap berjalan dengan baik. Hanya saja guru yang mengajar harus bergantian memberi pengarahan, jika kelas 1 sedang menerangkan maka guru yg disebelahnya yakni kelas 2 harus diam, begitu sebaliknya. Karena suara kami tak kan kondusif jika sama sama gaduh.

Akses sekolah bagaimana ? Ini yang unik. Jalan menuju sekolah memanglah aduhai, naik turun bukit, pohon karet, belum lagibada sungai yang harus kita lintasi dengan jembatan tali seadanya. Kalau sudah masuk musim penghujan, kadang saya harus pulang dan pergi tanpa sepatu.

Selama mengajar jangan pernah membayangkan saya menjadi guru dengan dandanan yang rapi, pun begitu para muridnya. Hampir semua anak anak sekolah dengan sendal jepit. Baju seragam yang lusuh, dengan kancing yang sudah tak lengkap. Kalo diatas jam 9 bau harum kelas sudah berubah rasa dan aromanya. Nikmat sekali....

Dua tahun berturut turut menjadi wali kelas 6. Katanya guru SD itu kalo jadi walas 6 adalag kebanggaan tersendiri. Karena mempersiapkan kelulusan angkatan. Apalagi jika ada anak yang lulus dengan nilai yg baik.

Sebutlah namanya neng Esih. Dia siswi teladan di sekolahku. Sejak kelas 4 saya mengenal Esih. Anaknya rajin, cantik, dan rapih, bagian ini yang saya suka. Saat anak anak yang lain ke sekolah dengan rambut yang tampak kelimis dipagi hari saja. Neng Esih bisa tetap rapih sampai ia pulang sekolah. Anaknya cukup periang, ramah, dan berani.

Saya sering memberinya buku buku bacaan agar dia bisa menambah wawasan nya dan mau melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Neng Esih pun akhirnya semangat untuk melanjutkan SMP, setidaknya begitulah tekad nya. Dia jadi satu satunya murid kesayangan. Jujur saya banyak berharap pada neng Esih. Karena jika tahun ini kita mampu meluluskan anak dengan nilai terbaik, maka Dinas kabupaten akan sedikit banyak melihat sekolah kami dan berjanji akan segera merenovasi bangunan yang sudah tidak layak ini

Ya, anak anak disini sulit jika dibujuk untuk melanjutkan sekolah. Kesulitan akses keluar Desa, juga taraf ekonomi mereka yang menjadi faktor utama orang tua mereka pun enggan menyekolahkan ke tingkat selanjutnya. Bagi warga kampung ini, anak anak cukup bisa baca, menulis dan berhitung dasar saja. Sebagai modal berdagang, bertani, dan bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Waktu ujian akhir semakin dekat, kira kira tinggal 4 hari lagi, saya tak kalah deg deg an nya dengan anak anak. Setiap hari kuberi motivasi agar mereka semangat belajar. Namun hari ini saya tidak mendapati neng Esih di sekolah.

"Ujang, kamana neng Esih? " (kemana neng Esih?
Tanyaku pada ketua kelas.

" Duka atuh bu, da kamari saurna Esih mah moal sakola deui " (gak tahu bu, kemarin kata Esih dia gak mau sekolah lagi) jawab si Ujang

Perasaan ku tak enak hati. Sepulang sekolah kususul Esih kerumahnya. Diantar oleh beberapa siswa kami melintasi kebun jagung. Rumah Esih persis dikaki bukit, sangat jauh memang jarak yang harus ditempuh anak usia Esih.

Setiba dikampungnya nampak ramai sekali, banyak tamu dan ada suara musik dangdut khas orang yang sedang hajatan. Begitulah biasanya orang orang di kampung ini. Begitu miskin jika berurusan dengan pendidikan tapi akan berubah seperti orang berada jika urusan pesta dan dangdut.

Perasaan semakin tidak enak saat kami berada di depan rumah neng Esih, ternyata suara riuh dan orang orang desa itu adalah tamu yang datang ke rumah Esih.

"Aduh ibu punten henteu ngondang, sugan teh moal dongkap" (aduh ibu maaf saya tidak mengundang, khwatir tdk datang) suara ibu nya neng Esih menyambut kedatanganku seolah aku adalah tamu undangan.

Kulihat neng Esih dengan balutan baju pengantin tengah duduk dikursi pelaminan. Dengan lelaki paruh baya yang lebih pantas menjadi kakek nya, jika kutaksir usianya diatas 50 tahun.

Ada perasaan pilu, sedih, berbaur melihat neng Esih yang pura pura tersenyum menyambut kedatangan kami. Saya yang membayangkan dia menjadi lulusan terbaik tahun ini hanya bisa menelan ludah. Usaha keras satu tahun menghantar anak anak sampai di ujung batas kelulusan ternyata hanya isapan jempol. Siswi terbaik sekolah kami harus menikah diusia yang sangat muda. Neng Esih memeluk ku dengan erat, menumpahkan tangisnya. Kubalas pelukan nya, kucium kepalanya, serta ku ihklaskan dia menjalani yang belum tentu menjadi pilihan nya

Ternyata lelaki itu adalah seorang tengkulak dari kota. Konon ayah Esih punya hutang senilai 2,5 juta rupiah. Karena khawatir tak bisa membayar maka Esih lah yang menjadi alat pelunas hutangnya.
Diubah oleh deandrawira 03-08-2020 13:22
caturkristiyaniAvatar border
lsenseyelAvatar border
key.99Avatar border
key.99 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.1K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan