Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan yang memanas dengan China, membuat India mencari cara mengurangi ketergantungan impor dengan Negeri Tirai Bambu.

Semua pakta perjanjian dikaji, seperti South Asian Free Trade Area (SAFTA) termasuk the Asia Pacific Trade Agreement (APTA) yang menghubungkan kedua negara.
Ini dilakukan untuk melihat apakah barang China bisa masuk ke India melalui celah ini, termasuk dari negara lain.





"China telah memompa investasi di Vietnam dan impornya ke India menjadi tidak terkendali, melalui negara-negara tersebut."


Hingga kini, sebagian besar ekspor India ke China adalah barang-barang primer dan bahan baku, termasuk produk minyak bumi, bahan kimia organik, bijih besi, kapas, dan bahan baku plastik.



Sementara impor dari China ke India merupakan barang setengah jadi dan barang jadi seperti instrumen telekomunikasi, komponen elektronik, barang elektronik konsumen, bahan farmasi aktif, dan mesin.


"Kami sedang mencari cara untuk mengekang lonjakan impor (China)," kata pejabat itu lagi.

Sejumlah cara akan diambil, mulai dari menggunakan instrumen tarif dan non tarif seperti anti-dumping duty, countervailing duty, safeguarddan kontrol kualitas.


Sebelumnya, India dan China berkonflik di perbatasan yakni di wilayah Himalaya. India menyebut kawasan ini Lembah Galwan di Ladakh sementara China menyebutnya Aksai Chin yang jadi wilayah Xinjiang.

Perseteruan antara China dan India di wilayah perbatasan itu sudah terjadi sejak 1962 atau lebih dari 50 tahun lalu. Setelah terakhir memakan korban 4 tentara India di tahun 1975, 15 Juni lalu sebanyak 20 tentara India tewas karena baku hantam keduanya.


Sebenarnya perbatasan kedua negara sudah dibatasi oleh Garis Kontrol Aktual (LAC). Namun tidak ada yang mengakui ini. Ketegangan keduanya ditakutkan mempengaruhi komoditas.

 


sumur

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...gan-dari-china

hahaiyaaa cilakaa luewaa welass waaa india pintar juga waaa batasi semua ning nong land  waa