Kaskus

News

industry.co.idAvatar border
TS
industry.co.id
Mas Menteri Nadiem, Pembelajaran Jarak Jauh Telah 'Makan' Banyak Korban
Mas Menteri Nadiem, Pembelajaran Jarak Jauh Telah 'Makan' Banyak Korban

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyebut, pihaknya mendapatkan laporan seorang siswa SMAN di DKI Jakarta yang terpaksa dilarikan ke rumah sakit lantaran tugas yang menumpuk selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

"Siswa SMAN di salah satu sekolah di DKI Jakarta mengalami kelelahan dan stress saat mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan yang paling memberatkan menurut pengakuannya adalah tugas-tugas mata pelajaran Kimia," kata Retno dalam keterangannya, Kamis (23/7/2020).

"Si anak yang mencoba menyelesaikan tugas berat yang waktunya pendek itu membuat dirinya jatuh sakit dan harus dilarikan ke IGD salah satu rumah sakit," jelasnya.

Selain itu, KPAI juga menerima laporan adanya siswa SMA Negeri di Nganjuk, Jawa Timur berinisial RVR dilaporkan tidak naik kelas lantaran tak bisa mengikuti ujian Penilaian Akhir Tahun (PAT) secara daring.

Menurut Retno, siswa malang itu tak bisa ikut ujian karena komputer jinjing milik siswa kelas X tersebut rusak. Alhasil, nilai akhir siswa tersebut di dalam rapor tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

"Adapun lima mata pelajaran tersebut ialah Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani, Seni Budaya, Sejarah Indonesia, dan Informatika," ujar Retno.

Retno menambahkan, KPAI juga menerima laporan SMKN di Jawa Timur yang tidak menaikkan siswanya karena siswa tersebut tidak menyerahkan tugas-tugas saat PJJ secara online. 

Namun, tambah Retno, orang tua siswa itu bersikeras bahwa anaknya sudah menyerahkan tugas meskipun waktunya mendekati deadline.

"Orangtuanya kemudian dipanggil sekolah dan anaknya akan diberikan kelonggaran jika bersedia dimasukan sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) karena ananda ber-IQ 89 dan kesulitan dalam menulis," lanjut Retno.

Menurut Retno, permasalahan tersebut terjadi karena guru dan sekolah tetap mengejar ketercapaian kurikulum sehingga membebani anak-anak selama belajar dari rumah. Padahal, Kemendikbud telah memperbolehkan guru untuk tidak mengejar tercapainya kurikulum selama pandemi Covid-19.

"Yang paling parah adalah anak-anak berkebutuhan khusus nyaris tidak terlayani pendidikan," ujarnya.

Retno menjelaskan, faktor kerusakan perangkat, keterbatasan kuota, masalah sinyal, dan hambatan teknis lainnya seharusnya membuat pihak sekolau untuk bersikap bijak dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

"Mengingat PJJ secara daring masih dilaksanakan di semester ini. Sehingga kasus anak-anak tidak naik kelas dikarenakan kesulitan PJJ daring masih sangat mungkin terjadi," tandasnya.

Baca Selengkapnya:
https://www.industry.co.id/read/7093...-banyak-korban
nomoreliesAvatar border
soda.waterAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.4K
21
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan