Kaskus

News

wokwikwokwikAvatar border
TS
wokwikwokwik
Muslim India: 'Kami menjadi warga negara kelas dua harus belajar hidup dgn ketakutan'
Sebagaimana banyak Muslim di India, saya kini menghabiskan waktu bertanya tentang masa depan kami.
Akankah saya ditolak kerja karena agama? Akankah saya diusir dari rumah? Akankah saya diserang oleh gerombolan.
Akankah ketakutan ini bakal berakhir?
"Sabar," kata ibu saya sesudah terjadi kekerasan di kampus, - Jamia Millia Islamia - di ibu kota New Delhi.
Bagaimana Perdana Menteri Narendra Modi membuat cemas Muslim di India
India akan beri status warga negara ke pendatang dengan syarat bukan Muslim
Kerusuhan India terkait kewarganegaraan untuk non-Muslim: PM Modi mendesak semua pihak untuk menahan diri

Mahasiswa dipukuli, ditembaki dengan gas air mata di perpustakaan dan kamar mandi, dan diteror dengan segala yang 'dianggap perlu' untuk menghentikan protes kami terhadap undang-undang yang baru disahkan.
Undang-undang ini memberi kewarganegaraan terhadap enam penganut agama yang dipersekusi di Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan - tapi tidak bagi Muslim.
Muslim secara khusus dikecualikan, dan diskriminasi ini yang menjadi intisari protes mahasiswa itu.
Kenapa polisi kemudian menyerang kami?
Kata mereka, serangan itu adalah akibat dari mahasiswa yang membakar mobil sehingga muncullah respons. Tapi mana buktinya?
Katanya mereka tak menembak, tapi lihat mahasiswa yang terluka di rumah sakit.
Saya kuliah di kedokteran gigi, dan selama kuliah banyak menyaksikan protes damai.
Saya tak pernah jadi bagian dari protes ini, yang kemudian berubah jadi bentrokan dengan kekerasan.
Tapi saya jadi korban sesudah kejadian. Polisi melancarkan serangan besar-besaran kepada mahasiswa.
Saya ingat, saya melolong ketakutan saat polisi menghampiri hostel tempat kami. Kami matikan lampu dan mencoba untuk tak kelihatan.
Malam berlalu dan sukurnya kami selamat. Tapi ada yang jelas sekarang:
Tak peduli apakah kami kritis atau tidak, kami sekarang sudah jadi target.
Kami, Muslim di India yang baru.
Muslim India: 'Kami menjadi warga negara kelas dua harus belajar hidup dgn ketakutan'Muslim India: 'Kami menjadi warga negara kelas dua harus belajar hidup dgn ketakutan'Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionMahasiswa Jamia Millia Islamia saat protes terhadap Undang-undang Kewarganegaraan di India.
Saya ingat ketika masih kanak-kanak sering terbangun mendengar lagu-lagu kebaktian Hindu.
Kami satu-satunya keluarga Muslim di lingkungan yang beragama Hindu di Negara Bagian Odisha (dulu Orissa).
Kami selalu merayakan festival bersama-sama. Mereka akan memakaikan inai di tanganku saat Idul Fitri.
Saya serta kakak dan adik akan ke rumah mereka ikut merayakan festival Navratri (sembilan malam) untuk merayakan kemenangan kebaikan atas kejahatan.
India pidanakan umat Muslim pelaku cerai 'talak tiga'
Pelaku cerai 'talak tiga' di India mungkin akan dipidana
Sekolah di India dukung siswa-siswa yang reka ulang peristiwa penghancuran masjid

Beberapa teman yang beragama Hindu akan datang makan nasi biryani yang dicampur daging dan rempah berlimpah.
Tak ada masjid di sekitar kami, tapi tak masalah. Ayah tidak terlalu taat beragama, sementara ibu melakukan salat lima kali sehari di rumah.
Saya bersekolah di sekolah Hindu, tapi perbedaan agama tidak pernah jadi masalah.
Hanya sekali seorang anak bertanya kepada saya: 'katanya Muslim tidak mandi setiap hari ya' dan saya pun tertawa. Jawab saya: "Kami Muslim tentu saja mandi setiap hari".
Agama menjadi bagian hidup kami, tapi saya tak pernah terlalu sadar akan identitas sebagai Muslim.
Sampai sekarang.
Kekuatan dari luar sedang memecah belah kami, dan saya tak yakin apakah pengalaman masa kecil ini bisa bertahan.
Kami mulai dapat cap sebagai "pemakan daging", pemerkosa yang merusak masyarakat, teroris yang membela Pakistan dan senang memualafkan orang Hindu, serta sebagai minoritas akan mengambil alih negara.
Kenyataannya, kami sedang menjadi warga negara kelas dua yang harus hidup dengan ketakutan.
Muslim India: 'Kami menjadi warga negara kelas dua harus belajar hidup dgn ketakutan'Muslim India: 'Kami menjadi warga negara kelas dua harus belajar hidup dgn ketakutan'Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionProtes terhadap "Citizenship Amendment Act" telah menyebar di seluruh India.
Dalam salah satu cuitannya, Perdana Menteri India Narendra Modi menyerukan agar protes terhadap Undang-undang Kewarganegaraan yang baru itu dilakukan dengan damai: "Ini saatnya untuk memelihara kedamaian, persatuan dan persaudaraan".
Sehari sebelumnya, di depan ribuan orang dan puluhan kamera ia berkata: "Orang-orang yang melakukan pembakaran bisa dilihat di TV. Mereka bisa dikenali dari pakaian mereka".
Ia tidak menguraikan lebih lanjut, tapi serangan terselubung terhadap Islam ini ironisnya, membuat saya makin relijius.
Saya mulai memakai jilbab ketika berusia 16 tahun.
Saya pindah ke Negara Bagian Uttar Pradesh di utara untuk sekolah di Aligarh Muslim University, dan mulai banyak bertemu perempuan berjilbab.
Itu adalah momen penuh inspirasi bagi saya, dan saya putuskan untuk menjadikan jilbab bagian dari kepribadian saya.
Kini saya berusia 22 tahun. Saya merasa terpanggil untuk berdiri melawan misinformasi yang disebarkan terang-terangan terhadap agama saya dan konstitusi negara saya.
Saya ingin menyuarakan kritik terhadap kebijakan diskriminatif dan kondisi ekonomi yang goyah.
Namun tiap kali, saya ditolak dengan alasan 'antikebangsaan' atau 'anti-Hindu' dan dipaksa mundur ke kegelapan.
Katanya, saya 'mengobarkan isu Hindu-Muslim' kalau saya menyatakan pendapat menentang kebijakan yang dibawa oleh PM Modi.
Kami hidup dalam masa yang berbahaya di mana agama dan nasionalisme berkelindan.
Kadang saya merasa orang menatap saya secara tajam di jalan karena jilbab yang saya kenakan.
Mungkin ini ketakutan tak beralasan, tapi suasana Islamofobia tersebar di seluruh negeri. Saya ingin menyerukan keprihatinan soal ini, tapi pandangan ini tersebar dengan kuat di media dan pemerintahan.
Partai yang berkuasa jelas-jelasan mendukung ideologi Hindu nasionalis dan kini banyak hukum yang berlandaskan diskriminasi agama.
Kelompok yang main hakim sendiri jadi mendapat kekuatan untuk mengungkapkan ujaran kebencian mereka terhadap kaum Muslim.
Dalam kondisi yang tidak menguntungkan ini, suara-suara kritis pelan-pelan menghilang.
Ini bukan India yang toleran tempat tumbuh saya. Kami berhak untuk hidup lebih baik.
Kami, 200 juta Muslim di India.

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50835094


partai BJP berkuasa ,India melakukan hal yang sama dengan yang si Trump lakukan untuk kaum minoritas.
0
457
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan