- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Semangat, 'Hilal' Kebangkitan Ekonomi RI Makin Terlihat!


TS
nievmizzet
Semangat, 'Hilal' Kebangkitan Ekonomi RI Makin Terlihat!
Quote:
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah didera kabar buruk yang bertubi-tubi, akhirnya datang juga berita baik. Ekonomi Indonesia menunjukkan sinyal kebangkitan.
Ya, akhir-akhir ini berita yang beredar memang cenderung membuat telinga panas. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembali mengganas, ekonomi Singapura yang jatuh ke jurang resesi, atau perseteruan Amerika Serikat (AS) vs China yang kian sengit menghiasi pemberitaan beberapa hari belakangan ini.
Kalau melihat berita-berita itu, kok rasanya suram. Prospek pemulihan ekonomi sepertinya semakin jauh panggang dari api. Semakin buram, semakin samar-samar.
Namun hari ini datang kabar baik. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional periode Juni 2020 yang hasilnya di luar dugaan.
Pada Juni 2020, nilai ekspor Indonesia adalah US$ 12,03 miliar. Naik 2,28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor masih terkontraksi (tumbuh negatif) -7,765% YoY. Pertumbuhan positif pada Juni sekaligus memutus rantai kontraksi yang sebelumnya terjadi tiga bulan beruntun.
Sementara impor pada Juni 2020 tercatat US$ 10,76 miliar. Masih terkontraksi -6,36% YoY. Walau terkontraksi, tetapi jauh melandai dibandingkan bulan sebelumnya yang ambles sampai 42,2%.
Data ini menggambarkan bahwa ekonomi Tanah Air mulai bergeliat. 'Hilal' pemulihan ekonomi mulai terlihat.
Dari sisi ekspor, sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing mencatatkan pertumbuhan 34,36% YoY dan 7,09% YoY. Ekspor migas dan pertambangan memang masih turun, masing-masing -18,52% YoY dan -17,05% YoY, tetapi itu lebih karena koreksi harga.
Dalam setahun terakhir, harga minyak jenis brent (yang mendekati harga minyak mentah Indonesia) ambrol -35,24%. Sementara harga batu bara (komoditas pertambangan utama) rontok 25,84%.
"Ekspor Juni memang menggembirakan. Semoga peningkatan tidak hanya terjadi pada Juni, tetapi juga bulan-bulan berikutnya," kata Suhariyanto, Kepala BPS.
Sementara di sisi impor, barang konsumsi membukukan kenaikan yang impresif yaitu 37,15% YoY. Ini menjadi pertanda bahwa konsumsi masyarakat meningkat usai dipermak habis-habisan akibat #dirumahaja selama berbulan-bulan.
"Sejak WFH (Work from Home) pada pertengahan Maret, aktivitas masyarakat di tempat tinggal meningkat di tempat tinggal meningkat sebaliknya di tempat kerja menurun. Sejak WFO (Work from Office) secara bertahap pada 5 Juni, aktivitas di tempat kerja meningkat tetapi belum pulih, sebaliknya aktivitas di rumah menurun. Bahkan mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari pada Juni hampir mendekati normal, mendekati posisi sebelum WFH," ungkap Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.
Sementara impor bahan baku/penolong masih mengalami kontraksi -13,27% YoY pada Juni. Memang turun, tetapi jauh lebih baik ketimbang Mei yang rontok -43,03%.
Meski impor bahan baku masih turun, tetapi ada kabar baik yakni impor barang modal sudah tumbuh positif 2,63% YoY. Menandakan dunia usaha sudah mendatangkan barang modal untuk meningkatkan produksi.
"Misalnya ada impor beberapa mesin wrapping dari Jerman. Kenaikan impor ini akan meningkatkan industri manufaktur," kata Kecuk.
Data perdagangan yang dirilis hari ini ini memang memberi harapan bahwa ekonomi Indonesia mulai pulih. Namun pertanyaannya adalah, apakah ini bisa berkelanjutan? Sebab kalau bulan depan atau bulan-bulan berikutnya nyungsep lagi, ya saja bohong dong...
Kebangkitan ekonomi sangat ditentukan oleh aspek kesehatan. Bagaimana pun pandemi virus corona adalah masalah kesehatan. Jadi kalau aspek kesehatan ada masalah, yang lain harus mengalah.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona di Indonesia per 14 Juli adalah 78.572 orang. Bertambah 1.591 orang (2,07%) dibandingkan hari sebelumnya.
Tambahan 1.591 orang lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 1.282 orang. Secara persentase, kenaikan 2,07% juga lebih tinggi karena hari sebelumnya adalah 1,69%.
Mulai awal Juni, pemerintah memang sudah mengendurkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sedikit demi sedikit, 'keran' aktivitas masyarakat kembali dibuka meski tetap harus mematuhi protokol kesehatan.
Pelonggaran PSBB bisa dilakukan karena sebelumnya ada tanda-tanda penyebaran virus corona melambat. Sepanjang Mei, rata-rata pertumbuhan pasien baru adalah 3,15% per hari. Lebih rendah ketimbang April yang naik 6,53% per hari.
Akan tetapi sejak PSBB dilonggarkan terjadi lonjakan kasus. Ini membuat pemerintah mempertimbangkan untuk kembali mengetatkan PSBB.
Contohnya di DKI Jakarta. Gubernur Anies Rasyid Baswedan belum lama ini menegaskan PSBB bisa diketatkan lagi jika kasus corona terus bertambah signifikan.
"Kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini (PSBB). Saya ingatkan kepada semua, jangan sampai situasi ini jalan terus, sehingga kita harus menarik rem darurat atau emergency brake. Bila itu terjadi, kita semua harus kembali dalam rumah, kegiatan perekonomian terhenti, kegiatan keagamaan terhenti, kegiatan sosial terhenti. Kita semua akan merasakan kerepotannya," jelas Anies.
Apabila PSBB sampai diketatkan lagi, maka roda ekonomi akan macet lagi. Jangan harap ekonomi bisa pulih kalau warga lagi-lagi harus #dirumahaja. Oleh karena itu, kita semua memegang kunci, memainkan peranan penting untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Caranya adalah dengan disiplin menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Dengan begitu, penyebaran virus corona bisa dikendalikan sehingga PSBB tidak perlu diketatkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Ya, akhir-akhir ini berita yang beredar memang cenderung membuat telinga panas. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembali mengganas, ekonomi Singapura yang jatuh ke jurang resesi, atau perseteruan Amerika Serikat (AS) vs China yang kian sengit menghiasi pemberitaan beberapa hari belakangan ini.
Kalau melihat berita-berita itu, kok rasanya suram. Prospek pemulihan ekonomi sepertinya semakin jauh panggang dari api. Semakin buram, semakin samar-samar.
Namun hari ini datang kabar baik. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional periode Juni 2020 yang hasilnya di luar dugaan.
Pada Juni 2020, nilai ekspor Indonesia adalah US$ 12,03 miliar. Naik 2,28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor masih terkontraksi (tumbuh negatif) -7,765% YoY. Pertumbuhan positif pada Juni sekaligus memutus rantai kontraksi yang sebelumnya terjadi tiga bulan beruntun.
Sementara impor pada Juni 2020 tercatat US$ 10,76 miliar. Masih terkontraksi -6,36% YoY. Walau terkontraksi, tetapi jauh melandai dibandingkan bulan sebelumnya yang ambles sampai 42,2%.
Data ini menggambarkan bahwa ekonomi Tanah Air mulai bergeliat. 'Hilal' pemulihan ekonomi mulai terlihat.
Dari sisi ekspor, sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing mencatatkan pertumbuhan 34,36% YoY dan 7,09% YoY. Ekspor migas dan pertambangan memang masih turun, masing-masing -18,52% YoY dan -17,05% YoY, tetapi itu lebih karena koreksi harga.
Dalam setahun terakhir, harga minyak jenis brent (yang mendekati harga minyak mentah Indonesia) ambrol -35,24%. Sementara harga batu bara (komoditas pertambangan utama) rontok 25,84%.
"Ekspor Juni memang menggembirakan. Semoga peningkatan tidak hanya terjadi pada Juni, tetapi juga bulan-bulan berikutnya," kata Suhariyanto, Kepala BPS.
Sementara di sisi impor, barang konsumsi membukukan kenaikan yang impresif yaitu 37,15% YoY. Ini menjadi pertanda bahwa konsumsi masyarakat meningkat usai dipermak habis-habisan akibat #dirumahaja selama berbulan-bulan.
"Sejak WFH (Work from Home) pada pertengahan Maret, aktivitas masyarakat di tempat tinggal meningkat di tempat tinggal meningkat sebaliknya di tempat kerja menurun. Sejak WFO (Work from Office) secara bertahap pada 5 Juni, aktivitas di tempat kerja meningkat tetapi belum pulih, sebaliknya aktivitas di rumah menurun. Bahkan mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari pada Juni hampir mendekati normal, mendekati posisi sebelum WFH," ungkap Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.
Sementara impor bahan baku/penolong masih mengalami kontraksi -13,27% YoY pada Juni. Memang turun, tetapi jauh lebih baik ketimbang Mei yang rontok -43,03%.
Meski impor bahan baku masih turun, tetapi ada kabar baik yakni impor barang modal sudah tumbuh positif 2,63% YoY. Menandakan dunia usaha sudah mendatangkan barang modal untuk meningkatkan produksi.
"Misalnya ada impor beberapa mesin wrapping dari Jerman. Kenaikan impor ini akan meningkatkan industri manufaktur," kata Kecuk.
Data perdagangan yang dirilis hari ini ini memang memberi harapan bahwa ekonomi Indonesia mulai pulih. Namun pertanyaannya adalah, apakah ini bisa berkelanjutan? Sebab kalau bulan depan atau bulan-bulan berikutnya nyungsep lagi, ya saja bohong dong...
Kebangkitan ekonomi sangat ditentukan oleh aspek kesehatan. Bagaimana pun pandemi virus corona adalah masalah kesehatan. Jadi kalau aspek kesehatan ada masalah, yang lain harus mengalah.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona di Indonesia per 14 Juli adalah 78.572 orang. Bertambah 1.591 orang (2,07%) dibandingkan hari sebelumnya.
Tambahan 1.591 orang lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 1.282 orang. Secara persentase, kenaikan 2,07% juga lebih tinggi karena hari sebelumnya adalah 1,69%.
Mulai awal Juni, pemerintah memang sudah mengendurkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sedikit demi sedikit, 'keran' aktivitas masyarakat kembali dibuka meski tetap harus mematuhi protokol kesehatan.
Pelonggaran PSBB bisa dilakukan karena sebelumnya ada tanda-tanda penyebaran virus corona melambat. Sepanjang Mei, rata-rata pertumbuhan pasien baru adalah 3,15% per hari. Lebih rendah ketimbang April yang naik 6,53% per hari.
Akan tetapi sejak PSBB dilonggarkan terjadi lonjakan kasus. Ini membuat pemerintah mempertimbangkan untuk kembali mengetatkan PSBB.
Contohnya di DKI Jakarta. Gubernur Anies Rasyid Baswedan belum lama ini menegaskan PSBB bisa diketatkan lagi jika kasus corona terus bertambah signifikan.
"Kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini (PSBB). Saya ingatkan kepada semua, jangan sampai situasi ini jalan terus, sehingga kita harus menarik rem darurat atau emergency brake. Bila itu terjadi, kita semua harus kembali dalam rumah, kegiatan perekonomian terhenti, kegiatan keagamaan terhenti, kegiatan sosial terhenti. Kita semua akan merasakan kerepotannya," jelas Anies.
Apabila PSBB sampai diketatkan lagi, maka roda ekonomi akan macet lagi. Jangan harap ekonomi bisa pulih kalau warga lagi-lagi harus #dirumahaja. Oleh karena itu, kita semua memegang kunci, memainkan peranan penting untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Caranya adalah dengan disiplin menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Dengan begitu, penyebaran virus corona bisa dikendalikan sehingga PSBB tidak perlu diketatkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
sumur
Komentar TS:
Akhirnya ada kabar baik juga.. sebagai pelaku pasar ekspor impor pertambangan, emang lagi ancur-ancurnya ini.. syukurlah ada kabar baik dari bidang pertanian dan industri pengolahan..
Awalnya saya kirain kenaikan nilai ekspor pertanian gara2 benih lobster.. namun setelah dikulik lebih dalam ternyata ada 3 komoditi yang menggeliat ekspornya: kopi, tanaman obat dan biji kakao
God bless my country


goldenwaterbms memberi reputasi
1
516
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan