Kaskus

Story

pakimengsAvatar border
TS
pakimengs
Langkah Pertama
Dikala negeri sedang dilanda, sebuah cahaya datang, tidak berarti banyak namun sangat menentukan langkah anak muda ke depannya,
Sebuah dedikasi dari pemimpin untuk menjernihkan nama, membumbung sejarah seperti asap ditelan awan, melayang hingga dipuja-puja,
Kartu pra kerja sejatinya adalah ladang uang bagi penikmatnya, tidaj terkecuali lembaga yang bernaung di dalamnya, hamburan demi hamburan kertas berharga menyelinap di bawah meja kerja, sebuah aplikator pendidikan merasakan sensai dari politik terbang nama, anggaran yang sejatinya bisa merubah jalan fikiran anak muda untuk lebih jernih seakan menjadi boomerang...

Tidak lekang oleh kita bagaimana bapak SBY membagikan BLT seperti menabur garam di atas apai, bergejolak percikannya hingga terbang ke udara...
Saya berpendapat lain, dimasa karantina corona semua dalih mengabaikan sudut pandang tentang kemajuan , manusia diciptakan inovatif sesuai dengan klasifikasi tujuannya masing-masing, seperti apa yang terjadi belakangan ini,
Handsanitizer bercapkan salah satu partai politik,
Masker yang berjudulkan salah satu manusia yang sering dibilang setengah malaikat oleh iwan fals,

Ya.. membumbung bagaikan tanah dihentak kaki, semua yang terjadi menjadu peluang, sekarang saya tau bedanya pintar dengan cerdas, akal diciptakan untuk menipu hati, nurani juga diciptakan sistematis mengikuti pola dari pemikiran, manusia ada yang baik dan buruk, semua terkumpul dalam stigma henegomi pilihan tindakan, cerdik dan licik tak jua pun berbeda, semua sama demi sebauh cita-cita agung.

Saya hanya bisa bermimpi melalui secarik kertas yang dibakar tadi malam, asapnya mulai mengepul dan kata-kata itu terbakar menjadi debu,
Saya ingat bagaimana pidato handal seperti bunga yang mekar, harum sampai membutakan indera yang lain, saya hanya jngat bagaimana pesona seorang manusia berdiru gagah hendak membawa kapal penuh nikmat, untuk negeri adalah sebuah pengorbanan yang tiada akhir, tapi kalimat yang terlanjur didengar beberapa dasawarsa kemerdekaan terasa hambar setelah beberapa waktu berjalan, tak mungkin menyalahkan diri atas pilihan, semua sama untuk cita-cita agung,

Di sebuah malam saya teringat untuk membelikan sebongkah beras untuk anak istri, ya saya teringat karena sudah 2 bulan saya mengakali diri untuk tetap hidup sementara istri dan anak saya kembalikan ke pelukan orang tua, kejam... Dari pada menjual apapun yang sudah kami perjuangkan berdua, buang rasa malu di antara sungai yang membawa entah kemana, takut akan kamera yang mengintai di sela2 jendela rumah, takut akan mulut yang tidaj bergeming mengurusi hal yang tidak bisa mereka bantu, suudzon saya kala itu, walau selama ini saya tidak mengingat lagi apa yang telah diberi ke orang lain,

Sebuah pencapaian rasional, dikala pagi tidak begitu semeriah biasanya, bagaimana siang menghantui raga yang telah lelah diterpa matahari, tidak juga malam yang sejuk dan angin-angin keheningan mengusik peristirahatan, saya di tengah-tengah rumah kosong mencari pelita asa atas bangkrutnya harapan.

Bersambung...
0
181
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan