Kaskus

Story

devarisma04Avatar border
TS
devarisma04
Bang Ojol Yang Baik hati
Selama keretaku rawat inap di sebuah bengkel langganan. Aku lebih sering naik ojol baik itu Grab atau Gojek. Karena kedua aplikasi transportasi online tersebut sudah terdownload di gawaiku.

Adanya transportasi online ini sungguh sangat membantu. Apalagi untukku yang harus mengejar waktu antara kuliah dan kerja. Kuliah di semester akhir, pasti berteman akrab dengan skripsi. Sebagai tugas mutlak mahasiswa akhir di Indonesia ini.

Untuk kalian yang pernah mengecap pendidikan hingga sarjana pasti paham nih. Bagaimana drama skripsi, hanya untuk dibubuhi gelar di belakang nama kita. Ada banyak orang melewati drama skripsi yang menyakitkan. Bahkan lebih sakit ditinggal pacar ketika lagi sayang-sayangnya.

Aku termasuk pejuang skripsi yang mengulum banyak sendu. Walaupun akhirnya happy ending. Kata orang sih kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Iya aku percaya semua akan indah pada waktunya. Dibalik sarjanaku yang penuh drama, ada peran abang-abang ojol yang selalu stay dan setia kapanpun kubutuhkan.

Memang ujian ketika semester delapan itu bertimpa-timpa. Salah satunya harus menghadapi motor kesayanganku keluar masuk bengkel setiap minggu. Dan itu sangat menguras dompet. Sebagai buruh part time uang 100.000 berharga banget. Nah, seratus ribu adalah minimalnya yang harus ku keluarkan untuk memperbaiki motorku.

Akhirnya memutuskan untuk di museumkan saja. Nanti setelah sarjana akan kuperbaiki.
Langkah yang paling baik untuk sampai ke pembimbingku tepat waktu adalah dengan naik ojol. Sebenarnya bisa saja aku naik transkoetaradja untuk meminimalisir keuangan. Apalagi transkoetaradja itu gratis.

Tapi, sedihnya pembimbingku meminta untuk datang ke sekolahnya langsung karena beliau jarang ke kampus. Waktu bertemu juga disesuaikan dengan jadwal ngajarnya di sekolah. Kadang pagi kadang siang, mirisnya ke kawasan sekolah tersebut tidak sampai transkoetaradja. Terpaksa harus mengorek gopek untuk memesan ojol setiap hari. Iya aku paham hidup ini jarang ada yang gratis.

Apalagi ojol, kita pakai jasa orang tentu harus kita bayar. Jangan kita terlalu melihat untungnya orang pekerja tersebut. Tapi bagaimana susah payahnya dalam memenuhi kebutuhan kita.

Dalam seminggu aku harus bertemu dengan pembimbing tiga atau empat kali. Setiap kali memesan ojol nominal harus dibayar 12.000 karena lumayan jauh tempatnya. Hitung saja 12 x 2 kemudian dikali tiga atau empat.

Hampir 100.000 sedang pemasukanku dalam seminggu hanya 200.000. Jujur, uang seratus ribu itu terlalu besar untukku. Tapi mau tidak mau kita harus membayar setiap memakai jasa orang. Dan aku yakin itu semua adalah proses menuju sukses.

Selama proses bimbingan skripsi. Aku kerap berlangganan dengan kedua ojol yang terkenal itu Gojek dan Grab. Sejauh ini aku selalu mendapatkan pelayanan yang baik. Bisa on time bertemu dengan dosenku. Ataupun aku kerap menggunakan jasa ojol ini kemanapun hendak pergi seperti kekampus, perpustakaan, kepusat pembelanjaan. Karena dengan ojol lebih cepat sampainya.

Bang Ojol Yang Baik hati

(Sumber gambar : Instagram @gojekindonesia

Sepagi itu, aku mendadak harus datang lebih cepat untuk bimbingan. Karena Dosenku akan terbang ke luar kota dalam waktu yang lama. Dan itu tahap Bimbingan terakhir untuk bisa mendaftar sidang. Biasanya aku bimbingan jam 9 pagi. Hari itu, aku harus bimbingan lebih cepat.

"Jam 07:00 kamu sudah harus di tempat ya Nak. Karena Bapak akan ke bandara Jam 07:30." Begitulah pesan Wattsaap dari pembimbingku.

Jam 07:00, berarti aku harus berangkat 30 menit sebelum jam tersebut. Pagi banget menurutku apalagi harus dengan Abang ojol. Sebenarnya risih dibonceng laki-laki, tapii ya mau gimana lagi. Ojol mbak-mbak belum ada di kota ini. Ketika memesan selalu abang-abang yang terkoneksi duluan.

Jam 06:25 dini hari aku sudah membuka fitur Gojek. Langsung terkonfirmasi dengan seorang driver nampak dari foto lebih berumur sedikit dariku. Dan beliau menggunakan motor Vario putih keluaran baru.

Tiga menit kemudian Abang ojol sudah melajukan ban motornya di depan Koskku. Dengan ramahnya dia memberikanku helm, lalu mempersilakan untuk naik di belakangnya.

Sepanjang perjalanan, aku hanya diam memikirkan apakah skripsiku akan dicoret lagi. Pun Abang ojol nampak fokus mengendarai motornya di jalan yang masih sepi.

Sekilas nampak raut wajahnya baru bangun tidur. Jaketnya beterbangan kewajahku. Hingga kuhimpit sedikit agar resleting itu tidak menabrak wajahku lagi.

Dua puluh menit kemudian kami sampai kedepan sekolah tempat pembimbingku mengajar. Nampak sekolah masih sepi hanya beberapa siswa yang baru datang.

Abang ojol itu langsung menghentikan motornya tepat pada garis finish seperti yang tertera di map perjalanan aplikasi Gojek.

Aku segera merongoh ke dalam tas. Ternyata tidak ada uang receh untuk bayaran tersebut sebesar 12.000 rupiah. Uangku saat itu hanya 53.000 dengan selembar 50.000 dan lembaran seribuan 3 lembar.

Aku tidak mungkin meminta kurang untuk perjalanan se jauh ini.Segera ku sodorkan lembaran 50.000. Kulihat wajahnya yang masih nampak lesu, dia merongos dompetnya. Sepertinya dia tidak ada uang kembalian toh mungkin aku pelanggan pertama.

"Tidak ada uang kecil Dek?" ujar Abang ojol.

"Tidak Bang, cuma ini!" sahutku dengan wajah tersenyum kecil.

"Cuma itu uang Adek?" tanya lelaki kutaksir usianya 25 tahun.

"Iya Bang ada uang kecil cuma tidak cukup," jawabku.

"Berapa? kasih aja seadanya," ujarnya.

"Ta-tapi Bang cuma tiga ribu,"sahutku gelagapan.

"Tidak apa segitu aja," ujarnya dengan seulas senyum yang indah. Lalu mengulurkan tangannya.

Bola mataku berputar kiri kanan, malu sekaligus terharu. Tiga ribu itu sepertiga dari harga yang harus kubayar.

Tapi tidak mungkin juga kukasih uang 50.000 itu karena cuma itu uang terakhir di dompet. Bagaimana aku makan nanti. Aku terdiam sejenak pikiranku melayang. Bagaimanapum aku tidak ingin membayarnya cuma tiga ribu.

"Dek kok bengong?" ujarnya mengejutkanku.

"Bang gimana kalau nanti siang saya kasih bayarannya. Nanti Abang datang saja kekos saya. Gimana?" tawarku lagi.

"Tidak usah Dek. Abang nanti mangkal di daerah pusat Kota. Seberapa ada sekarang Adek kasih," timpanya lagi.

"Bener Bang tapi ini perjalanannya jauh banget," ujarku lagi.

"Tidak apa, doain saja semoga Abang mudah rezeki. Ini sudah ada yang order lagi," sahutnya sambil menatapku dengan semangat.

Dengan tangan bergetar, kusodorkan lembaran uang seribu tiga lembar itu. Sejenak tanganku berkeringat dingin mengingat betapa konyolnya aku. Perjalanan sejauh ini hanya membayar tiga ribu.

"Terima kasih," ujar Abang Ojol itu.

Lalu beranjak meninggalkanku yang lama mematung ditempat, sampai punggung Abang Ojol itu tenggelam dalam pandanganku.

"Ya Allah mudahkanlah rezekinya," lirihku dalam hati.

Tanpa terasa bulir bening mendarat di pipi mungilku. Aku terharu sekaligus bersyukur bisa bertemu dengan orang sebaik Abang Ojol itu. Aku terus membayangkan bagaimana Abang itu menanggapi pesanku.

Tampak dia belum mandi apalagi sarapan. Bergegas menjemputku, dan mengantarku dengan selamat. Sejauh ini perjalanan aku hanya membayarnya tiga ribu. Dan dia nampak begitu ikhlas bahkan seulas senyum tulus tercetak dari wajahnya.

Bukan tentang bensin yang tidak sampai satu liter habis, tapi setulus itu dia merelakan bayaran yang seharusnya dia terima. Dan kurasa kebaikan yang dilakukan Abang Ojol itu tidak bisa dibayar dengan berapapun nominal uang.

"Dalam setiap episode perjuangan yang kita gagahi. Allah selalu mengirim kita para manusia berhati malaikat untuk meringankan beban kita."

"Ketika kita menolong orang dengan ikhlas maka pertolongan Allah selalu menyertai setiap langkah kita."
enam.kehendakAvatar border
elitechildAvatar border
elitechild dan enam.kehendak memberi reputasi
2
930
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan