Kaskus

Story

kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
Calon Pengantin Tenggelam di Danau
Selamat membaca cerpen FIKSI ini 


tik tik tik tik....

Suara detak jam dinding di kamarku memecah keheningan malam yang saat itu ia alami. Suara jangkrik malam pun tidak terdengar. Jangan kan suara manusia, gelak tawa atau apapun yang berbau bunyi bunyi an sudah tidak terdengar lagi di kamar itu. Hanya detak jarum jam dinding yang menjadi sumber bunyi malam itu. 

Kamar bercat putih dengan bercak noda noda warna kecoklatan bekas bocor air hujan, menjadi pemandangan yang nampak. Kamar berukuran 5 m x 6 m itu menjadi saksi bisu keheningan yang dialami oleh Husna. Seorang gadis cantik berparas manis, dengan kulit sawo matang, berhijab hitam, dengan cincin manis yang tersemat di jari manis tangan kanannya. Cincin indah tanda cinta abadi dari seorang pria yang telah melamarnya satu bulan lalu. Pria yang menjadi pujaan hati dan dambaannya setiap waktu. Pria yang telah mengisi isi hati dan mengobati gundah gulana dalam hati Husna. Pria itu adalah Anam, calon suaminya yang akan meminangnya sebagai istri minggu depan.

Sebagai calon pengantin, seharusnya Husna nampak bahagia. Seminggu sebelum menikah, seharusnya Husna sedang repot-repotnya mempersiapkan pernikahannya. Tetapi malam itu, Husna hanya duduk terdiam di dalam kamar tidur miliknya. Ia tidak bergerak, tidak pula nampak repot. Ia hanya duduk bersimpuh di lantai tanpa alas. Duduk diam dengan pandangan kosong tanpa harapan.
"Ya Allah, dimanakah dia...", jerit tanya Husna dalam hati.

Ia menunggu dan mencari dalam tangis nya sang calon suami. "Mas Anam, kamu dimana, semoga cepat ketemu ya mas...", ucapnya lirih. Seketika setelah ia berkata kalimat itu, tangis Husna pecah kembali. Ia semakin lemah dan tertunduk lesu di atas lantai dingin malam itu. Ia mencari keberadaan sang calon suami yang saat ini hilang. Hilang di telan sang penguasa danau di dekat desa tempat mereka tinggal. 

"Mas... seminggu lagi kita akan menikah..Harapan yang selama ini kita usahakan bersama, pernikahan yang sudah kita idam-idamkan... kamu dimana mas? kembalilah pulang.. calon istrimu ini menunggumu", ujarnya sambil terpejam dan meratapi nasib tragis yang menimpa calon suaminya. "Ya Allah, salah apa hamba ini, hingga hamba harus mengalami cobaan berat ini, tolong Anam ya Allah... selamatkan dia..".

Wanita mana yang sanggup menghadapi cobaan seperti ini. Seminggu sebelum menikah, ia harus mengalami tragedi berat. Ia kehilangan calon suaminya. Anam yang ditelan air danau sore itu. Impian yang telah mereka idamkan nampaknya seperti asap yang sirna ditelan angin dari timur. 

Anam memang pria yang selama ini Husna andalkan dalam setiap problem yang Husna alami. Lelaki dengan tubuh gemuk, berkulit putih, rambut lurus, dan senyum yang manis membuat Husna sangat jatuh hati semenjak mereka beranjak dewasa. Husna dan Anam tinggal bersama di sebuah desa dekat danau besar. Danau yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian warga desa. Mereka hidup dalam lingkungan nelayan danau, dengan segala kesederhanaan dan kerukunan antar warganya.

Tragedi sedih ini berawal dari permintaan Husna pada Anam sehari sebelum nya.. dalam air danau. Husna berbicara kepada Anam di ruang tamu rumah Husna. "Mas, dua minggu lagi kan pernikahan kita, tetapi uang untuk biaya sewa tenda masih kurang mas. Kita dapat uang dari mana ya ini?", tanya Husna sambil menunjukkan catatan berisi anggaran pernikahan mereka. Anam yang saat itu masih lelah mencari ikan nampak tidak bersemangat dalam menjawab pertanyaan Husna.

"aduh dek.. kenapa masih kurang lagi ya.. haduh..", keluhnya. Seketika melihat respons calon suaminya, ia menunjukkan emosi sesaat  yang sebenarnya bentuk kemanjaan dari seorang calon pengantin. "Gimana sih mas, kamu kok kayak gak bersemangat gini.. aku udah mikir capek capek lho, beneran mau nikah gak sih ini?", tegas Husna. Sontak saat mendengar kalimat itu, Anam langsung duduk tegak dan mencoba melihat dengan serius anggaran biaya pernikahan mereka.

Pernikahan sederhana sebenarnya. Hanya syukuran yang mengundang satu RW di desa tersebut, tetapi cukup menghabiskan biaya karena mereka hanyalah sepasang kekasih dengan penghasilan sedikit. Husna hanyalah buruh pengering ikan di dekat rumahnya. Sedangkan Anam, seorang nelayan  yang biasa mencari ikan di danau. Tetapi cinta mereka berdua membuat segala kemustahilan menjadi nyata untuk meraih mimpi mereka. Impian untuk hidup bersama dan bersatu dalam mahligai rumah tangga. 

"Tapi ini sedang musim hujan dek, kalau kita cari ikan tidak bisa setiap saat. tetapi ketika hujan reda, kita akan banyak dapat ikan...", ucap Anam. "Trus gimana mas, apa pinjam pak RT dulu aja?", tanya Husna. "nggak usah dek, kita kerja dulu aja, kan masih kurang seminggu lagi, masih cukup lah kumpulin uang..", jawab Anam. Wajah cerah kembali memenuhi paras cantik Husna. Begitupun Anam, ia nampak seperti pria yang benar benar bertanggung jawab.

 Prinsip mereka, hidup sederhana tidak apa-apa, yang penting saling mencintai, bisa makan, dan mengerti satu sama lain. Anam memang pria bertanggung jawab. Ia lah tulang punggung keluarganya. Dulu saat almarhum ibunya masih hidup, Anam lah yang menjamin kehidupan ibunya. Sekarang Anam hidup hanya bersama adiknya yang saat ini duduk di bangku SMP. Semua ia tanggung karena ia tidak ingin melukai hati adiknya seperti yang ayah mereka lakukan dulu. Ayah mereka meninggalkan mereka di desa, dan ia menikah bersama wanita lain di kota. 

Malam hari itu hujan turun dengan deras. Rumah Husna yang baru saja dibangun karena bantuan pemerintah pun tidak bisa terhindar dari amukan hujan deras yang menyebabkan kebocoran di beberapa titik genteng. "wah hujan deras, semoga besok terang, dan ikannya banyak", harap Husna. Anam sudah pulang ke rumahnya. Husna pun mencoba mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Tetapi entah mengapa, sampai jam 12 malam ia tidak bisa tidur dengan tenang. Ia merasa gundah dan gelisah. Ia juga bingung kenapa ia merasa gelisah. "Ini kenapa aku gelisah ya, seperti tidak tenang, seperti takut kalau ada apa-apa", pikirnya malam itu. 

Husna mulai melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 23.00. "Ayo mata tidur, kenapa sih kamu tidak bisa merem..", ucapnya. Ia memutar tubuhnya ke kanan, ke kiri, membalik bantalnya. Tetap saja tidak bisa tidur. Biasanya ketika hujan, Husna akan tidur dengan nyenyak. Tetapi berbeda pada malam itu. Akhirnya sekitar pukul 00.02 tengah malam, ia mencoba menjalankan ibadahnya. Ia sholat malam, dan memohon ketenangan dari Sang Pencipta. Setelah itu, ia pun mampu memejamkan matanya hingga pagi.

 Anam mulai bersiap siap menuju danau. Langit nampak mendung tetapi sudah tidak hujan lagi. Anam berharap ia akan mendapatkan ikan yang banyak hari itu. Para nelayan menyebutnya "moyek". Suatu istilah dimana ikan-ikan akan banyak naik ke daratan karena hujan deras, dan membawa ikan-ikan itu ke daerah yang lebih dangkal. Anam benar benar semangat, karena ia mempunya suatu target dalam pikirannya. Ia berharap bisa mendapatkan ikan untuk dapat dijual demi biaya pernikahan nya yang belum tercukupi minggu depan. 

Ternyata hari itu lah, musibah tragis terjadi, dan apakah Anam akan ditemukan? Hanya Tuhan Sang pencipta alam dan seisinya yang tahu. Waktu akan terus bergulir, menjadi suatu tanya dalam hati. 


bukhoriganAvatar border
vebryshimlieAvatar border
vebryshimlie dan bukhorigan memberi reputasi
2
483
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan