Hai Agan dan Sista? Apa kabar?

Seperti yang kita ketahui, di tengah wabah covid-19, pertandingan sepakbola sudah mulai berjalan. Meskipun tidak semua negara mengadakan pertandingan. Pasti banyak yang kawatir wabah ini bisa semakin menyebar, sehingga banyak kebijakan baru untuk mengantisipasinya. Diantaranya ada negara yang absen mengikuti pertandingan, pembatasan jumlah penonton sampai melarang adanya penonton secara langsung.


Bagi ane pribadi, gak melihat sepakbola secara langsung memang ada yang kurang. Karena rumah ane juga dekat tempat latihan sekolah bola karena wabah ini pula membuat lapangan itu terasa sunyi. Namun meski hanya lihat di televisi, tanpa gema suara penonton di tribun rasanya kurang greget. Atunsiasnya berasa kurang. Apalagi anjuran sosial distance menyebabkan acara nonton bareng juga tidak ada.

Ane sangat merindukan gema sepakbola seperti tahun 2006. Saat pertandingan pada piala dunia. Saat itu, ane beserta teman-teman mengadakan nonton bareng. Kumpulan cewek-cewek yang lagi ikut-ikutan gila bola itu, berkumpul di kamar kos sambil membawa banyak makanan. Saling bertukar cerita dan kehebohan ketika pertandingan dimulai. Seringkali harus kesiangan untuk berangkat kerja.

Saat itu, hampir semua orang tergila-gila dengan sepak bola. Dimana-mana membahas tentang pertandingan yang berlangsung. Sampai ane bela-belain membeli tabloit olahraga biar tidak ketinggalan berita. Kadangkala yang dilihat bukan performa mereka di lapangan, namun wajah rupawan para pemain yang memikat hati. Namanya juga para wanita, ada saja bahan buat dibicarakan.

Ada satu moment di pertandingan piala dunia saat itu yang tidak terlupakan. Pertandingan babak final antara Prancis melawan Itali. Pertandingan saat itu sangat ketat, namanya juga babak penentu kemenangan, pasti semua team mengharapkan piala kejuaraan bisa digenggam. Membawa kebanggaan buat negaranya masing-masing. Namun, sayangnya pertandingan itu membuat Perancis kalah dan harus rela pertandingan dimenangkan Itali melalui drama adu penalti. Ane termasuk salah satu yang kecewa, karena sudah menjagokan Perancis.

Namun ada hal besar yang sangat disayangkan terjadi pada pertandingan akbar tersebut. Insiden penandukan Materrazi tang dilakukan Zidane. Keduanya disinyalir ada adu mulut pada saat babak terakhir. Menurut berita yang beredar, Materrazi melakukan provokasi yang menyebabkan Zidane hilang kendali. Hingga peristiwa penandukan itu tak bisa dihindari. Akibatnya Zidane mendapat kartu merah dan terpaksa terusir dari pertandingan.

Zidane sebenarnya dikenal tidak mudah terprovokasi, namun karena kata-kata yang dilontarkan Materazzi diduga menyinggung adik dan ibunya, dia akhirnya ikut tersulut emosi. Meski pada akhirnya ,Materazzi tetap membela diri dan mengatakan tidak menghina ibu Zidane. Menurut Materazzi, dia tidak akan menghina seorang ibu, karena Ibunya telah meninggal saat usianya berumur lima belas tahun.

Kejadian itu sempat jadi kontroversi dimana-mana. Ada yang membela Zidane dan membenarkan tindakannya karena penghinaan terhadap keluarga terutama tentang Ibu adalah hal sensitif. Ada juga yang membela Materazzi , mereka menganggap kata-kata seperti itu masih biasa karena kata yang lebih kasar sering terjadi di jalanan.

Namun, kalo ane pribadi sangat menyayangkan sekelas pemain internasional seperti mereka, harus tercoreng oleh insiden yang tidak seharusnya terjadi diluar prestasi yang mesti dicetak dengan gemilang. Bagaimana menurut agan dan sista tentang kejadian itu? Ada yang ikut mengikuti pertandingannya? Beda ya Gan, saat itu dan sekarang?

Berdoa saja semoga wabah ini segera berlalu, biar euforia sepak bola bisa terasa. Salam santun dan sehat selalu.


Sumber. di sini