- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Lanjutan.....Madiun, Aku Datang!!! (Part 2)


TS
anggarido
Lanjutan.....Madiun, Aku Datang!!! (Part 2)
Spoiler for Kota Baru, Semangat Baru..Madiun, Aku Datang!! (Part 2):
Tapi tak tau kenapa, meski ayahku terkesan acuh ketika aku menceritakan pengalaman² yg baru saja aku alami, tetap saja aku bercerita ke ayahku meski tanggapannya dingin.
Seperti suatu ketika aku sedang asyik membaca buku di kamar dengan pintu kamar ku biarkan terbuka, ayah ibuku sedang bersenda-gurau dengan tetangga²ku di depan rumah. Dari mata ekorku terlihat'ayahku' berjalan ke arah meja makan, aku tak curiga sedikitpun. Baru ketika aku mendengar suara ayahku bercerita di depan rumah aku baru sadar bahwa selama terlihat 'ayahku' ke belakang tadi belum terlihat ayahku kembali, lalu siapa yg masuk tadi??? Aku berusaha tenang, meski logikaku berontak, ku letakkan bukuku, aku berjalan mengendap ke arah meja makan dengan kaki gemetar. Ya, tak ku temukan siapa2 di meja makan, ku lanjutkan ke arah dapur..saat ku mulai memasuki tempat cuci kulihat ada orang berdiri menghadap kompor, wanita bersanggul dan berpakaian layaknya sinden. Ia sedang mendengungkan lagu² jawa dengan bibir tertutup..karena memang dapur dan kamar mandi gelap saat itu, yg tersorot lampu hanyalah tempat cucian maka ku lihat samar², tapi jelas memakai kebaya berwarna kuning.
Ilustrasi wanita bersanggul berkebaya kuning.
Aku teringat ayahku menantangku bahwa laki-laki dewasa tak boleh takut dengan hal² yg bersifat ghaib karena akan melindungi anak istri kelak, apa jadinya jika seorang kepala rumah tangga tapi penakut. Aku memberanikan diri untuk berteriak, kupersiapkan nafasku, dan....
Wanita itu menghentikan dengungan lagu nya dan melirik ke arahku sambil tersenyum, lalu membalik badan tampak berjalan ke arahku ku fikir ia menghampiriku aku mundur dan terdesak tembok ternyata dia belok arah ke arah kamar mandi dan hilang di lekat nya kegelapan.
Masih ku ingat betul wajahnya tadi yg begitu ayu *cantik* tanpa melihat ke arahku dan nyelonong masuk ke kamar mandi. Aku terduduk lemas di tembok, keringatku sebesar jagung, bajuku basah dan persendian lututku seperti lepas. Aku memejamkan mata dan terus berfikir siapa wanita itu, karena itu pengalaman mistisku pertama saat ku remaja..lamunanku berhenti ketika dari arah pintu masuk meja makan ayah ku berteriak "Nyapo wS E N S O R.??" *Kenapa kamu..??* , Tak ku hiraukan aku langsung masuk kamar dan tidur.
Keesokan harinya, hariku penuh di sekolah yg ketika pulang memaksaku memejamkan mata karena rasa capek. Ku rebahkan badanku ke pembaringanku tanpa melepas putih abu-abuku, lelap ku tertidur hingga aku terkagetkan suara anak tetanggaku yg menangis karena jatuh dari sepeda nya, sial...umpatku.
Aku berusaha mengembalikan semangat badanku dan berjalan keluar kamar..seperti biasa, di jam² seperti ini hanya aku yg ada dirumah karena ibuku pasti masih asyik bermain tenis dan ayahku belum pulang, resiko menjadi anak tunggal fikirku. Aku berjalan ke arah meja makan, disana sudah tersedia kopi dan teh milik ayahku yg sengaja disiapkan ibuku sebelum beraktifitas sore yg menjadi rutinitasnya. Ku buka tudung saji di sebelah kopi ada ayam bumbu kecap pedas dengan irisan cabai merah dan hijau kesukaanku, ku ambil piring dan nasi dan ku ambil beberapa ayam dan kuahnya ku bawa ke ruang tamu. Sedang asyik²nya menikmati ayamku setelah ku ambil beberapa sendok nasi dan mengunyahnya sambil menatap luar, aku dikagetkan oleh 'seseorang' yg duduk di kursi di hadapanku tapi seketika menghilang. Aku berhenti mengunyah dan terpatung sambil melotot ke arah kursi tersebut, apa itu tadi benakku. Aku gali ingatanku barusan, aku tak melihat wajahnya bahkan badannya hanya seperti orang yg duduk membelakangi cahaya dan tak terlihat wujudnya, layaknya siluet..hanya yg pasti terlihat seperti layaknya orang sedang duduk. Aku tak bernafsu lagi menggerogoti tulang ayamku, kenyang rasanya, lidahku kelu, aku terpaku begitu lama sampai aku terbangun dari lamunanku dengan nafas menderu-deru layaknya orang setelah marathon. Dua hari berturut2 mereka tampak seperti menjajal penglihatanku. Kepalaku mendadak berat, tak dapat menerima kenyataan macam apa ini. Sampai akhirnya ayahku datang dan dilanjutkan ibuku menjelang mahgrib.
Ilustrasi siluet orang sedang duduk.
Malam hari aku tak bisa tidur, kupaksa memejamkan mata tapi pedih ku dapat. Aku berniat menyalakan lagi lampu kamarku dan akan membaca buku. Baru berdiri dari tempat tidurku dan berjalan ke arah saklar aku seperti tertabrak sesuatu yg sangat besar dan memaksaku mundur beberapa langkah, di sela2 kegelapan samar2 aku lihat lelaki berpakaian jawa layaknya dalang berdiri di hadapanku dan tersenyum padaku. "Sopo wS E N S O R..!!" *Siapa kamu* , dan menghilang. Fikiranku buntu menghadapi ini semua, ada apa ini, kenapa seperti ini, kejadian berturut-turut seperti ini membuatku seperti tak memberiku kesempatan untuk bernafas.
Ilustrasi Pria Berbaju Jawa.
Berhari-hari ke depan aku tak nafsu makan, di sekolah ataupun dirumah..pekerjaanku hanya merenung memikirkan siapa mereka sebenarnya, untuk apa menemuiku. Pertanyaan² macam itulah yg wira-wiri di kepalaku akhir² ini. Sampai disuatu malam, ayahku mengajakku bercengkerama di ruang tamu, cukup lama. Basa-basi di awal menanyakan tentang pendidikanku, kehidupanku di luar rumah lalu ke inti obrolan tentang kesiapanku untuk menjadi 'manusia seutuhnya'.
Ayahku ingin anaknya mewarisi segala macam ilmu²nya sehingga ia ingin memantapkan pondasi terlebih dahulu dengan menyuruhku bertapa/bersemedi layaknya yg dilakukan ayahku saat belia dulu untuk menemukan jati diriku yg sebenarnya. Aku menolaknya, karena sama sekali aku tak berminat mempelajari bahkan diberi ilmu nya, yg ada di fikiranku ialah melihat hal² seperti itu saja beberapa hari ini sudah membuatku gila apalagi harus terlihat 'biasa' dengan mereka. Tapi ayahku seperti dapat membaca fikiranku dan menyela,
Memang ku akui, aku ingin memiliki ilmu seperti ayahku, tapi ku tak butuh ilmu indera ke enam milik ayahku yg bebas melihat apa saja tanpa tabir. Yg ku mau hanyalah ilmu² kanuragan untuk adu fisik dan bathin saja. Seperti cerita adik teman ayahku yg menjadi guru olahraga ku ketika aku bersekolah 2 bulan di Ponorogo. Sebagai anak baru pindahan dari kota, guruku menanyaiku ketika di hari pertama aku ikut pelajaran olahraga, ditanya asal-usulku, alasan pindah kesini, disini tinggal dimana, siapa ayah dan ibuku dll..ketika ku jawab kalau ayahku Paidjo orang bedrug, dan aku tinggal di rumah nenekku Hartini...ia kaget,
"Berarti kamu cucu buyutnya Mbah Wirjodihardjo??? Bapakmu Paidjo rumahnya desa bedrug pulung???" , Iya pak tangkasku. Dia diam sejenak dan menggelengkan kepala sambil terkekeh.."Dunia itu memang sempit" , "memang kenapa pak?" Tanyaku penasaran.
Guruku : Bapakmu dulu teman kakakku, bukan teman, lebih tepatnya musuh. Tapi akhirnya menjadi teman baik. Dulu bpkmu sangat disegani di kawasan ini karena terkenal dengan ilmu nya yg tinggi. Dia pernah diajak duel oleh kakakku di sawah malam². Saat itu bapakmu masih jadi sopir angkutan belum menjadi suami ibumu. Kakakku, karena suatu masalah mencari bpkmu di pangkalan bermaksud mengajak duel. Karena tak menemukan bapakmu, kakakku berpesan ke teman² sesama sopir bapakmu kalau bapakmu datang bilang dicari kakakku.
Aku : Haaa?? Terus pak??
Guruku : *Dia menoleh kepadaku sejenak sambil tersenyum lalu melanjutkan ceritanya* , malamnya sekitar jam 22:00 bpkmu menggedor pintu rumahku, kebetulan aku yg membukakan, aku waktu itu masih kecil mungkin seumuranmu..lalu bpkmu menanyakan keberadaan kakakku, belum sampai ku jawab kakakku sudah menghampiri ku dan bercakap² didepan dengan bpkmu, karena penasaran aku menguping pembicaraan mereka, ku dengar bpkmu tny alasan kenapa kakakku mencarinya lalu kakakku memberikan alasannya dan bpkmu bilang kalau dia tak ingin ribut dirumah org, maka bpkmu mengajak kakakku ke sawah dekat rumahku.
Aku yg semakin penasaran karena memang jelas ku dengar mereka akan berkelahi, semakin membuat semangatku bertambah untuk membuntuti mereka berdua dari belakang tanpa sepengetahuannya.
Tiba di pinggir sawah dalam keadaan gelap, mereka beradu jotos yg diawali dengan tendangan terbang dari kakakku tp bpkmu terlampau lincah, kakakku menyerang bpkmu berulang kali tapi tak ada yg mengenai wajah ataupun tubuh bpkmu, bpkmu sangat lincah menghindar seperti kera. Tapi terakhir kalinya bpkmu kelelahan menghindar dan akhirnya terkena tendangan bawah kakakku dan jatuh. Kakakku sempat tertawa melihat bpkmu jatuh dan menantangnya bangun..setelah bangun, bpkmu aku lihat memegang kelopak mata kiri nya dgn jempolnya padahal seingatku tak terkena apa²..setelah melepaskan mata kirinya seketika tangan nya mengeluarkan api...
Aku : Haaa,,apii?? Yg bener pakk??
Guruku : Kayak film kartun ya, tapi itu nyata, aku saksi nya..suasana waktu itu gelap, dan waktu tangan bpkmu mengeluarkan api mendadak jd terang, kakakku kaget dan mundur pelan²..sambil tangan yg sebelumnya membentuk kuda² lalu berubah menjadi ungkapan maaf yg aku dgr, "ampun jo, ampun.." , tapi bpkmu g mndengarkan kakakku, bpkmu maju menyerang kakakku secara cepat dan beberapa pukulan melayang di wajah dan dada kakakku. Setelah kakakku tersungkur dan minta ampun untuk kesekian kalinya baru bpkmu memaafkan dan meninggalkan kakakku. Aku hampiri kakakku yg masih tergeletak dan ketika ku sampai ditempat dia meringkuk sambil memegangi wajah & dadanya karena lukanya seperti terkena luka bakar yg parah dan baju bagian dadanya robek seperti kena api dengan dada yg terluka seperti bagian wajah, dan akhirnya aku membopong kakakku pulang.
Aku : *terdiam*
Guruku : Pernah juga,. yg namanya sopir angkutan itu rebutan penumpang hal yg biasa, cerita nya bpkmu g terima ada teman sesama sopir merebut penumpang yg hrusnya ikut ke mobilnya..bpkmu mngejar mobil angkutan temannya itu dan memotong jalur depan mobil pas depan mobil yg memaksa temannya ngerem dadakan. Bpkmu teriak suruh temannya ini turun, tapi temannya gmw turun, malah yg turun anggota polisi yg naik angkutan tapi dia intel, polisi itu ngeluarin pistol dan ditodongkan ke kepala bpkmu, bpkmu diam saja dan melihat mata polisi tsb. Polisi itu trs mengancam kalau bpkmu g memindah mobilnya akan ditembak. Bpkmu tetap diam saja sampai polisinya jengkel ambil tembakan peringatan lalu bpkmu balik badan ke arah mobilnya, polisi itu memanggil bpkmu smbil berteriak krn dianggap tak menghormati petugas, bpkmu tetap jalan saja tanpa menghiraukan polisi tsb sampai polisi itu nembak kaki bapakmu eh tapi bapakmu seketika pindah tempat di sebelah jalur arah dia jalan tanpa meloncat atau apapun, kejadiannya seperti hilang gt aja trs pindah di sebelahnya. Akhirnya karena polisi itu membawa borgol akhirnya bpkmu ditahan beberapa hari.
Aku : Bapak kok tau bgt ceritanya?
Guruku : Karena polisi itu , Pak Puh ku *Paman*
Ku tanyakan cerita guruku itu pada ayahku saat malam itu yg selama ini tak pernah ku tanyakan. "Iku gampang..." *Itu mudah*Kata ayahku. Ayahku lanjut bercerita bahwa ia juga mempunyai tali berbentuk bolah bertuliskan aksara jawa yg bernama Tali Sabdo. Tali itu juga untuk beradu fisik dengan musuh kita, tapi tak boleh digunakan sebelum kita mengeluarkan darah dari tubuh kita. Tali itu salah satu pemberian dari Mbah Uceng guru ayahku yg kata ayahku pernah ia mempraktekannya ke ayam dengan membaca mantra nya lalu dicambukkan ke tubuh ayam, ayam itu langsung kejang² dan mati. Dan masih banyak lagi jimat² seperti itu yg dimiliki oleh ayahku.
Ayahku menanyakan kembali tentang kemauan ku belajar kanuragan, tapi setelah ku perhitungkan efek yg ditimbulkannya aku jadi segan lagi ingin memilikinya. Tapi ayahku menguatkanku dengan bicara
Aku tetap pada pendirianku, aku tak ingin memiliki ilmu² itu, aku ingin menjadi manusia normal yg masih bisa merasakan kekalahan saat berkelahi dan masih bisa tertembus peluru saat aku berbuat keji suatu hari nanti sebagai peringatan diriku sendiri.
Ayahku tersenyum mendengar alasanku dan tak lagi memaksaku untuk menuruti keinginannya dan tak lupa ayahku juga minta maaf karena beberapa hari ini ia sengaja 'melepas penjaga' beberapa keris nya untuk menemuiku. Sial...gumamku.
Seperti remaja pada umumnya, aku pun melalui masa pubertas yg kata sebagian orang masa dimana pencarian jati diri. Di masa² itu aku pun juga sempat sering membuat jengkel ayahku yg ia naik pitam. Seperti kejadian yg tak pernah ku lupakan, aku pulang malam dalam keadaan mabuk, santai saja ku masuk rumah karena semua sudah terlelap tidur, fikirku. Ternyata ayahku menunggu diruang tamu dan mencium bau naga mulutku, tak banyak bicara...plakkkk!!!Jari lima melayang ke pipi kiriku yg membuatku jatuh menimpa guci milik ibuku hingga pecah berantakan. Esok paginya aku tak masuk sekolah karena demam, sore nya aku dibawa ke dokter oleh ibuku dan diberi resep. Tapi anehnya demamnya tak mau turun selama 2 hari padahal kata dokter, demamku ini hanyalah demam biasa. Ayahku bicara dengan ibuku kalau aku tak akan sembuh kalau belum ia tampar di pipi sebelahku karena cuma itu penawarnya. Kemarin aku ditampar di pipi kiriku, artinya pipi kananku harus ku relakan merasakan pedih seperti dua hari yg lalu. Esok paginya badanku segar seperti tak pernah sakit. Aneh memang.
Tak ku sangka, aku ditakdirkan tak berjodoh lama di rumah kompleks perumahan ini. Sekitar kelas 2 SMA ketika tahun baru, ada peristiwa mencengangkan seluruh kota madiun. Ada peristiwa pembunuhan dan pembakaran seorang suami pada istrinya yg terjadi tepat di samping kanan rumahku. Panjang latar belakangnya, yg tak mungkin ku ceritakan disini. Yg jelas peristiwa itu membuat kegiatan berkumpul tiap malam berhenti total karena ketakutan. Ketakutan warga sangatlah beralasan, karena di dasari berbagai sumber tetangga²ku yg menyatakan banyak kejadian aneh sebelum 40 hari kematian tetangga samping rumahku tsb. Seperti cerita yg dialami langsung oleh tetanggaku yg terletak tiga rumah ke barat dari rumahku. Mereka tinggal ber-empat, Pak C*t**, oma (panggilan tetangga² yg merupakan ibu dari istri Pak C*t**), istri dan anak perempuan satu. Mereka kebetulan beragama nasrani. Dan kebiasaan oma adalah jika minggu malam beliau menjalani ibadah malam di gereja yg mengharuskan beliau pulang larut.
Tiap ke gereja oma selalu di antar jemput mobil gereja, hingga pada malam itu tepatnya setelah peristiwa pembakaran tsb, suatu malam oma pulang dari gereja sekitar pukul 01:00, dan menjadi kebiasaan oma pulalah kalau pulang dari gereja beliau tak langsung tidur melainkan menonton TV terlebih dahulu, begitupun malam itu..setelah sampai, oma ganti pakaian dan menonton TV dengan pintu utama terbuka. Sayup² menurut pengakuan oma sendiri beliau mendengar seperti suara sekumpulan orang menggemakan suara tahlil yg biasanya diserukan ketika mengantar jenazah ke peristirahatan terakhir. Derap kakinya jelas, siapa lagi yg meninggal? Tanya oma dalam hati, dan oma berjalan menghampiri sumber suara tsb dari dalam pagar dan ketika oma melihat kiri-kanan tak ada satu pun orang.
Ibuku mungkin satu²nya orang di gang tsb yg benar² shock karena lokasi berdempetan ditambah mengingat peristiwa meninggalnya yg tidak wajar..selama 2 bulan ibuku tak mau tinggal dirumah melainkan tinggal dirumah tanteku. Praktis ketika ayah belum pulang, aku dirumah sendiri...sempurna, kataku dalam hati. Aku sengaja meneriakkan salam ketika aku pulang sekolah dan itu membuatku sedikit tenang..aku berusaha biasa saja dan kulupakan peristiwa itu, aku berusaha mencari kesibukan dirumah agar tak fokus memikirkan rumah sebelahku. Tapi keberanianku ternyata hanya bertahan 7 hari, setelah acara selamatan 7 hari yg diadakan rukun tetangga di lingkunganku yg sengaja digelar didepan rumah TKP, para warga langsung pulang kerumah masing2..begitupun juga aku dan ayahku. Ayahku masih terjaga dan menonton TV, aku masuk kamar dan berusaha tidur. Tapi menjelang terlelap aku dikagetkan suara geraman dari balik dinding kamarku dan suara cakaran di balik dinding sebelah yg dilakukan secara perlahan tapi terus menerus. Aku berusaha tenang, tapi lama-kelamaan semakin keras dan akhirnya aku teriak memanggil ayahku. Ayahku masuk ke dalam dan menyeretku keluar dan menyuruhku tidur dengannya di kamar ayahku, seakan ia faham apa yg aku alami barusan..ia meninggalkanku untuk keluar menuju rumah samping yg masih dikelilingi garis polisi, tak ku ketahui apa yg dilakukannya. Ayahku pun setelah kembali juga tak cerita apa² cuma memberiku air putih untuk aku habiskan. Setelah itu kami tidur.
2 bulan berlalu sejak peristiwa itu, ibuku minta pindah rumah..kebetulan ayahku memiliki tanah yg cukup luas di daerah yg hingga sekarang aku tempati ini. Akhirnya tanpa fikir panjang ayahku menjual rumah kami di perumahan ini dan segera bersiap membangun rumah di tanah tsb.
Seperti suatu ketika aku sedang asyik membaca buku di kamar dengan pintu kamar ku biarkan terbuka, ayah ibuku sedang bersenda-gurau dengan tetangga²ku di depan rumah. Dari mata ekorku terlihat'ayahku' berjalan ke arah meja makan, aku tak curiga sedikitpun. Baru ketika aku mendengar suara ayahku bercerita di depan rumah aku baru sadar bahwa selama terlihat 'ayahku' ke belakang tadi belum terlihat ayahku kembali, lalu siapa yg masuk tadi??? Aku berusaha tenang, meski logikaku berontak, ku letakkan bukuku, aku berjalan mengendap ke arah meja makan dengan kaki gemetar. Ya, tak ku temukan siapa2 di meja makan, ku lanjutkan ke arah dapur..saat ku mulai memasuki tempat cuci kulihat ada orang berdiri menghadap kompor, wanita bersanggul dan berpakaian layaknya sinden. Ia sedang mendengungkan lagu² jawa dengan bibir tertutup..karena memang dapur dan kamar mandi gelap saat itu, yg tersorot lampu hanyalah tempat cucian maka ku lihat samar², tapi jelas memakai kebaya berwarna kuning.

Aku teringat ayahku menantangku bahwa laki-laki dewasa tak boleh takut dengan hal² yg bersifat ghaib karena akan melindungi anak istri kelak, apa jadinya jika seorang kepala rumah tangga tapi penakut. Aku memberanikan diri untuk berteriak, kupersiapkan nafasku, dan....
Quote:
"Hehhhh, sopooo weeS E N S O R.!!!" *Heh, siapa kamu..!!*
Wanita itu menghentikan dengungan lagu nya dan melirik ke arahku sambil tersenyum, lalu membalik badan tampak berjalan ke arahku ku fikir ia menghampiriku aku mundur dan terdesak tembok ternyata dia belok arah ke arah kamar mandi dan hilang di lekat nya kegelapan.
Masih ku ingat betul wajahnya tadi yg begitu ayu *cantik* tanpa melihat ke arahku dan nyelonong masuk ke kamar mandi. Aku terduduk lemas di tembok, keringatku sebesar jagung, bajuku basah dan persendian lututku seperti lepas. Aku memejamkan mata dan terus berfikir siapa wanita itu, karena itu pengalaman mistisku pertama saat ku remaja..lamunanku berhenti ketika dari arah pintu masuk meja makan ayah ku berteriak "Nyapo wS E N S O R.??" *Kenapa kamu..??* , Tak ku hiraukan aku langsung masuk kamar dan tidur.
Keesokan harinya, hariku penuh di sekolah yg ketika pulang memaksaku memejamkan mata karena rasa capek. Ku rebahkan badanku ke pembaringanku tanpa melepas putih abu-abuku, lelap ku tertidur hingga aku terkagetkan suara anak tetanggaku yg menangis karena jatuh dari sepeda nya, sial...umpatku.
Aku berusaha mengembalikan semangat badanku dan berjalan keluar kamar..seperti biasa, di jam² seperti ini hanya aku yg ada dirumah karena ibuku pasti masih asyik bermain tenis dan ayahku belum pulang, resiko menjadi anak tunggal fikirku. Aku berjalan ke arah meja makan, disana sudah tersedia kopi dan teh milik ayahku yg sengaja disiapkan ibuku sebelum beraktifitas sore yg menjadi rutinitasnya. Ku buka tudung saji di sebelah kopi ada ayam bumbu kecap pedas dengan irisan cabai merah dan hijau kesukaanku, ku ambil piring dan nasi dan ku ambil beberapa ayam dan kuahnya ku bawa ke ruang tamu. Sedang asyik²nya menikmati ayamku setelah ku ambil beberapa sendok nasi dan mengunyahnya sambil menatap luar, aku dikagetkan oleh 'seseorang' yg duduk di kursi di hadapanku tapi seketika menghilang. Aku berhenti mengunyah dan terpatung sambil melotot ke arah kursi tersebut, apa itu tadi benakku. Aku gali ingatanku barusan, aku tak melihat wajahnya bahkan badannya hanya seperti orang yg duduk membelakangi cahaya dan tak terlihat wujudnya, layaknya siluet..hanya yg pasti terlihat seperti layaknya orang sedang duduk. Aku tak bernafsu lagi menggerogoti tulang ayamku, kenyang rasanya, lidahku kelu, aku terpaku begitu lama sampai aku terbangun dari lamunanku dengan nafas menderu-deru layaknya orang setelah marathon. Dua hari berturut2 mereka tampak seperti menjajal penglihatanku. Kepalaku mendadak berat, tak dapat menerima kenyataan macam apa ini. Sampai akhirnya ayahku datang dan dilanjutkan ibuku menjelang mahgrib.

Malam hari aku tak bisa tidur, kupaksa memejamkan mata tapi pedih ku dapat. Aku berniat menyalakan lagi lampu kamarku dan akan membaca buku. Baru berdiri dari tempat tidurku dan berjalan ke arah saklar aku seperti tertabrak sesuatu yg sangat besar dan memaksaku mundur beberapa langkah, di sela2 kegelapan samar2 aku lihat lelaki berpakaian jawa layaknya dalang berdiri di hadapanku dan tersenyum padaku. "Sopo wS E N S O R..!!" *Siapa kamu* , dan menghilang. Fikiranku buntu menghadapi ini semua, ada apa ini, kenapa seperti ini, kejadian berturut-turut seperti ini membuatku seperti tak memberiku kesempatan untuk bernafas.

Berhari-hari ke depan aku tak nafsu makan, di sekolah ataupun dirumah..pekerjaanku hanya merenung memikirkan siapa mereka sebenarnya, untuk apa menemuiku. Pertanyaan² macam itulah yg wira-wiri di kepalaku akhir² ini. Sampai disuatu malam, ayahku mengajakku bercengkerama di ruang tamu, cukup lama. Basa-basi di awal menanyakan tentang pendidikanku, kehidupanku di luar rumah lalu ke inti obrolan tentang kesiapanku untuk menjadi 'manusia seutuhnya'.
Ayahku ingin anaknya mewarisi segala macam ilmu²nya sehingga ia ingin memantapkan pondasi terlebih dahulu dengan menyuruhku bertapa/bersemedi layaknya yg dilakukan ayahku saat belia dulu untuk menemukan jati diriku yg sebenarnya. Aku menolaknya, karena sama sekali aku tak berminat mempelajari bahkan diberi ilmu nya, yg ada di fikiranku ialah melihat hal² seperti itu saja beberapa hari ini sudah membuatku gila apalagi harus terlihat 'biasa' dengan mereka. Tapi ayahku seperti dapat membaca fikiranku dan menyela,
Quote:
"Kowe rung kenal sejatining awakmu, opo sing mbok fikir tentang bayanganmu nang dunyo wi wis kegowo karo lekmu nonton film setan, ora enek pocongan, ora enek kuntilanak, ora enek genderuwo, dll iku, .. iku kabeh bayanganmu dewe sing mbok gawe² dewS E N S O R.wujude barang alus ki ora kabeh koyo ngno, masio misale enek sing wujude koyo kuntilanak n pocong kuwi tingkatan sing paling ngisor dewe coro kelas, nang duwure sek akeh neh sing sampek barang alus sing gak iso ditontok menungso yo enek...kowe keweden soale we urung ngerti sejatining awakmu.."
*Kamu belum kenal sejatinya dirimu sendiri, apa yg km fikirkan ttg bayanganmu di dunia itu sudah terbawa dengan pengaruhmu menonton film hantu, tdk ada pocong, tdk ada kuntilanak, tdk ada genderuwo dll itu..itu semua bayanganmu sendiri yg kamu ciptakan sendiri. Wujud makhluk halus itu tdk semua seperti itu, meski misalkan ada yg berwujud seperti kuntilanak dan pocong itu tingkatan yg paling rendah kalau di analogikan dengan kelas. Di atasnya masih banyak lagi yg sampai² tdk bisa dilihat manusia ya ada, kamu ketakutan karena kamu belum tau sejatinya dirimu sendiri.*
*Kamu belum kenal sejatinya dirimu sendiri, apa yg km fikirkan ttg bayanganmu di dunia itu sudah terbawa dengan pengaruhmu menonton film hantu, tdk ada pocong, tdk ada kuntilanak, tdk ada genderuwo dll itu..itu semua bayanganmu sendiri yg kamu ciptakan sendiri. Wujud makhluk halus itu tdk semua seperti itu, meski misalkan ada yg berwujud seperti kuntilanak dan pocong itu tingkatan yg paling rendah kalau di analogikan dengan kelas. Di atasnya masih banyak lagi yg sampai² tdk bisa dilihat manusia ya ada, kamu ketakutan karena kamu belum tau sejatinya dirimu sendiri.*
Memang ku akui, aku ingin memiliki ilmu seperti ayahku, tapi ku tak butuh ilmu indera ke enam milik ayahku yg bebas melihat apa saja tanpa tabir. Yg ku mau hanyalah ilmu² kanuragan untuk adu fisik dan bathin saja. Seperti cerita adik teman ayahku yg menjadi guru olahraga ku ketika aku bersekolah 2 bulan di Ponorogo. Sebagai anak baru pindahan dari kota, guruku menanyaiku ketika di hari pertama aku ikut pelajaran olahraga, ditanya asal-usulku, alasan pindah kesini, disini tinggal dimana, siapa ayah dan ibuku dll..ketika ku jawab kalau ayahku Paidjo orang bedrug, dan aku tinggal di rumah nenekku Hartini...ia kaget,
"Berarti kamu cucu buyutnya Mbah Wirjodihardjo??? Bapakmu Paidjo rumahnya desa bedrug pulung???" , Iya pak tangkasku. Dia diam sejenak dan menggelengkan kepala sambil terkekeh.."Dunia itu memang sempit" , "memang kenapa pak?" Tanyaku penasaran.
Quote:
Guruku : Bapakmu dulu teman kakakku, bukan teman, lebih tepatnya musuh. Tapi akhirnya menjadi teman baik. Dulu bpkmu sangat disegani di kawasan ini karena terkenal dengan ilmu nya yg tinggi. Dia pernah diajak duel oleh kakakku di sawah malam². Saat itu bapakmu masih jadi sopir angkutan belum menjadi suami ibumu. Kakakku, karena suatu masalah mencari bpkmu di pangkalan bermaksud mengajak duel. Karena tak menemukan bapakmu, kakakku berpesan ke teman² sesama sopir bapakmu kalau bapakmu datang bilang dicari kakakku.
Aku : Haaa?? Terus pak??
Guruku : *Dia menoleh kepadaku sejenak sambil tersenyum lalu melanjutkan ceritanya* , malamnya sekitar jam 22:00 bpkmu menggedor pintu rumahku, kebetulan aku yg membukakan, aku waktu itu masih kecil mungkin seumuranmu..lalu bpkmu menanyakan keberadaan kakakku, belum sampai ku jawab kakakku sudah menghampiri ku dan bercakap² didepan dengan bpkmu, karena penasaran aku menguping pembicaraan mereka, ku dengar bpkmu tny alasan kenapa kakakku mencarinya lalu kakakku memberikan alasannya dan bpkmu bilang kalau dia tak ingin ribut dirumah org, maka bpkmu mengajak kakakku ke sawah dekat rumahku.
Aku yg semakin penasaran karena memang jelas ku dengar mereka akan berkelahi, semakin membuat semangatku bertambah untuk membuntuti mereka berdua dari belakang tanpa sepengetahuannya.
Tiba di pinggir sawah dalam keadaan gelap, mereka beradu jotos yg diawali dengan tendangan terbang dari kakakku tp bpkmu terlampau lincah, kakakku menyerang bpkmu berulang kali tapi tak ada yg mengenai wajah ataupun tubuh bpkmu, bpkmu sangat lincah menghindar seperti kera. Tapi terakhir kalinya bpkmu kelelahan menghindar dan akhirnya terkena tendangan bawah kakakku dan jatuh. Kakakku sempat tertawa melihat bpkmu jatuh dan menantangnya bangun..setelah bangun, bpkmu aku lihat memegang kelopak mata kiri nya dgn jempolnya padahal seingatku tak terkena apa²..setelah melepaskan mata kirinya seketika tangan nya mengeluarkan api...
Aku : Haaa,,apii?? Yg bener pakk??
Guruku : Kayak film kartun ya, tapi itu nyata, aku saksi nya..suasana waktu itu gelap, dan waktu tangan bpkmu mengeluarkan api mendadak jd terang, kakakku kaget dan mundur pelan²..sambil tangan yg sebelumnya membentuk kuda² lalu berubah menjadi ungkapan maaf yg aku dgr, "ampun jo, ampun.." , tapi bpkmu g mndengarkan kakakku, bpkmu maju menyerang kakakku secara cepat dan beberapa pukulan melayang di wajah dan dada kakakku. Setelah kakakku tersungkur dan minta ampun untuk kesekian kalinya baru bpkmu memaafkan dan meninggalkan kakakku. Aku hampiri kakakku yg masih tergeletak dan ketika ku sampai ditempat dia meringkuk sambil memegangi wajah & dadanya karena lukanya seperti terkena luka bakar yg parah dan baju bagian dadanya robek seperti kena api dengan dada yg terluka seperti bagian wajah, dan akhirnya aku membopong kakakku pulang.
Aku : *terdiam*
Guruku : Pernah juga,. yg namanya sopir angkutan itu rebutan penumpang hal yg biasa, cerita nya bpkmu g terima ada teman sesama sopir merebut penumpang yg hrusnya ikut ke mobilnya..bpkmu mngejar mobil angkutan temannya itu dan memotong jalur depan mobil pas depan mobil yg memaksa temannya ngerem dadakan. Bpkmu teriak suruh temannya ini turun, tapi temannya gmw turun, malah yg turun anggota polisi yg naik angkutan tapi dia intel, polisi itu ngeluarin pistol dan ditodongkan ke kepala bpkmu, bpkmu diam saja dan melihat mata polisi tsb. Polisi itu trs mengancam kalau bpkmu g memindah mobilnya akan ditembak. Bpkmu tetap diam saja sampai polisinya jengkel ambil tembakan peringatan lalu bpkmu balik badan ke arah mobilnya, polisi itu memanggil bpkmu smbil berteriak krn dianggap tak menghormati petugas, bpkmu tetap jalan saja tanpa menghiraukan polisi tsb sampai polisi itu nembak kaki bapakmu eh tapi bapakmu seketika pindah tempat di sebelah jalur arah dia jalan tanpa meloncat atau apapun, kejadiannya seperti hilang gt aja trs pindah di sebelahnya. Akhirnya karena polisi itu membawa borgol akhirnya bpkmu ditahan beberapa hari.
Aku : Bapak kok tau bgt ceritanya?
Guruku : Karena polisi itu , Pak Puh ku *Paman*
Ku tanyakan cerita guruku itu pada ayahku saat malam itu yg selama ini tak pernah ku tanyakan. "Iku gampang..." *Itu mudah*Kata ayahku. Ayahku lanjut bercerita bahwa ia juga mempunyai tali berbentuk bolah bertuliskan aksara jawa yg bernama Tali Sabdo. Tali itu juga untuk beradu fisik dengan musuh kita, tapi tak boleh digunakan sebelum kita mengeluarkan darah dari tubuh kita. Tali itu salah satu pemberian dari Mbah Uceng guru ayahku yg kata ayahku pernah ia mempraktekannya ke ayam dengan membaca mantra nya lalu dicambukkan ke tubuh ayam, ayam itu langsung kejang² dan mati. Dan masih banyak lagi jimat² seperti itu yg dimiliki oleh ayahku.
Ayahku menanyakan kembali tentang kemauan ku belajar kanuragan, tapi setelah ku perhitungkan efek yg ditimbulkannya aku jadi segan lagi ingin memilikinya. Tapi ayahku menguatkanku dengan bicara
Quote:
"Ilmu kuwi dicekel udu dinggo adigang adigung adiguno, tapi yen pancen nyekel ilmu kudu sabar, eling lan waspodo, mergo wis eruh akibate dadi yen ora parah kejahatane wong liyo neng awakdewe yo ora usah ditoknS E N S O Rdigae pas kepepet.."
*ilmu itu dipegang bukan untuk sombong, dan sok-sok an, tapi kalau memang megang ilmu harus sabar, ingat (Tuhan) & selalu waspada, karena tau akibat yg ditimbulkannya jadi kalaupun tdk parah sekali kejahatannya org lain ke kita ya tdk ush dikeluarkan, digunakan saat kepepet*
*ilmu itu dipegang bukan untuk sombong, dan sok-sok an, tapi kalau memang megang ilmu harus sabar, ingat (Tuhan) & selalu waspada, karena tau akibat yg ditimbulkannya jadi kalaupun tdk parah sekali kejahatannya org lain ke kita ya tdk ush dikeluarkan, digunakan saat kepepet*
Aku tetap pada pendirianku, aku tak ingin memiliki ilmu² itu, aku ingin menjadi manusia normal yg masih bisa merasakan kekalahan saat berkelahi dan masih bisa tertembus peluru saat aku berbuat keji suatu hari nanti sebagai peringatan diriku sendiri.
Ayahku tersenyum mendengar alasanku dan tak lagi memaksaku untuk menuruti keinginannya dan tak lupa ayahku juga minta maaf karena beberapa hari ini ia sengaja 'melepas penjaga' beberapa keris nya untuk menemuiku. Sial...gumamku.
Seperti remaja pada umumnya, aku pun melalui masa pubertas yg kata sebagian orang masa dimana pencarian jati diri. Di masa² itu aku pun juga sempat sering membuat jengkel ayahku yg ia naik pitam. Seperti kejadian yg tak pernah ku lupakan, aku pulang malam dalam keadaan mabuk, santai saja ku masuk rumah karena semua sudah terlelap tidur, fikirku. Ternyata ayahku menunggu diruang tamu dan mencium bau naga mulutku, tak banyak bicara...plakkkk!!!Jari lima melayang ke pipi kiriku yg membuatku jatuh menimpa guci milik ibuku hingga pecah berantakan. Esok paginya aku tak masuk sekolah karena demam, sore nya aku dibawa ke dokter oleh ibuku dan diberi resep. Tapi anehnya demamnya tak mau turun selama 2 hari padahal kata dokter, demamku ini hanyalah demam biasa. Ayahku bicara dengan ibuku kalau aku tak akan sembuh kalau belum ia tampar di pipi sebelahku karena cuma itu penawarnya. Kemarin aku ditampar di pipi kiriku, artinya pipi kananku harus ku relakan merasakan pedih seperti dua hari yg lalu. Esok paginya badanku segar seperti tak pernah sakit. Aneh memang.
Tak ku sangka, aku ditakdirkan tak berjodoh lama di rumah kompleks perumahan ini. Sekitar kelas 2 SMA ketika tahun baru, ada peristiwa mencengangkan seluruh kota madiun. Ada peristiwa pembunuhan dan pembakaran seorang suami pada istrinya yg terjadi tepat di samping kanan rumahku. Panjang latar belakangnya, yg tak mungkin ku ceritakan disini. Yg jelas peristiwa itu membuat kegiatan berkumpul tiap malam berhenti total karena ketakutan. Ketakutan warga sangatlah beralasan, karena di dasari berbagai sumber tetangga²ku yg menyatakan banyak kejadian aneh sebelum 40 hari kematian tetangga samping rumahku tsb. Seperti cerita yg dialami langsung oleh tetanggaku yg terletak tiga rumah ke barat dari rumahku. Mereka tinggal ber-empat, Pak C*t**, oma (panggilan tetangga² yg merupakan ibu dari istri Pak C*t**), istri dan anak perempuan satu. Mereka kebetulan beragama nasrani. Dan kebiasaan oma adalah jika minggu malam beliau menjalani ibadah malam di gereja yg mengharuskan beliau pulang larut.
Tiap ke gereja oma selalu di antar jemput mobil gereja, hingga pada malam itu tepatnya setelah peristiwa pembakaran tsb, suatu malam oma pulang dari gereja sekitar pukul 01:00, dan menjadi kebiasaan oma pulalah kalau pulang dari gereja beliau tak langsung tidur melainkan menonton TV terlebih dahulu, begitupun malam itu..setelah sampai, oma ganti pakaian dan menonton TV dengan pintu utama terbuka. Sayup² menurut pengakuan oma sendiri beliau mendengar seperti suara sekumpulan orang menggemakan suara tahlil yg biasanya diserukan ketika mengantar jenazah ke peristirahatan terakhir. Derap kakinya jelas, siapa lagi yg meninggal? Tanya oma dalam hati, dan oma berjalan menghampiri sumber suara tsb dari dalam pagar dan ketika oma melihat kiri-kanan tak ada satu pun orang.
Ibuku mungkin satu²nya orang di gang tsb yg benar² shock karena lokasi berdempetan ditambah mengingat peristiwa meninggalnya yg tidak wajar..selama 2 bulan ibuku tak mau tinggal dirumah melainkan tinggal dirumah tanteku. Praktis ketika ayah belum pulang, aku dirumah sendiri...sempurna, kataku dalam hati. Aku sengaja meneriakkan salam ketika aku pulang sekolah dan itu membuatku sedikit tenang..aku berusaha biasa saja dan kulupakan peristiwa itu, aku berusaha mencari kesibukan dirumah agar tak fokus memikirkan rumah sebelahku. Tapi keberanianku ternyata hanya bertahan 7 hari, setelah acara selamatan 7 hari yg diadakan rukun tetangga di lingkunganku yg sengaja digelar didepan rumah TKP, para warga langsung pulang kerumah masing2..begitupun juga aku dan ayahku. Ayahku masih terjaga dan menonton TV, aku masuk kamar dan berusaha tidur. Tapi menjelang terlelap aku dikagetkan suara geraman dari balik dinding kamarku dan suara cakaran di balik dinding sebelah yg dilakukan secara perlahan tapi terus menerus. Aku berusaha tenang, tapi lama-kelamaan semakin keras dan akhirnya aku teriak memanggil ayahku. Ayahku masuk ke dalam dan menyeretku keluar dan menyuruhku tidur dengannya di kamar ayahku, seakan ia faham apa yg aku alami barusan..ia meninggalkanku untuk keluar menuju rumah samping yg masih dikelilingi garis polisi, tak ku ketahui apa yg dilakukannya. Ayahku pun setelah kembali juga tak cerita apa² cuma memberiku air putih untuk aku habiskan. Setelah itu kami tidur.
2 bulan berlalu sejak peristiwa itu, ibuku minta pindah rumah..kebetulan ayahku memiliki tanah yg cukup luas di daerah yg hingga sekarang aku tempati ini. Akhirnya tanpa fikir panjang ayahku menjual rumah kami di perumahan ini dan segera bersiap membangun rumah di tanah tsb.
Kota Baru, Semangat Baru..Madiun, Aku Datang!!
End.
Sampai Jumpa di Judul Berikutnya . . .






bohemianflaneur dan 10 lainnya memberi reputasi
11
2.9K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan