Bagian : 1
Oleh : Sumarni

Namaku Sony, aku salah satu pengusaha properti yang cukup sukses. Tiga bulan lalu aku menikah dengan gadis kampung Sri namanya. Namun, selama tiga bulan tak pernah aku menyentuhnya ataupun duduk di sampingnya, berbicara pun hanya seperlunya.

Teringat tiga bulan yang lalu, sebelum meninggal ayah memberikan pesan terakhirnya.

"Sony, menikahlah dengan Sri sekarang juga. Umur ayah sudah tidak lama lagi. Penuhilah permintaan ayah yang terakhir ini," ucap ayah kala dia terbaring di rumah sakit.

"Tapi, Sony tidak mencintai Sri, Yah. Kenal saja belum!" bantahku.

"Ayah mohon, Son. Ayah yakin kamu akan mencintainya. Ayah yakin dia akan jadi istri yang baik. Ayah mohon Son ...," ucap Ayah lirih.

Akhirnya pernikahan pun digelar, pernikahan yang sangat sederhana. Hanya dihadiri beberapa kerabat kami.

Sungguh tak pernah sekalipun aku bermimpi menikah dengan gadis udik dan kampungan itu!

"Kalau bukan karena ayah aku tak sudi menikah denganmu! Dasar gadis kampung!" bentakku padanya, setelah Ijab Qobul digelar.

Sri hanya tertunduk mendengarkan ucapanku. Tak lama kemudian ayah pergi untuk selamanya. Kabar duka kedua yang harus aku alami, setelah kabar duka harus menikahi Sri.

"Malam ini kamu tidur dilantai, jangan harap kamu bisa tidur denganku!" bentakku.

"Nggih, Mas."

Kulihat dia kedinginan, tapi peduli amat siapa suruh dia menerima perjodohan ini.

,*****

"Mas, ini sarapannya," ucapnya sambil meletakkan sepiring nasi goreng di hadapanku.

"Makanan apa ini! Dasar makanan kampung, aku tidak terbiasa makan ini. Aku biasa sarapan Omelet."

Huhf, dasar kampungan pagi-pagi sudah membuat suami naik pitam.

"Omelet itu apa, Mas?"

"Kamu nggak tau Omelet! Ya, Tuhan dosa apa aku harus menikah denganmu!"

Dia hanya menggeleng.

Aku berdiri mengambil tas kerjaku, bersiap berangkat ke kantor.

"Mas, kopinya nggak diminum?" tanyanya lagi.

"Kamu minum saja sendiri! Aku mau pergi ke rumah Isni!" Isni adalah kekasihku aku sudah setahun menjalin hubungan dengannya.

Aku melangkah menuju ruang depan, dia mengekor di belakangku. Meminta punggung tanganku untuk diciumnya. Namun, aku menepisnya.

"Aku nggak sudi bersentuhan denganmu! Kulit orang kampung!" bentakku dengan sorot mata yang tajam.

Kulajukan mobilku menuju rumah Isni.

"Pagi, Sayang." Kukecup keningnya seperti biasa yang aku lakukan setiap bertemu dengannya.

"Kamu kenapa pagi-pagi kok sudah suntuk?" tanyanya menyelidik.

"Aku sebel sama Sri, dia itu kampungan. Aku boleh sarapan di sini?"

"Tentu boleh dong, Sayang. Ayo masuk! Aku sudah memasak menu kesukaanmu."

"Kamu memang pacarku yang baik, nyesel aku menikahi Sri dari pada menikahi kamu."

"Ssst, jangan bilang begitu." Isni menempelkan jari telunjuknya di bibirku.

Pagi ini kunikamati sarapanku dengan Isni gadis yang kucintai.

Sebelum aku berangkat seperti biasa Isni mencium punggung tangaku. Walaupun hubungan kami masih pacaran kami sudah seperti suami istri, hanya saja kami tidak pernah melakukan yang satu itu. Bagiku, menjaga kesuciannya sebagai wanita adalah bentuk kecintaanku padanya.

💖💖💖💖
PoV 3

Suara ketukan membuat Sri melangkah ke depan untuk membuka pintu.

"Iya, tunggu sebentar." Sri berjalan tergopoh-gopoh membuka pintu.

"Kamu Sri, ya? Istrinya Mas Sony?" tanya Isni menyelidik.

Sri mengangguk.

"Njenengan sinten nggih?"

"Aku Isni pacarnya Mas Sony."

"Mbak Isni ayu tenan, wangi, kulite resik sisan. Beda banget sama aku," batin Sri dalam hati.

================================
Sri gadis desa yang sangat menjunjung tradisi Jawa, dari mulai pakaian, sikap dan tutur kata.

Bersambung ....