- Beranda
- Komunitas
- Regional
- Tangerang Raya
[Coc Reg. Tangerang] Sepenggal Kenangan di Ciputat, Tangerang Selatan


TS
999999999
[Coc Reg. Tangerang] Sepenggal Kenangan di Ciputat, Tangerang Selatan
![[Coc Reg. Tangerang] Sepenggal Kenangan di Ciputat, Tangerang Selatan](https://s.kaskus.id/images/2020/07/22/102799_20200722012334.jpg)
(bbc.com)
Jakarta, Akhir 1997
Setelah saya dikeluarkan dari salah satu SMK negeri di Kebumen, Jawa Tengah, saya pulang kembali ke Jakarta. Perasaan malu dan menyesal pada orang tua tentu saja. Yang seharusnya saat itu saya sudah kelas 2 SMK negeri favorit di sana, yang ada saya malah pulang ke Jakarta tanpa membawa selembar ijazah.
Tapi saya tak mau berlarut-larut dalam keterpurukan. Atas rekomendasi dari ayah saya, sambil menunggu tahun ajaran baru untuk mendaftar lagi SMK di Jakarta, saya bekerja di tempat kenalan ayah di Ciputat, Tangerang Selatan. Saya bekerja sebagai tukang amplas. Saya tak ingat bayarannya berapa. Waktu itu gaji saya lebih banyak untuk berlangganan Majalah Hai. Dari majalah yang sekarang sudah tidak ada versi cetaknya ini, saya 'berkenalan' dengan Manchester United dan Valentino Rossi. Mulailah saya ngefans dengan Manchester United dan Valentino Rossi.
Karena satu dan lain hal, saya resign dari tempat kerja tersebut. Tapi untuk pulang ke rumah ayah di Ciputat atau rumah ibu di Pasar Minggu, saya malu. Akhirnya malam itu saya menggelandang ke depan Ramayana Ciputat. Dan malam itu adalah malam debut pertama saya jadi gempas alias gembel pasar.
Saya ingat betul, di depan Ramayana ada lapak tukang koran dan majalah. Saya sering numpang baca di sana. Di sampingnya telpon umum koin. Di tempat inilah, saya berkenalan dengan (sebut saja) Inne. Yang saat ini tinggal dan menetap di Amerika. Dari Inne juga lah saya belajar tentang internet, khususnya email. Saya sering menelpon ke rumah dia berjam-jam dari telpon koin.
Oh ya, percaya gak saya tidur di mana? Saya tidur di Pasar Ciputat. Yang dulu masih baru dan masih banyak kios yang kosong. Saya ikut salah satu kenalan, anak jalanan yang biasa nongkrong juga di Ramayana Ciputat.
Awal-awal saya sering kelaparan karena lama-lama uang saya gaji terakhir sebelum saya resign habis. Saya ingat betul waktu itu bulan puasa. Saya berpuasa. Dan saat adzan berkumandang dari pengeras suara masjid, saat banyak orang buru-buru menyegerakan untuk berbuka, saya tak bisa berbuka. Karena untuk beli air mineral gelas 1 saja saya tak memiliki uang.
Tapi kerasnya hidup membuat saya belajar bagaimana mengatasi rasa lapar ini. Bagaimana saya harus mencari uang dengan cara apapun agar bisa beli makan. Dan ada uang receh untuk mandi di toilet umum pasar esok harinya.
Di awal-awal saya belajar markir. Ada angkot yang ngetem saya berteriak-teriak meneriakkan rute angkot tersebut mencarikan penumpang. Saat angkot ini penuh, sang sopir akan memberikan receh pada saya.
Kalau siang saya tak mungkin markir. Karena ada penguasanya. Saya hanya bisa markir pada malam hari. Siang hari saya ikut mengamen mikrolet yang ngetem di depan Ramayana sebelum berangkat. Jika saya mengantuk, saya sering numpang tidur di sofa bioskop 21. Dulu belum ada yang berganti nama jadi XXI. Awalnya muka saya tutup tissue. Meski pas bangun pasti tissuenya udah kemana-mana. Security 21 tak berani melarang atau membangunkan saya. Entah karena kasihan, entah karena takut. Bagaimanapun lama-lama banyak yang kenal kalau saya penghuni pasar yang identik dengan preman. Padahal hidup saya lurus-lurus saja. Ramadhan saja saya puasa kok.
Saya jadi akrab dengan beberapa SPG Ramayana Ciputat. Padahal belanja saja gak pernah. Fyi, saya cuma punya 2 baju, 2 celana, 2 daleman, yang saya cuci ganti-gantian di toilet pasar dan saya jemur di dalam kios. Jadi kalau saya mandi di toilet, saya membawa pakaian yang baru saja saya ambil dari jemuran. Nah, pakaian yang saya pake ini saya cuci. Bisa dikatakan seperti itu terus berlangsung kira-kira selama saya tinggal di pasar tersebut.
Ada kejadian mencekam suatu pagi, saat ada razia dari kepolisian. Hal ini dikarenakan ada kios yang kebobolan. Tak semua kios kosong. Beberapa ada yang isi juga. Semua gempas dikumpulkan untuk diintrogasi. Saya ingat betul, saat itu saya membawa tas pinggang berisi pisau lipat. Pisau lipat bukan untuk kejahatan, untuk digunakan selayaknya pisau. Tapi daripada kena masalah, tas sengaja saya lempar. Saat polisi menggiring kami, di belokan tangga, tas saya jatuhkan ke bawah dari celah tembok. Yang ajaibnya, tas ini nyangkut di kabel. Kalau nggak nyangkut, orang bawah pasti akan tahu kalau ada gempas yang menjatuhkan tas. Sepulang dari polsek, saya cek tas ini masih ada. Dan sekali lagi untung saja nyangkut di kabel, temen satu kios saya rupanya menitip ganja di tas tersebut. Kalau tas itu kebawa pas saya digelandang ke polsek, bisa runyam urusannya!
Saat terjadi kerusuhan pada tahun 1998, Ramayana dan Borobudur Ciputat - Tangerang Selatan, termasuk yang menjadi sasaran penjarahan. Saat itu saya sudah pulang ke Pasar Minggu, rumah ibu saya. Beralih profesi menjadi loper koran. Ada kabar menyedihkan dari peristiwa itu, SPG yang biasa ngobrol sama saya, baik sama saya, sering membelikan saya gorengan, ikut menjadi korban. Namanya Mbak Yuli. Mendengar berita ini saya benar-benar sedih. Selamat Jalan, Mbak... Semoga kamu mendapat tempat terindah di sisi-Nya. Aamiin Ya Rab...
Dan ini adalah lagu-lagu yang sering diputar di Ramayana Ciputat saat itu. Setiap denger lagu-lagu ini, saya ingat kehidupan saya di masa lalu.
![[Coc Reg. Tangerang] Sepenggal Kenangan di Ciputat, Tangerang Selatan](https://s.kaskus.id/images/2020/07/22/102799_20200722012623.jpeg)
(kasetlalu.com)
Dan ini lagu saya untuk Mbak Yuli...

Diubah oleh 999999999 22-07-2020 20:17






jokoariyanto dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.7K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan