Sekolah online dimulai, mama papa, ayah bunda, siapkan kuotanya ya, bocah-bocah akan kami ajak belajar lewat jaringan media sosial.

Lembaga kecil ini pun harus tetap melakulan kegiatan belajar mengajar seperti lembaga formal lainnya. Hal ini dilakukan sebagai bukti nyata tetap memberi wadah belajar bagi anak-anak balita, sebagai pemenuhan hak mereka mendapat pengajaran dan bersosialisasi. Pospaud ini setara dengan Kelompok Bermain, selain dibawah naungan kemendiknas juga dibawah pengawasan PKK Kota.

Jangan sampai golden age mereka terlewat begitu saja akibat pandemi. Anak usia dini harus selalu berlatih selain motorik kasar dan motorik halusnya juga sikap sosial. Oleh karena itu di daerah yang sudah terjangkau jaringan dan mempunyai fasilitas komunikasi diupayakan untuk bisa belajar dan berinteraksi melalui media sosial yang ada.

Seminggu sebelum acara belajar online dimulai sudah diumumkan dari pihak pospaud agar para orang tua menyiapkan putra putri mereka. Sebenarnya penuh pertanyaan dan perkiraan di kepala pengajar. Apakah anak-anak bisa dan siap? Atau malah malu-malu dan berlarian.
Semua sudah terprediksi. Mengingat usia mereka begitu dini, ada yang dua tahun, tiga tahun bahkan mendekati lima tahun.

Tingkah laku mereka saat belajar online sungguh lucu, ada yang cemberut, ada yang ceria, ada yang malu dan berlarian kesana kemari. Ada yang duduk manis, ada juga yang menangis karena mengira teman-temannya datang ke sekolah sedang dia hanya di depan hp.

Mereka juga punya waktu lelah. Orang dewasa saja yang belajar atau rapat dalam jaringan, vedeo call 30 menit saja sudah bosan, apa lagi anak-anak. Jadi waktu harus fleksibel, pengajar harus menyadari keadaan siswa/i nya juga ketersediaan kuota walimurid. Saya kira lima belas menit berinteraksi dengan siswa/i balita sudah cukup.

Selain itu pengajar juga harus mengetahui anak-anak yang suka berubah suasana hatinya atau moody saat online. Ketika bertatap muka saja terkadang mereka juga tiba-tiba menangis, galau, cemberut, apalagi online. Yang di SD saja hanya sepuluh menit menyapa dengan online, selanjutnya mereka mengerjakan tugas. Dan melaporkan melalui gambar atau foto. Sebaiknya anak balita juga demikian. Tidak usah terlalu lama ketika video call.


Itu ada yang lari dari kamera, ada yang jalan-jalan, mamanya telaten ngikuti terus anaknya, ada yang tidak mau menunjukkan wajah dia pasang punggung. Lucu lagi ada yang duduk manis, diam saja tak bersuara, hanya memperhatikan.
Bahkan ada yang minta ke sekolah ketika video call diakhiri.


Tip di atas bisa dikondisikan ya menurut kesiapan belajar anak, pesan kami untuk mama dan bunda, yang sabar dan telaten ya, ini masih enam bulan ke depan, kami hanya dua kali pertemuan online dalam seminggu. Semoga anak-anak selalu semangat belajar ya. Bila mereka tidak bisa online, maka mereka cukup mengirim gambar atau foto sebagai bukti kehadiran belajar. Bila mereka tak bersedia online dengan tidak menyertakan nomor hp pun kami berusaha memaklumi. Mungkin karena kesibukan dan lain hal. Mereka bisa mengirim tugas putra putrinya ke sekolah.

Terus terang kami semua rindu akan ramainya ruang kelas dan kelakar anak-anak yang spontan, semoga pandemi segera teratasi. Oke, selamat belajar ya dan tetap selalu gembira di rumah.

Salam Hangat

@alizazet, 25072020