Indonesia sedang berduka ketika krisis covid menghantam, terlihat jelas pemerintah tak bisa bicara banyak, satu persatu rakyat tumbang entah itu karena covid atau rekayasa rumah sakit biar dapat subsidi bila ada pasien covid.

Entahlah, kalau sudah menyangkut soal duit apapun jalannya jadi halal. Para pemeluk partai bergandengan tangan dengan pemuka agama agar hal yang haram nampak abu-abu di mata rakyat, semua sudah biasa. Demi jabatan, pangkat dan kedudukan semua mamusia dari wong cilik hingga pemuka agama rela hidupnya digadaikan oleh uang.



Tapi eh tapi, ini Indonesia di tengah rakyat sekarat karena covid, permintaan smartphone semakin tinggi. Bukan rahasia lagi kehidupan manusia saat ini bergantung pada ponsel pintar, anak-anak yang harus bersekolah menggunakan sarana ponsel juga semakin membuat masyarakat mulai memburu ponsel pintar ini.

Maka baik dari online maupun saat ini mall besar sudah mulai dibuka, kehidupan perekonomian mulai berjalan. Yang menarik banyak mereka yang datang ke mall ingin membeli ponsel baru maupun bekas, berarti keuangan rakyat masih bagus tidak terlalu terdampak oleh covid yang sudah dianggap biasa.



Berbeda dengan otomotif atau yang sekarang adalah penjualan hewan Qurban, penjualan tidak sebagus di tahun sebelumnya. Namun ponsel pintar penjualannya seperti tak terkoreksi banyak, terkadang ada yang tukar tambah, ada yang ingin mencari ponsel terbaru yang lebih high end.

Apalagi ponsel China yang murah dengan kekuatan kualitas yang ditawarkan. Bukan rahasia lagi kalau ponsel buatan China kualitasnya sudah bagus dan mengungguli buatan Amerika hingga terjadi perang dagang dan memicu pandemi covid diseluruh dunia.

Hal yang sangat menarik ketika pandemi sedang berlangsung penjualan ponsel masih bisa bernafas, bahkan laris manis diburu banyak orang.



Menjadi sebuah pertanyaan besar dibenak saya, apakah masyarakat Indonesia itu kaya? Dipaksa hidup konsumtif biar terlihat kaya? Atau memang sudah menjadi gaya hidup untuk berhutang produk terbaru, biar ga diledek sama teman, tetangga, atau saudara?

Entahlah, hal yang membuat miris kalau disudut-sudut kota ternyata masih ada orang-orang hidupnya susah. Bahkan untuk makan saja masih senin kemis.




Sumber :klik,klik

Sumber gambar google