Pecinta sepakbola Indonesia mana yang gak pernah mendengar nama Tangerang? Kalo pun ada, bisa jadi mereka adalah pecinta sepakbola Indonesia yang lahir pada medio 2000-an ke atas.


sumur

Sebab, dua klub sepakbola utama asal Tangerang Raya yang berkompetisi di kasta tertinggi (sekarang Liga 1) pada saat itu, mulai menurun performanya. Persita tedegradasi dan sempat lama menghuni Divisi Utama (sekarang Liga 2).

Beruntung, musim ini Persita berhasil naik ke Liga 1 setelah menjadi runner-up Liga 2 musim lalu, kalah dari Persik Kediri di laga final. Sedangkan Persikota bahkan terdampar sampai ke Liga Nusantara (Liga 3) hingga saat ini.

Tangerang sangat beruntung bisa diberkati dengan dua kesebelasan sepakbola yang melegenda ini. Pada masa keemasannya, yaitu medio 1990-an hingga awal 2000-an, keduanya bersaing ketat di level teratas sepakbola Indonesia. Persita bahkan menjejakkan kaki pada final Liga Indonesia musim 2002 sebelum akhirnya ditaklukkan Petrokimia Putra di final.

Loh gan kok derby? Kan beda Persita dari Kabupaten Tangerang, sedangkan Persikota dari Kota Tangerang.

Kalo tau sejarahanya, Kota Tangerang itu merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Tangerang. Di mana hal itu terjadi pada tahun 1993 dan diikuti dengan lahirnya Persikota berselang setahun kemudian.

Memang kalo diliat dari umur, Persita jauh lebih tua dari Persikota. Bedanya hampir 40 tahun (Persita lahir pada 1953).

Namun pada masa keemasan keduanya, Tangerang banyak kedatangan pesepakbola berlabel nasional. Pendekar Cisadane (julukan Persita) misalnya, mempunyai Firman Utina, Zaenal Arif dan Ilham Jayakesuma. Sedangkan Firmansyah, Jendri Pitoy dan Aliyudin bernaung dibawah panji Bayi Ajaib (julukan Persikota).

Sehingga gak bisa dipungkiri derby Tangerang saat itu selalu panas dan intens. Tawuran pun sempat terjadi beberapa kali antara Laskar Benteng Viola (pendukung Persita) dan Laskar Benteng Mania (pendukung Persikota).


sumur

Bahkan saat Persita atau Persikota menjamu lawannya masing-masing di Stadion, tawuran juga bisa terjadi. Padahal kedua tim gak sedang saling berhadapan (bukan pertandingan derby). Hal ini sangat meresahkan warga Tangerang, terutama yang berada di sekitar stadion.

Hal inilah yang kemudian memantik Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangerang untuk mengeluarkan fatwa haram terhadap sepakbola. Alasan MUI sederhana, sepakbola di Tangerang lebih banyak menghadirkan dampak negatif ketimbang riwayat positif.

Itulah sedikit cerita dan sejarah derby daerah terpanas di Indonesia, yang sangat berkesan bagi para pecinta sepakbola termasuk ane.

=====

Chef Profesional