Kaskus

Entertainment

onee643Avatar border
TS
onee643
Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Hai, guys semua.

Sekian lama nggak menyapa kawan-kawan di sini. Biasa, kesibukan di dunia nyata iya, konsen game iya, sempet sibuk ke platform lain iya. Tapi nggak ada yang ngalahin Kaskus emang. Ini buktinya ane kembali.

Nggak berlama-lama, kali ini cuman ingin menjawab beberapa pertanyaan yang sempat muncul, tersurat di judul artikel di atas.

Paling tidak dominan kawan pernah kan ke pelabuhan? Saya yakin sebagian besar juga cukup mengiyakan stigma tersebut. Sebagian lainnya yang memang belum pernah ke pelabuhan sama sekali mungkin cukup muncul tanda tanya kecil.

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar dokumen milik pribadi

Tapi semua ada penjelasannya. Tentu sejauh kapasitas pengetahuan ane, apalagi hampir 9 tahun berkecimpung di dunia pelabuhan. Kali ini akan disampaikan beberapa poin yang kurang lebih berpengaruh.

Golongan orang yang suka seliweran di pelabuhan
Menurut ane pelabuhan adalah suatu habitat buatan, dimana sengaja direkonstruksi sedemikian rupa, sehingga menjadi tempat yang luas dan layak untuk kapal sandar, serta menempatkan berbagai atribut yang berhubungan secara langsung maupun tidak dengan kegiatan bongkar muat kontainer yang ada di pelabuhan (khususnya kapal komoditi kontainer), maupun hiruk-pikuk manusia seperti yang menjejali di Pelabuhan kapal penumpang.

Seperti termaktub di Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 1983 tentang Pembinaan Kepelabuhan di Bab 1 Ketentuan Umum pasal awal.1

Dunia pelabuhan pun mengakomodir banyak model orang untuk berkegiatan di dalamnya. Dominan kegiatan merupakan kegiatan teknis.

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Berbeda dengan buruh kapal kontainer, kalau kapal kayu biasa yang skala menengah ke bawah, tantangan pekerjaan lebih berat,karena muatan adalah non kontainer, komoditi biasa dan mereka lebih memeras tenaga dan pikiran jauh lebih besar daripada buruh yang ada di kapal kontainer, sumber gambar6

Misalkan di pelabuhan khusus kapal kontainer. Banyak buruh angkut, penarik dan pemasang tali kapal, buruh di daratan menata hiruk-pikuk trailer (truck) pembawa kontainer yang hendak ke kapal atau dari kapal yang membawa kontainer hendak dimuat maupun dibongkar dari kapal, buruh kapal yang mempunyai tugas membantu penataan kontainer di atas maupun di dalam palka kapal sekalian bertanggung jawab terhadap pemasangan sepatu kontainer (agar kontainer bertumpuk tidak goyang jika kena ombak), para sopir trailer, pencatat nomor prefix tiap kontainer atau petugas darat, security yang banyak bertebaran untuk mengkondisikan situasi pelabuhan, karyawan pelabuhan dan para karyawan dari pihak pelayaran, maupun profesi lain dari berbagai pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan lapangan di pelabuhan.

Tanjung perak tempat ane bekerja coba kita jadikan contoh. Ada beberapa pelabuhan yang ada di sini.2

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar7

- Terminal Jamrud
Jamrud Utara ( Panjang = 1.200 m, Luas = 18000 m², Jamrud Barat ( Panjang = 217 m, Luas = 3255 m², Jamrud Selatan ( Panjang = 800 m, Luas = 12000 m²

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar8

- Terminal Mirah
Panjang = 640 m, Luas = 9600 m², Luas Lapangan Penumpukan = 13174 m², Jumlah Gudang 4 unit dengan luas 13440 m²

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar dokumen milik pribadi

- Terminal Berlian
Berlian Timur ( Panjang = 780 m ), Berlian Utara ( Panjang = 140 m ), Berlian Barat ( Panjang = 700 m )

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar9

- Terminal Nilam
Panjang Dermaga = 930m, Luas = 13800 m²

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar10

- Terminal Kalimas
Panjang Dermaga= 2.270 m, Luas = 34050 m², Luas Lapangan Penumpukan = 3520 m², Luas Gudang = 6060 m²

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar11

- Terminal Peti Kemas Surabaya
Panjang Dermaga = 1.000 m (Internasional), 450 m (Domestik), Luas Lapangan Penumpukan = 29000 m² (Internasional), 9000 m² (Domestik),

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar12

- Terminal Teluk Lamong
Panjang Dermaga = 500 m (internasional), 450 m (domestik),

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Sumber gambar13

- Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara
Luas Bangunan = 16120 m²,


Kurang lebih area produktif Pelabuhan jadinya sekitar 310.000 m². Hanya di Tanjung perak saja, belum Pelabuhan lain yang banyak tersebar di area pesisir Indonesia. Jika memang jumlah tiap profesi yang telah disebutkan di atas bisa puluhan orang, bayangkan saja berapa ratus orang yang hiruk pikuk ada di setiap pelabuhan, per jam, per hari.

Misalkan kapal sandar, tiap satu kapal, buruh angkut atau pembantu bongkar muat kapal saja di atas, peralat bisa mencapai 10 orang dan di bawah ada 7 orang. Padahal selama ini satu kapal bisa dua alat besar yang menghandle. Berarti minimal per satu kapal sandar sudah terlihat ada 34 orang buruh. Belum pihak pencatatnya, sopir trailer, belum lagi pihak-pihak lain termasuk karyawan pelabuhan.

Kembali lagi ke inti poin yang pertama ini. Dengan banyaknya orang yang bisa berkecimpung di dalam suatu pelabuhan, mohon maaf saya berkata seperti ini, tidak ada maksud mendiskreditkan pihak tertentu, tapi spesifikasi untuk bekerja di pelabuhan khususnya buruh tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi.

Intinya hanya kemauan dan tenaga, karena identik dengan buruh kasar. Tentu ane kecualikan pihak pelayaran yang melakukan monitoring pemuatan atau pembongkaran kontainer di kapal beserta para karyawan pelabuhan. Untuk jenis profesi seperti ini membutuhkan klasifikasi khusus. Minimal sertifikat pelayaran atau strata universitas.

Belum lagi para sopir trailer yang hiruk-pikuk masuk dan keluar dari dan ke pelabuhan. Pencatat setiap nomor kontainer juga. Jumlahnya banyak dan tidak ada spesifikasi khusus yang dibutuhkan.

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Segala umur, profesi dan beragam bendera perusahaan, sumber gambar14

Inti point kali ini, dominan pekerja yang ada di pelabuhan adalah buruh kasar. Watak keras bisa jadi berangkat dari sini: tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi, identik dengan intonasi serta pemilihan kata dan kalimat yang mohon maaf sebelumnya kurang tertata.

Pressure selama bekerja
Notabene selama bekerja dan beraktivitas di dunia pelabuhan, yang dibutuhkan adalah fisik, selain memeras otak. Mondar-mandir kesana kemari, naik turun kapal, proses monitoring kegiatan bongkar muat kontainer dari dan ke kapal.

Bagi buruh kasar sudah tidak perlu dijelaskan lebih lanjut, karena sering melakukan pekerjaan kasar yang membutuhkan (lebih banyak) tenaga dan pikiran. Belum lagi pihak lain seperti tally pencatat kontainer, ataupun sopir trailer dan operator alat.

Di sisi lain kerja di pelabuhan tanpa henti 24/7, bergantian dengan sistem shift baik itu kerja pagi sampai sore, ataupun sore hingga malam, dan malam hari sampai pagi hari. Meski beberapa divisi tidak melakukan demikian, tapi kerja 12 jam yaitu pagi hingga malam dan berikutnya malam hingga pagi.

Lelah pikiran dan lelah fisik sudah pasti. Sedangkan kondisi seperti ini, bisa diketemukan benang merah, antara lelahnya badan, dan agression seseorang. W. Christopher Winter, M.D., seorang direktur medis dari Martha Jefferson Hospital mengiyakannya.

Baik kurang tidur atau badan kelelahan pada level tertentu, secara kebetulan meningkatkan aktivitas salah satu bagian saraf di otak yaitu amigdala, di mana secara tidak langsung berpengaruh terhadap agresi seseorang, yaitu emosional.

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Letak saraf terkait, sumber gambar15

Seperti kita saja,bagaimana rasanya kalau 2 hari tidak tidur kemudian ada seseorang teman yang datang, tidak begitu kita sukai, mengubah obrolan kemana-mana dengan topik yang tidak menyenangkan. Dari dalam diri lebih terdorong untuk emosi kan?

Sama saat kita lelah bekerja seharian, kemudian menemukan kamar kita dalam keadaan berantakan, plus kucing peliharaan kita pipis seenaknya di ranjang. Pasti yang ada kita ingin marah.

Kebiasaan selama bekerja
Luasnya suatu pelabuhan identik dengan tanah lapang, tidak hanya polusi udara namun juga polusi suara alias berisik.

Kapal yang sandar pun tergolong besar. Persatuan peti kemas saja berukuran besar. Agar pelayaran masih mendapat profit, dominan perusahaan yang konsentrasi ke bidang kelautan ini menggunakan kapal yang harusnya cukup besar yang bisa membuat ratusan bahkan ribuan kontainer.

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Bisa dibandingkan besar orang yang jalan tersebut selama kapalnya, sumber gambar16

Untuk ukuran paling kecil bisa berukuran sekitar ratusan meter (antara 100-an hingga 400-an), dengan lebar puluhan m.3

Jika memang kerjanya di lapang, luasan kapal juga besar, sekitaran benar-benar berisik suara kontainer yang diangkat maupun di area kan plus trailer berseliweran yang benar-benar berisik, bagaimana cara komunikasi kita dengan sesama pekerja? Intonasi suara meninggi agar mereka dengar. Meskipun dalam beberapa kasus, untuk berkomunikasi dengan pihak tertentu ada bantuan handy talky.

Umpamanya kita di daratan lalu ingin berkomunikasi dengan buruh yang ada di atas kapal, sedangkan tingginya kapal seperti itu, pastinya berkomunikasi dengan agak teriak. Dan sebaliknya pula ketika kita ada di atas kapal, berkomunikasi dengan sesama pekerja yang tidak membawa handy talky, tapi berjarak belasan meter atau beberapa meter dari kita, tingkatan intonasi yang dikeluarkan sama, apalagi kebakar ja yang ada di daratan jika kita di atas kapal.

Akhirnya karena waktu yang bergulir, hal ini menjadi kebiasaan, dan intonasi komunikasi terbiasa dengan intonasi yang agak tinggi.

Kebiasaan seperti ini jika ada di publik terutama saat berkomunikasi dengan orang awam, mungkin mereka bakal kaget dan kita merasa biasa-biasa saja karena sudah terbiasa melakukannya sehari-hari selama belasan atau puluhan tahun. Beberapa menganggap malah kita orangnya keras. Padahal hanya karena habit saja.

Perlu diketahui juga kebiasaan ini berlanjut, didukung oleh jenis kelamin pekerja yang ada di lapangan dominan adalah pria. Sangat jarang wanita turun langsung ke lapangan. Gaya berkomunikasi dan bergaul sesama orang Pelabuhan juga kurang lebih mengena.

Untuk membantu pemahaman, bisa dibandingkan seperti "tingkat liar" bila dibandingkan cowok-cowok SMA dan cowok-cowok STM. Jika cowok SMA masih ada jenis kelamin perempuan yang ikut tergabung dalam sekolah, berbeda dengan anak STM yang didominasi oleh jenis kelamin sama yaitu laki-laki.

Hawa panas dan gerah
Bagaimanapun faktor terakhir inilah yang paling menentukan.

Ada korelasi sejajar antara peningkatan emosional seseorang dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung (gerah, panas, tidak nyaman, berisik, bau tidak sedap, dan berbagai kondisi yang berkonotasi negatif). Seperti salah satu jurnal yang dilakukan oleh beberapa peneliti dari barat, berjudul Aggression and Heat: The Mediating Role of Negative Affect, penelitian bertujuan untuk meloloskan desertasi di Purdue University.

Pada penelitian disiapkan 64 mahasiswa dimana sebagian bertempat di suatu ruang yang nyaman, ada air conditioner, camilan dan minuman. Sedangkan sebagian lainnya ditempatkan di suatu ruangan yang benar-benar kurang nyaman, sangat berkebalikan dengan ruangan yang pertama: sumpek, gerah, kursi tidak nyaman.

Kesemua mahasiswa sebagai objek penelitian ini ditemukan dengan orang asing, agar bisa saling bertatap muka langsung dan berkomunikasi tentang apapun. Tapi dengan catatan para orang asing ini sudah dibekali pertanyaan-pertanyaan tertentu di mana list nya adalah pertanyaan yang cukup mengganggu untuk para sukarelawan penelitian tersebut.

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
Terik, dan tidak ada penghalang sama sekali antara matahari dan para pekerja lapangan, sumber gambar17

Diketemukan pada akhir penelitian, data-data yang menunjukkan "offensive" sebagian sukarelawan terhadap para orang asing banyak dilontarkan pada sukarelawan yang berada di ruangan berkonotasi negatif daripada yang ada di ruangan nyaman.4

Pada penelitian senada di tempat yang berbeda, oleh expert psikolog yang lain, didapat hasil penelitian yang kurang lebih sama. Judulnya Temper, Temperature, and Temptation: Heat-Related Retaliation in Baseball.

Penelitian menggunakan sukarelawan para pemain baseball, terutama para pelempar bola, ternyata mengalami perbedaan signifikan ketika provokasi dilakukan saat para pemain dalam kondisi suasana terik di lapangan, sangat berbeda dengan para pemain baseball yang menerima provokasi serupa tapi permainan dilakukan di saat cuaca cukup kondusif: lemparan lebih banyak terpukul oleh pemukul bola disaat provokasi dilakukan pada pelempar bola di cuaca yang terik dan panas.5

Masih banyak penelitian lain yang tidak bisa saya sebutkan satu satu tapi dua di atas cukup mewakili. Intinya sama, agression seseorang ternyata terpengaruh oleh hawa panas juga.

Jika dikaitkan dengan lingkungan pelabuhan, hawa panas pasti. Siang maupun sore, di tanah lapang beton tidak ada pohon sama sekali, kebetulan terletak di pinggir laut. Suasana panas membuat typikal emosi seseorang berubah sedikit banyak.

Seperti itulah gambaran kenapa orang pelabuhan diidentikkan dengan orang-orang yang berwatak keras.

Bagaimana dengan ane sendiri? Lemah lembut lah. Sesuai kondisi.

Semoga wacananya bermanfaat dan selamat beraktifitas, dan menjawab kepo sebagian besar orang. Sama sama berharap kita semua selalu dijaga Tuhan dimanapun kapanpun baik selama di dunia maupun afterlife.

Inilah Alasan Logis Mengapa Orang Pelabuhan Berwatak Keras
kyukyunanaAvatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan kyukyunana memberi reputasi
2
1.6K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan