Kaskus

Entertainment

RifanNazhifAvatar border
TS
RifanNazhif
Bekerja Simple Itu Oke, Tapi...
Bekerja Simple Itu Oke, Tapi...


Bekerja simple itu memang oke. Bagaimana dengan menulis simple aka singkat? Bisa saja oke, tapi bisa juga bokek alias timbul kesalahpahaman. Persoalan menulis simple inilah yang sering disepelekan orang.  Menulis di laman resmi semacam Kaskus, mungkin akan susah menemukan pengguna kata simple karena akan sedikit mengganggu pembaca. Bukankah tidak semua orang suka dengan urusan kata simple? Misalnya untuk kata ulang menambahkan angka 2, memendekkan yang menjadi yg dan lain sebagainya.

Ketika kita kemudian membelok ke media sosial, maka kata simple mengambur dan menyemak. Alasannya mungkin biar cepat sebab ribet menulis panjang-panjang, hingga urusan penggunaan bahasa asing saja sering disimple-simplekan yang akibatnya akan membuat kesalahartian. Pun ketika antar anggota medsos dengan umur setara, maka penggunaan kata simple  menjadi sangat menggejala. Malahan ada yang beranggapan: tak memahami arti kata simple sama dengan tak gaul.

Namun bagaimana bila yang berkomunikasi tersebut antara orang tua dan anaknya? Ya, kalau orang tua yang mengetikkan mungin anak akan faham. Bagaimana kalau anak yang mengetik dengan kata simple bahkan cenderung gaul? Kesalahpahaman akan terjadi. Tak jarang karena kesalahpahaman itu membuat seorangtua terpaksa menanyakan apa maksud kata yang ditulis si anak.

Kejadian seperti ini pernah saya alami ketika anak menanyakan sesuatu. Karena saya tak faham, maka saya menanyakan apa maksudnya dengan kening berkerut. Mungkin ini kelihatan sepele, tapi tentu saja akan sedikit menguras konsentrasi.

Baru-baru ini saja saya terjebak urusan kata simple ini. Sebuah group medsos yang berkesan resmi karena beranggotakan guru dan siswa (imbas dari #stayathome). Ya, seharusnya sih untuk tidak menimbulkan kesalahpahaman, maka kata yang digunakan tidak harus dibuat simple. Karena info yang disampaikan itu penting. Bagaimana jika  yang membacanya salah tanggap, lalu berujung fatal, misalnya akan mengganggu proses belajar-mengajar.

Ya, mungkin bisa dimaklumi jika kata singkat yang digunakan hanya untuk mengobrol atau bercanda. Bagaimana bila itu untuk sebuah pengumuman resmi, tentu lain soal, karena kesalahpaham akan merugikan terutama siswa.

Hal ini seperti yang baru saja saya alami. Seorang guru memberikan pengumuman resmi mempergunakan kata-kata yang simple alias singkat. Ya, mungkin para siswa akan memahaminya. Bagaimana dengan orang tua siswa, apa sang guru yakin mereka juga akan memahaminya. Akibatnya akan ada pemahaman ganda antara cara pehamaman siswa dan orangtuanya. Siswa memahami dengan benar karena sudah familier dengan kata simple itu, sementara orangtua, kalau tidak dijelaskan, maka tetap tak akan memahami maksud pasti dari pengumuman itu.

Oleh karenanya jika berkenaan dengan urusan resmi, usahanlah tidak menyingkat kata. Kita memang tahu apa yang kita tulis, tapi apakah kita yakin orang lain akan faham?

Sumber : opini pribadi

 


delia.adelAvatar border
delia.adel memberi reputasi
1
374
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan