Menjadi karyawan yang berada diposisi yang biasa-biasa saja dengan gaji mendekati UMR memang mau tidak mau harus pintar-pintar menbelanjakan uang gaji, boro-boro mikirin nabung, bisa nabung dikala ada bonus atau riski diluar gaji baru bisa nabung meski terkadang juga disisihkan meski sedikit dari gaji, setiap bulan harus mikirin bayar kos / kontrak, uang pulsa, uang bensin, uang cuci pakaian dan kebutuhan pada umum nya, makin boros kalau diajak teman minum kopi dan kebutuhan lainnya tentunya uang makan.


Uang makan ini yang terkadang bisa di atur dengan menu yang sederhana alias di cukup-cukupin kalau udah tanggal tua, bisa di diibaratkan tanggal muda makan daging tanggal tua nasi sama krupuk, apalagi ketika bujangan yang lebih suka jajan dari pada masak sendiri, kadang masak tapi lebih banyak makan di luarnya (ini yang bikin boros). Ketika menjelang tanggal tua ini saat jajan memilih menu yang harganya miring atau makan dua kali aja (siang sama malam) sarapan paginya nya pakai roti atau sejenisnya kadang kopi-makanan ringan sama rokok aja (tapi sekarang dah nggak rokok lagi hehe), namun hal itu berbeda ketika sudah berkeluarga dan ada istri yang masak, yah meski masak sendiri belanja bahan disesuaikan dengan "bugjed" tentunya agar sampai ke gajian bulan berikutnya sukur-sukur ada lebih dan bisa di tabung sebagai dana cadangan.

Inilah nostalgia ane di kala itu ketika masih bujangan menjadi anak kos tentunya jadi anak rantau juga, sebenernya ini rahasia tapi untuk kaskus ane buka dikit dech, hehehe … waktu itu sehabis merampungkan kuliah (sukur bisa kuliah meski pas kuliah duitnya di cukup-cukupin juga),  waktu itu semangat cari kerja tujuannya agar hidup mandiri dan tidak bergantung sama orang lain (orang tua), namun nasib tidak semulus yang diharapkan karena beberapa tahun baru mendapat kerja meski sebelumnya sudah kerja namun penghasilan tidak sesuai harapan dan uang makan masih mengandalkan orang tua. Sekitar 2 tahun setelah lulus dapat kerja yang lumayan untuk menghidupi diri sendiri.


Kebiasaan kos waktu kuliah membuat ane terbiasa dengan kehidupan kos-kosan, karena sungkan jika ikut keluarga meski saat itu ada keluarga satu kota ketika merantau, meski sempat beberapa bulan ikut numpang saudara tersebut. Setelah memutuskan untuk kos ada konsekuensi bayar biaya kos, beli kebutuhan sendiri, seperti air minum, peralatan mandi, peralatan cuci-mencuci dan yang terlihat sehari-hari adalah biaya makan sehari-hari, karena menurut saya kalau masak malah boros jika untuk satu orang, jadi lebih sering beli masakan jadi di warung.

Nah ketika akhir bulan atau sekitar 10 hari menjelang gajian kantong udah menipis jadi kalau mau makan cari warung yang pas di kantong atau membeli menu yang pas di kantong, mendekati gajian tiga atau sehari kantong mulai sangat tipis meski kadang juga masih agak tebal, tapi pernah juga sangat tipis sehingga harus di cukup-cukupin agar sampai di hari gajian (semoga saja gajian tidak di tunda ya), agar sampai terkadang mie instan adalah jalan keluar atau masak nasi sendiri lauknya beli diwarung, sekali beli bisa dua kali makan, atau nasi sama goreng telur juga lumayan gan, tapi meski begitu ane masih bersukur karena masih bisa makan yang penting lagi ada menyisihkah untuk pulang kapung atau kebutuhan lainnya.


Memanajemen pendapatan dan pengeluaran memang perlu, tidak hanya ketika memiliki penghasilan yang pas-pasan maupun ketika punya pendapatan yang tinggi, agar nantinya dana tersebut dapat dimanfaatkan dihari nanti. Menghemat gaji yang dibilang pas-pasan memang relatif, kata orang tidak peduli sedikit atau banyak yang penting berkah dan cukup.