Kaskus

Story

nitajungAvatar border
TS
nitajung
Sepeda
Cerita Pendek

Sepeda

Sepeda

Aku ingin punya sepeda
Berwarna merah, dengan dua roda

Aku ingin bercahaya
Mengendarainya, dengan wajah gembira

Seandainya ....
Seandainya punya, betapa mudah ya aku berkata "Iya."

Tapi itu cuma harapan, atau malah mimpi belaka.


***
Di sungai-sungai yang mengalir deras
anak-anak kecil setengah telanjang berlomba-lomba memasukan dirinya ke dalam air. Kami hanya menyisakan baju dalam demi melindungi bagian sensitif kami, takut-takut dibuat endapan pasir yang salah alamat. Kami mandi hampir dua jam, cuaca panas, tapi tetap saja terasa dingin. Badan kami bergetar-getar, bibir kami membiru, rambut kami kusut serta bau amis. Setelah selama itu melakukan berbagai hal seru yang dapat dilakukan di sungai.

Sembari menenteng sandal, kami berjalan menuju rumah dengan perkiraan buruk yang menggelayuti kepala. Berbagai perkiraan berputar-putar di kepala bagai burung yang terbang di atas kami, tentang sebilah kayu yang diacungkan oleh Emak dengan wajah galak dengan daster yang keteknya telah sobek di bagian ketiak.

Eh, kami? Atau hanya aku.

Mungkin saja hanya Emakku yang dasternya bolong. Anak-anak lain tidak. Kawanku Emaknya bajunya bagus-bagus.

Sepeda ....

Kawanku pulang mengendarai sepeda
Wajahnya riang gembira, macam tak ada beban, tak takut dimarahi Emak, tak ada sebilah kayu yang akan menyapa menjawab salam setelah menaruh sandal di depan pintu.

Kawan-kawan meninggalkanku. Sendirian. Biarlah. Aku hanya mampu menyaksikan kepergian mereka, dalam keadaan baju basah, menenteng sandal, dengan rambut amis yang menetes ke aspal.

Aku menggumamkan sepeda sepanjang jalan.

"Sepeda ...."

"Sepeda ...."

"Sepeda ...."

Aku ingin sebuah sepeda. Jika saja aku diberi kesempatan untuk punya, kan kubuat sepeda itu berguna membantu Emak. Aku bisa membantu mengangkut jagung dari sawah ke rumah, mengendarainya. Aku juga bisa membawa gabah dari sawah ke rumah dengan sepeda. Aku bisa ... aku bisa ... aku bisa ....

Kutaruh keinginanku ke angkasa saat aku tersuruk di atas lantai rumahku yang masih tanah. Aku menangis, kadang juga marah, kadang juga iri, kadang juga kecewa.

"Tuhan kenapa Bapak pergi cepat sekali? Aku ingin sebuah sepeda, aku ingin tas baru, aku ingin sepatu baru, buku tulisku telah terisi penuh, pensilku telah pendek, dan penghapusku hanya karet gelang yang kuambil dari pinggir jalan."

Begitulah isi kemarahan, kekecewaan, harapan, dan kesedihan. Tentang sepeda, dan kawan-kawannya.

Selesai.
beqichotAvatar border
falin182Avatar border
falin182 dan beqichot memberi reputasi
2
1.4K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan