

TS
andifirmansy808
Perkenalkan, Sebuah Prinsip Untuk Menghilangkan Rasa Malas!

Dahulu kala, sebelum si Virus br*ngsek Corona menyerang, dia adalah seseorang yang rajin dan giat. Kita sebut saja dia dengan Marcus. Ya, Marcus sangat disibukkan dengan kegiatan sehari-harinya, bahkan sering mengurangi waktu tidurnya. Oh, betapa sibuknya dia.
Pagi berangkat ke sekolah, sepulangnya ada agenda les privat. Malam hari mulai mengerjakan tugas sekolah, bahkan sampai larut malam. Dan dia adalah tipe orang yang harus selesai mengerjakan tugas PR di rumah, bukan pagi-pagi di sekolah seperti Anda *uhuukk.
Namun, semua itu berubah ketika hastag #dirumahaja menjadi trending di mana-mana. Ya, kedatangan si virus br*ngsek itu begitu disegani semua orang sampai-sampai semua orang takut untuk keluar rumah—kecuali orang-orang tertentu.
Seketika itu pula Marcus menjadi seorang pemalas dan mengidap penyakit TuMor (Tukang M***r). Terlalu lama berdiam diri di rumah membuatnya bingung harus melakukan apa, karena hampir semua rutinitasnya dulu banyak dilakukan di luar rumah. Sekarang, dia bisa menghabiskan 5 jam hanya untuk berdiam diri di kasur empuknya menonton video-video trending di Youtube, bahkan 1 jam diantaranya hanya mengulang-ngulang lagu favoritnya, I Like You So Much, You’ll know it.
Dan sepertinya tidak hanya Marcus yang menjadi malas karena #dirumahaja, tetapi Anda pun begitu—saya rasa. Karena itu pula Anda mengunjungi tulisan ini yang entah ke mana arahnya. Tapi ayolah, saya hanya ingin menyampaikan satu pesan untuk Anda yang sejenis dengan Marcus—euhh maksud saya sama seperti apa yang dialami oleh Marcus.
Jadi, tulisan ini tidak akan memberikan Anda tutorial mengenai cara menghilangkan rasa malas—karena tulisan tersebut sudah menumpuk di pencarian Google. Ini hanya sebuah tulisan ambyar berisi pesan kecil untuk Anda yang sulit menghilangkan rasa malas. Anda kecewa mendengar ini? Silahkan kembali dan cari artikel tentang tutorial cara menghilangkan rasa malas—yang isinya itu-itu saja *upss.. But please stay with me 

Prinsip “Lakukan Sesuatu”
Saat masih di SMP, guru matematika saya—oh saya lupa namanya—pernah mengatakan,
“Jika kalian terhenti di satu soal, jangan duduk saja dan hanya memikirkan hal itu; mulailah mengerjakannya. Bahkan jika kalian tidak tahu apa yang akan kalian lakukan, satu tindakan sederhana, yaitu mulai mengerjakan pada akhirnya akan membuat beberapa ide yang tepat muncul di kepala kalian.”
Terima kasih, Bu Juju. Hey, apa saya baru saja mengucapkan namanya? Oh lupakan.
Tapi sungguh, kalimat itu menjadi penyelamat saya—dan orang-orang seperti Marcus—layaknya Superman yang terbang ke atas gedung tinggi yang terbakar untuk menyelamatkan saya. Mari kita berkenalan dengan sebuah prinsip waras bernama Prinsip “Lakukan Sesuatu”.
Selama periode kemalasan menghampiri saya—ketika rebahan menjadi super prioritas—saran guru saya mulai memanggil-manggil saya dari relung benak saya. Itu terdengar seperti sebuah bisikan:
Jangan hanya duduk-duduk. Lakukan sesuatu. Jawaban akan muncul.
Saat menerapkan saran guru saya, suatu pelajaran berharga mulai saya temukan tentang sebuah motivasi. Sebenarnya tidak langsung paham, perlu 1,5 tahun sampai saya kelas 10 SMA bisa mencerna saran beliau. Hal paling penting yang saya pelajari dalam hidup saya ialah:
Tindakan bukan hanya efek dari suatu motivasi; ini juga menjadi penyebab suatu motivasi.
Saya yakin, sebagian besar di antara kita mengambil suatu tindakan setelah kita merasakan tingkat motivasi tertentu. Dan kita merasakan suatu motivasi hanya ketika kita merasakan inspirasi emosional yang cukup. Kita bisa asumsikan langkah-langkah tersebut terjadi dalam semacam rantai reaksi singkat, seperti ini:
Inspirasi emosional --> Motivasi --> Aksi yang diinginkan
Jika Anda ingin menuntaskan sesuatu namun merasa tidak termotivasi atau terinspirasi, maka Anda akan berasumsi kalau apa yang Anda lakukan adalah hal yang sia-sia. Tidak ada yang bisa Anda lakukan mengenai hal ini. Tidak hingga satu peristiwa besar terjadi, lalu Anda berhasil mengumpulkan motivasi yang cukup untuk bangkit dari rebahan Anda yang super nyaman dan kemudian melakukan sesuatu.
Motivasi tiga rantai tadi sejatinya bukan saja tiga rantai, tapi bisa menjadi lingkaran yang terus terulang-ulang. Selamat datang di Lingkaran Setan.
Namun, ada hal yang penting kita ketahui. Aksi atas tindakan kita menciptakan reaksi dan inspirasi emosional yang lebih jauh, dan terus berlanjut untuk memotivasi aksi berikutnya. Dengan memanfaatkan pemahaman ini, kita sebenarnya dapat mengubah ulang orientasi pola pikir kita dengan cara berikut ini:
Aksi --> Inspirasi --> Motivasi
Jika Anda kurang motivasi untuk membuat suatu perubahan dalam hidup Anda, LAKUKAN SESUATU—apapun itu, sungguh—kemudian manfaatkan reaksi dari tindakan tersebut sebagai cara untuk mulai memotivasi diri Anda sendiri.
Ya, saya perkenalkan, inilah Prinsip “Lakukan Sesuatu”.
Jadi, jangan menunggu diri Anda termotivasi kemudian baru melakukan sesuatu, karena masalahnya Anda butuh waktu yang lama untuk mendapatkan inspirasi emosional kemudian termotivasi melakukan sesuatu.
Tapi lakukanlah sebaliknya. Lakukan suatu aksi/tindakan untuk mendapatkan inspirasi emosional dan termotivasi untuk melakukan aksi itu secara konstan atau termotivasi untuk melakukan hal lain.
Dan mari dengarkan sedikir kisah saya hari ini (bukan maksud untuk curhat). Pagi hari saya sedang malas melakukan apa-apa. Namun ada sebuah bisikan ghaib menghampiri:
“Lakukan sesuatu!”
Ya, bisikan itu seperti sebuah mantra bagi saya. Kemudian saya mulai membaca artikel-artikel yang paling sering dicari di Mbah Google dan salah satunya adalah “Cara menghilangkan rasa malas.”
Hey, lihat! Saya menulis artikel ini karena diawali tindakan sederhana, “melakukan sesuatu”. Jika seandainya saya menunggu untuk mendapatkan motivasi menulis artikel, berapa lama waktu yang saya butuhkan? Satu minggu? Saya rasa tidak.
Ingat, 1 jam melakukan sesuatu jauh lebih berharga daripada 10 jam memikirkan sesuatu, sayang.
Jika kita mengikuti prinsip ini, kegagalanrasanya tidaklah penting. Ketika standar dan ukuran kesuksesan hanya melakukan sesuatu—ketika setiap hasil dianggap sebagai sebuah kemajuan dan penting, inspirasi dilihat sebagai sebuah imbalan ketimbang suatu prasyarat—kita mendorong diri kita untuk lebih maju. Kita merasa bebas untuk gagal, dan kegagalan itulah yang menggerakkan kita ke depan.
Prinsip “Lakukan Sesuatu” bukan hanya membantu kita saat kita tergoda untuk menunda suatu pekerjaan, namun ini juga menjadi bagian dari proses mengadopsi nilai-nilai baru. Jika Anda ada di tengah-tengah badai eksistensial dan segalanya terasa tak berarti—jika Anda menyadari kalau Anda telah melukai diri Anda sendiri dengan mengejar mimpi palsu, jika Anda merasa khawatir terhadap hal apa yang akan terjadi, atau jika Anda tahu bahwa ada beberapa ukuran yang lebih baik untuk menilai diri Anda tapi Anda tidak tahu yang mana—inti jawabannya sama: LAKUKAN SESUATU.
“Sesuatu” itu bisa saja berupa tindakan yang paling kecil di antara yang lainnya. Sungguh, ini bisa apa saja.
Lakukan sesuatu, mulai dari yang sederhana. Buatlah satu target seperti meluangkan waktu Anda untuk membantu orang lain. Lakukan itu sekali saja. Atau berjanjilah pada diri Anda bahwa Anda akan menganggap Andalah akar masalah Anda sendiri jika di lain kesempatan Anda merasa kecewa. Coba saja satu ide dan lihat bagaimana rasanya.
Misalnya Anda meluangkan waktu untuk membaca artikel-artikel di blog saya. Lihat saja dampaknya, Anda akan mendapatkan suatu motivasi untuk melakukan sesuatu—seharusnya begitu. Hey tunggu ini bukan ajang promosi—atau mungkin iya.
Tapi mari kita simpulkan isi dari tulisan ini.
Anda bisa menjadi sumber inspirasi Anda sendiri. Tindakan selalu ada dalam jangkauan Anda. Dan cukup dengan menggunakan ukuran “melakukan sesuatu” untuk menilai kesuksesan Anda, maka kegagalan pun akan mendorong Anda maju ke depan.
Sumber Tulisan


jokoariyanto memberi reputasi
1
310
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan