#Syekh Quro
#Karawang

Kaskuser pernah dengar atau tahu siapa itu Syekh Quro atau Syekh Qurotul Ain atau Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah?


Jujur saya baru tahu ketika ingin menulis tentang Karawang, memang sungguh terlalu ilmu sejarah saya.


Ketika bertanya kepada suami, apa ya yang harus dibahas tentang Karawang? jawaban dia cukup banyak, "lumbung padi", sudah ada yang tulis, Syek Quro? saya malah balik bertanya memang siapa dia?



Suami pun menjawab, masa kamu tidak tahu? Makamnya oleh masyarakat Karawang sangat dikeramatkan, meskipun beliau bukan dari Karawang, Syekh Quro ini adalah anak ulama besar Mekkah, masih keturunan dari Sayidina Husein Bin Saiyidina Ali bin Abi Thalib, sahabat nabi, sekaligus menantunya.



Ternyata dari beberapa sumber yang saya telusuri, sebelum datang ke Karawang untuk menyebarkan agama Islam, Syekh Quro pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Cirebon tepatnya di pelabuhan muara jati pada tahun 1416 M, di sana beliau bertemu dengan Ki Gedeng Tapa dan disambut dengan suka cita.



Namun, di dalam perjalanan dakwahnya, beliau menemui beberapa hambatan, penguasa Raja Pajajaran kala itu, Prabu Angga Larang menentang penyebaran agama Islam yang disebarkan oleh Syekh Hasanuddin (sebelum dijuluki Syekh Quro).


Ketika di Cirebon Syekh Hasanuddin lebih dikenal dengan nama Syekh Mursahadatillah, sebutan yang diberikan oleh Ki Gedeng Tapa dan para santrinya, pun masyarakat Cirebon itu sendiri.


Demi menjaga kedamaian tidak ada pertumpahan darah, karena sesungguhnya Islam itu mencintai kedamaian, akhirnya Syekh Hasanuddin berlapang dada untuk meninggalkan Cirebon, sudah pasti kesedihan dirasakan oleh Ki Gedeng Tapa.


Ki Gedeng Tapa, menitipkan anaknya Nyi Subang Larang untuk ikut bersama Syekh Hasanuddin untuk terus melanjutkan menuntut ilmu agama Islam.


Setelah dari Cirebon, akhirnya Syekh Hasanuddin menginjakkan kakinya di Karawang tahun 1418 M, rombongan Syekh Hasanuddin sangat menghormati adat istiadat, peraturan kota pelabuhan, serta memiliki budi pekerti yang luhur.


Akhirnya pemerintah setempat mengizinkan Syekh Hasanuddin untuk mendirikan Musholah, untuk mereka tinggal dan sebagai penunjang segala aktivitas, seperti beribadah dan demi melangsungkan penyebaran agama Islam saat itu.



Musholah tersebutlah yang sekarang dikenal dengan Masjid Agung Karawang oleh seluruh masyarakat Indonesia.



Berhubung Syekh Hasanuddin memiliki suara yang merdu dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dan tidak sedikit orang yang memeluk agama yang saya anut secara sukarela, akhirnya Syekh Hasanuddin dikenal dengan sebutan Syekh Quro oleh masyarakat Karawang.




Letak Masjid Agung Karawang, Jalan Brigadir Jenderal Polisi Nasuha
Telukjambe, Karawang, Indonesia.

Google map menuju Masjid Agung Karawang.👇

https://g.co/kgs/M1oeHE