- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pandemi Covid-19, Seren Taun di Kampung Adat Cigugur Bakal Tetap Digelar


TS
dewaagni
Pandemi Covid-19, Seren Taun di Kampung Adat Cigugur Bakal Tetap Digelar
Pandemi Covid-19, Seren Taun di Kampung Adat Cigugur Bakal Tetap Digelar
Senin, 22 Juni 2020 Erika Lia

KUNINGAN, AYOCIREBON.COM -- Upacara adat panen padi masyarakat Sunda atau Seren Taun di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, dijadwalkan tetap digelar di tengah pandemi Covid-19 tahun ini.
Serem Taun di Kabupaten Kuningan rutin digelar dengan pusat kegiatan di area Paseban Tri Panca Tunggal di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur.
Paseban Tri Panca Tunggal merupakan kediaman Pangeran Djatikusumah, yang merupakan putra Pangeran Tedja Buana dan cucu Pangeran Madrais. Bagi masyarakat Adat Karuhun Urang (Akur) Sunda Wiwitan, Pangeran Madrais merupakan pejuang gerakan kebudayaan.
Meski tetap akan dilaksanakan, Girang Pangaping Adat atau Pendamping Komunitas Penghayat Akur Sunda Wiwitan, Dewi Kanti meyakinkan, Seren Taun kali ini akan disesuaikan dengan kondisi yang ada.
"Tetap ada, namun masih dipersiapkan teknisnya, menyesuaikan kondisi pandemik," katanya kepada Ayocirebon.com, Senin (22/6/2020).
Saat ini, imbuhnya, para Girang Pangaping Adat dan Pupuhu tengah menyiapkan konsep teknis penyelenggaraannya. Seren Taun sendiri diagendakan Agustus mendatang.

Paseban Tri Panca Tunggal, pusat aktivitas para penghayat Sunda Wiwitan di Desa Cigugur. (Ayocirebon.com/Erika Lia)
Dalam kesempatan itu, Dewi yang merupakan putri ke-8 Pangeran Djatikusumah ini menerangkan, Seren Taun tetap menjadi tradisi yang dilaksanakan sebagai tuntunan laku hidup bagi masyarakat adat untuk selaras dengan semesta.
"Inti Seren Taun sejatinya bukan tontonan, tapi tuntunan," tuturnya.
Dewi menyebut, sebelum pandemi, 'dituntun' manuskrip leluhurnya, masyarakat adat setempat telah melakukan kesiapan menghadapi pageblug (wabah penyakit).
Kesiapan itu berupa aktivitas mengupas padi sejak Februari lalu oleh seluruh warga Akur Sunda Wiwitan.
Padi yang biasanya ditumbuk secara massal pada puncak Seren Taun, sebagian sudah dikupas dengan cara menguliti/mengupas setiap bulir kulitnya.
Padi dikuliti oleh warga adat yang berusia 14 tahun sampai yang berusia lanjut, tapi masih sehat jasmaninya.
Kelak, padi yang telah dikupas itu dikumpulkan pada 18 Rayagung mendatang.
"Sembari menunggu tuntunan leluhur berikutnya, kami mengkhidmati proses lelaku mengupas padi "Mesek Pare" (mengupas/menguliti padi)," ujarnya.
Seren Taun bagi masyarakat Akur Sunda Wiwitan merupakan refleksi penghormatan mereka terhadap Dewi Sri. Dalam kebudayaan Jawa dan Bali, Dewi Sri dikenal sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan.
Dalam kosmologi masyarakat adat setempat, penghormatan terhadap Dewi Sri merupakan pemuliaan terhadap ibu bumi yang dipandang sebagai kekuatan yang melahirkan kehidupan.
Selain bentuk penghormatan, Seren Taun pula merupakan momentum ekspresi syukur atas hasil bumi yang menghidupkan segala makhluk hidup.
Makna filosofis Seren Taun yang dilaksanakan setiap tahun ini sendiri selanjutnya telah menjadi salah satu agenda wisata rutin Kabupaten Kuningan.
Kondisi itu berbanding terbalik ketika pada masa Orde Baru, tepatnya 1982-1999, para penghayat Akur Sunda Wiwitan dilarang menggelar Seren Taun.
https://m.ayocirebon.com/read/2020/06/22/5747/pandemi-covid-19-seren-taun-di-kampung-adat-cigugur-bakal-tetap-digelar
Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat, perayaan nya
Senin, 22 Juni 2020 Erika Lia

Girang Pangaping Adat atau Pendamping Komunitas Penghayat Akur Sunda Wiwitan, Dewi Kanti. (Ayocirebon.com/Erika Lia)
KUNINGAN, AYOCIREBON.COM -- Upacara adat panen padi masyarakat Sunda atau Seren Taun di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, dijadwalkan tetap digelar di tengah pandemi Covid-19 tahun ini.
Serem Taun di Kabupaten Kuningan rutin digelar dengan pusat kegiatan di area Paseban Tri Panca Tunggal di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur.
Paseban Tri Panca Tunggal merupakan kediaman Pangeran Djatikusumah, yang merupakan putra Pangeran Tedja Buana dan cucu Pangeran Madrais. Bagi masyarakat Adat Karuhun Urang (Akur) Sunda Wiwitan, Pangeran Madrais merupakan pejuang gerakan kebudayaan.
Meski tetap akan dilaksanakan, Girang Pangaping Adat atau Pendamping Komunitas Penghayat Akur Sunda Wiwitan, Dewi Kanti meyakinkan, Seren Taun kali ini akan disesuaikan dengan kondisi yang ada.
"Tetap ada, namun masih dipersiapkan teknisnya, menyesuaikan kondisi pandemik," katanya kepada Ayocirebon.com, Senin (22/6/2020).
Saat ini, imbuhnya, para Girang Pangaping Adat dan Pupuhu tengah menyiapkan konsep teknis penyelenggaraannya. Seren Taun sendiri diagendakan Agustus mendatang.

Paseban Tri Panca Tunggal, pusat aktivitas para penghayat Sunda Wiwitan di Desa Cigugur. (Ayocirebon.com/Erika Lia)
Dalam kesempatan itu, Dewi yang merupakan putri ke-8 Pangeran Djatikusumah ini menerangkan, Seren Taun tetap menjadi tradisi yang dilaksanakan sebagai tuntunan laku hidup bagi masyarakat adat untuk selaras dengan semesta.
"Inti Seren Taun sejatinya bukan tontonan, tapi tuntunan," tuturnya.
Dewi menyebut, sebelum pandemi, 'dituntun' manuskrip leluhurnya, masyarakat adat setempat telah melakukan kesiapan menghadapi pageblug (wabah penyakit).
Kesiapan itu berupa aktivitas mengupas padi sejak Februari lalu oleh seluruh warga Akur Sunda Wiwitan.
Padi yang biasanya ditumbuk secara massal pada puncak Seren Taun, sebagian sudah dikupas dengan cara menguliti/mengupas setiap bulir kulitnya.
Padi dikuliti oleh warga adat yang berusia 14 tahun sampai yang berusia lanjut, tapi masih sehat jasmaninya.
Kelak, padi yang telah dikupas itu dikumpulkan pada 18 Rayagung mendatang.
"Sembari menunggu tuntunan leluhur berikutnya, kami mengkhidmati proses lelaku mengupas padi "Mesek Pare" (mengupas/menguliti padi)," ujarnya.
Seren Taun bagi masyarakat Akur Sunda Wiwitan merupakan refleksi penghormatan mereka terhadap Dewi Sri. Dalam kebudayaan Jawa dan Bali, Dewi Sri dikenal sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan.
Dalam kosmologi masyarakat adat setempat, penghormatan terhadap Dewi Sri merupakan pemuliaan terhadap ibu bumi yang dipandang sebagai kekuatan yang melahirkan kehidupan.
Selain bentuk penghormatan, Seren Taun pula merupakan momentum ekspresi syukur atas hasil bumi yang menghidupkan segala makhluk hidup.
Makna filosofis Seren Taun yang dilaksanakan setiap tahun ini sendiri selanjutnya telah menjadi salah satu agenda wisata rutin Kabupaten Kuningan.
Kondisi itu berbanding terbalik ketika pada masa Orde Baru, tepatnya 1982-1999, para penghayat Akur Sunda Wiwitan dilarang menggelar Seren Taun.
https://m.ayocirebon.com/read/2020/06/22/5747/pandemi-covid-19-seren-taun-di-kampung-adat-cigugur-bakal-tetap-digelar
Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat, perayaan nya




nomorelies dan galuhsuda memberi reputasi
2
678
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan