Sebelum masuk ke inti pembahasan yuk kita lihat video tentang kompor batu vulkanik ini GanSis.
Atau lagi miskin kuota?, ya sudah kita langsung bahas aja yuk GanSis.
Sumber daya alam semakin terkuras, bahan bakar minyak untuk masak para emak dirumah kini diganti dengan bahan bakar gas yang harganya "katanya" lebih murah dibandingkan minyak tanah yang sudah lepas subsidi.
Sebuah dilema yang dirasakan oleh kaum susah, terutama di kota-kota besar yang segalanya harus "beli". Kalau dipikir-pikir kok jadi enak hidup di desa! Coba aja lihat, kayu bakar masih banyak, jadi mau masak ga pake ribet kalau di desa. Sedangkan kalau dikota kita memang lebih simple peralatannya lebih modern, tapi untuk bahan bakarnya ya harus punya uang. Nah, kalau ndak punya, ya gimana? Mau beli pakai apa? Daun gitu, mirip film Susana yang jadi sundel bolong.
Mau ndak mau ga punya uang, ya jadi diem dirumah, sambil liat tetangga masak sukur-sukur kecium baunya, lumayankan untuk sekedar berkhayal rasanya yang penting nikmat, iya toh!
Tentu saja manusia terus berinovasi, penggunaan kayu bakar di desa juga sudah mulai ditinggalkan. Kenapa? Jawabannya ribet, apalagi kalau kayu yang diambil masih basah. Perlu waktu untuk mengeringkannya, untuk itu di Uganda ada pengusaha yang membuat inovasi dengan membuat kompor yang bahan bakarnya lebih awet serta tahan lama dari kayu bakar, apa itu?
Kompor batu vulkanik, ya kompor ini dinamakan Eco Stove di Uganda penemunya adalah Rose Twin. Batu vulkanik menjadi pengganti arang dan juga kayu bakar, perlu di ingat ketika kita memasak memakai arang atau kayu bakar perlu angin untuk menahan api lebih lama. Maka kompor ini juga di tambah dengan kipas angin tenaga surya, untuk memasok panas dengan konstan sebuah inovasi yang menarik bukan.
Yang menjadi lebih menarik lagi batuan vulkanik ini dapat digunakan dengan jangka yang cukup lama bisa hingga 2 tahun. Di indonesia sendiri sudah banyak yang menjual batuan vulkanik untuk bahan bakar alat pemanggang, banyak dipakai oleh penjual sate, ayam dan ikan bakar serta mereka yang ingin mengganti arang yang mudah habis sebagai bahan untuk membakar makanan.
Bisa dibilang batu vulkanik ini hemat energi, serta tidak ada polusi yang ditimbulkan. Namun penggunaannya untuk kompor belum dirasa penting oleh masyarakat Indonesia, karena masyarakat sudah terbiasa dengan kompor gas dan inovasi yang lebih modernnya lagi adalah kompor listrik.
Tapi kamu tahukah batu vulkanik itu? Saya kutip apa yang dimaksud dengan batuan vulkanik itu ya gan.
Quote:
Batuan vulkanik (sering disingkat menjadi gunung api dalam konteks ilmiah) adalah batuan yang terbentuk dari magma yang meletus dari gunung berapi. Dengan kata lain, itu berbeda dari batuan beku lainnya dengan menjadi asal vulkanik. Seperti semua jenis batuan, konsep batuan vulkanik adalah buatan, dan di alam kelas batuan vulkanik menjadi batuan hypabyssal dan metamorf dan merupakan elemen penting dari beberapa sedimen dan batuan sedimen. Untuk alasan ini, di geologi, gunung berapi dan batuan hipabisik dangkal tidak selalu diperlakukan sebagai berbeda. Dalam konteks geologi perisai Precambria, istilah "gunung berapi" sering diterapkan pada batuan yang sangat metavolcanic.
Batuan vulkanik adalah salah satu jenis batuan paling umum di permukaan bumi, khususnya di lautan. Di darat, mereka sangat umum di perbatasan lempeng dan di provinsi basalt banjir. Diperkirakan bahwa batuan vulkanik menutupi sekitar 8% dari permukaan daratan Bumi saat ini.
Jenis batuan beku yang halus atau sebagian atau seluruhnya terbuat dari kaca. Magma meletus dan mengeras di tanah dan dasar laut lahar , Dan material yang dilepaskan saat letusan gunung berapi memadat Batuan klastik vulkanik Terdiri dari. Istilah batu efusif kadang-kadang digunakan. Ada berbagai metode klasifikasi berdasarkan komposisi kimia, struktur, komposisi mineral, indeks warna, dll., Tetapi metode yang umumnya digunakan didasarkan pada komposisi kimia, khususnya kandungan SiO 2 . Bahan dasar dengan SiO2 45 sampai 52% berat termasuk basalt, baisanite, Hawaiiite (Hawaii batu), dan 52-66% komposisi menengah dengan andesit, mugealite (mugealite), tephrite, dll, 66% atau bahan lebih asam termasuk dasit, riolit, batuan kasar, fonolit, dll. Dari semua ini, basal dan andesit adalah batuan vulkanik yang paling umum di Bumi. Selain itu, bahan ultra-dasar dengan SiO 2 45% atau kurang jarang (misalnya, komatiite, jenis limbierit dan olivin neferrinit). Batuan vulkanik Indeks warna Suatu metode pengklasifikasian oleh (jumlah mineral mafik) juga sering digunakan. Sebagai contoh, batas antara basalt-andesit-dasit dan riolit masing-masing diklasifikasikan pada indeks warna 40 dan 20. Banyak batuan vulkanik yang tidak merata. ini adalah Belang Mineral besar yang disebut Dasar batu Ini adalah struktur yang tersebar di kristal halus yang disebut kaca atau kaca. Diperkirakan bahwa fenokris tumbuh ketika ruang magma atau magma naik ke permukaan dan mendingin perlahan, dan dasar batu diperkirakan disebabkan oleh pendinginan ketika magma dikeluarkan ke permukaan (atau dasar laut). . Batuan vulkanik yang tidak menunjukkan bintik-bintik hanya terdiri dari pangkalan batu yang tidak memiliki fenokris, dan disebut batuan amorf atau terserang. Puing vulkanik (bahan piroklastik) adalah buangan padat yang dihasilkan oleh erupsi. Bom vulkanik , Batuan vulkanik (diameter 32mm atau lebih), kerikil vulkanik (32-4mm), Abu vulkanik (4mm atau kurang) Emisi berpori, yang felsic adalah batu apung, dan yang mafic Scoria Ini disebut (Iwabuchi). Agregat batuan yang tersusun dari puing-puing vulkanik ini, terutama aglomerat yang sebagian besar terdiri dari bom vulkanik, terutama blok vulkanik Sudut vulkanik batu requi breksi vulkanik, tuf lapili, terutama kerikil vulkanik, dan terutama abu Tuff tuff, terdiri dari breksi vulkanik dan abu vulkanik Tufa batu tanduk Klasifikasi sebagai tuff breccia. Tuff diendapkan pada suhu yang relatif tinggi mungkin sulit dilas dan tampak seperti lava. ini Tuf dilas Sebut saja. Puing-puing vitreus yang dihasilkan oleh pendinginan magma basaltik atau andesit yang bersentuhan dengan air laut atau air atau es lainnya disebut hyaloclastite.