Kaskus

Story

mfitrahilhamiAvatar border
TS
mfitrahilhami
JAMU KEWANITAAN (Kisah Nyata)
“Bang, aku menang lomba!”

Istri berseru girang saat aku baru saja pulang dari kerja.

“Lomba apa, Yang?” Aku bertanya, (pura-pura) antusias.

Awalnya aku mengira istri baru menang lomba makan kerupuk lawan anak TK, tapi ternyata dugaan itu salah ketika dia menjawab, “Lomba di media sosial. Lomba ngasih komentar tentang hari Ibu.”
“Terus Neng jawab apa?”

Dia berujar, “Hari Ibu adalah harinya para Ibu.”

Aku melongo sambil mbatin, “Ya iya lah, Neeeng. Kalau hari Ibu ya emang harinya para Ibu. Kalau hari Bapak ya harinya para Bapak. Kalau Hari Tanoe pemilik stasiun tivi RCTI. Kalau hari Minggu itu Hari Libur.”

“Jawab gitu itu menang?” tanyaku gak percaya.

“Iya.” Dia tersenyum.

“Wah, hebat. Hadiahnya apa, Yang?”

Aku penasaran. Lumayan banget kan kalau hanya ngasih pendapat tentang hari ibu dikasih hadiah kulkas, mesin cuci, atau bahkan mobil.

Istri mengambil sebuah barang di atas lemari, “Ini hadiahnya, Bang.”

Lagi-lagi aku melongo, “Apa itu, Neng?”

“Jamu kewanitaan. Biar subur katanya,” ucapnya bangga, seolah baru dapat hadiah cincin berlian.
Bukannya Neng sudah subur? Badannya.

“Hanya jamu kewanitaan?” mataku mengernyit.

“Apa? ‘Hanya’ kata Abang?” Istri nampak kecewa.

“Ih, Abang ini gak menghargai usaha istri sama sekali. Yang penting itu proses perjuangan mendapatkan hadiah ini, Bang. Bukan apa hadiahnya.”

Duh, bisa kacau kalau istri ngambek. Udah gak jadi dapat kulkas atau mesin cuci, malah bisa-bisa gak dimasakin sarapan besok pagi.

“Wah, selamat ya, Neng. Hadiahnya bagus. Keren banget!” Kuacungkan kedua jempol.

Jadi mikir, kenapa aku ikut-ikutan heboh muji-muji jamu kewanitaan? Ah, biarin, dah. Namanya juga hari ibu.

“Abang mau minta jamu ini?” istri menyorongkan kotak berwarna hitam itu.

“Ogaaah!!!”

Aku kabur. Takut dicekoki jamu itu beneran. Bisa singset eyke, Ciiiiiiiiin….

Dua hari kemudian, aku beserta anak dan istri, pulang kampung di Indramayu. Liburan akhir tahun lah istilahnya. Mertua minta kami pulang karena kangen banget sama si kecil.

Tak lupa istri membawa jamu kewanitaan hadiah kuis di media sosial tersebut. Entahlah aneh juga, jamu itu tidak pernah dikonsumsi, tapi kalau ke mana-mana dibawa terus.

“Neng, kok gak diminum sih jamunya?” Aku bertanya saat di kereta.

Istri nyengir, “Sayang, Bang, kalau diminum ntar habis. Buat kenang-kenangan aja.”

Ya namanya juga hadiah jamu, Neng. Kalau gak diminum ya buat apa? Duh, ini nih ternyata yang buat para perempuan sulit banget move on dari masa lalu. Karena suka mengenang-ngenang.

Sudahlah, bila ada pengganti yang lebih baik, kenangan-kenangan seperti mantan, buang aja di tempat sampah. *loh?*

Tak ingin merusak kebahagiaan istri, aku biarin aja kelakuannya menimang-nimang jamu kewanitaan tersebut.

Kami sampai di Stasiun Jatibarang, Indramayu, keesokan hari.

Setibanya, kami dijemput mertua. Dan mereka sangat bahagia saat melihat si kecil. Dipeluknya erat si sulung dengan ciuman bertubi-tubi. Aku tersenyum melihatnya. Beruntung anakku punya kakek dan nenek yang sangat sayang padanya.

Lima hari kami berlibur di Indramayu, Jawa Barat. Dan kembali ke Surabaya pada hari ke-enam karena aku harus nguli, eh ngajar maksudnya.

Di dalam kereta perjalanan pulang, istri tiba-tiba heboh. Aku sampai ikutan kaget, mengira istri baru saja lihat genderuwo.

“Ada apa, Neng?”

“Bang, jamu hadiahku ketinggalan di rumah Mamah. Aduh!”

Aku langsung ngurut dada, “Walah. Aku kira ada apa. Biarin atuh Neng. Orang cuma jamu kayak gitu aja, loh.”

Istri jadi sewot, “Jamu kayak gitu aja gimana maksud Abang? Itu aku dapatkan hasil kerja keras!”
Ingin rasanya aku menimpali, “Kerja keras apa, Neng? Orang cuma ngasih komentar ‘Hari ibu adalah harinya para ibu’ doang dibilang kerja keras.”

Tapi karena takut ditabok pakai dompet, aku memutuskan diam saja.

Dua minggu kemudian mertua telepon istri, mungkin pingin menanyakan bagaimana kabar kami di sini.

Apakah si kecil sehat? Dan lain-lain.

Hingga pada akhir percakapan, aku mendengar istri tertawa terbahak-bahak. Aku jadi pingin tahu apa yang membuatnya tertawa seperti itu.

Setelah menutup telepon, istri bilang, “Abang masih ingat jamu kewanitaan hadiah aku menang kuis?”

Aku mengangguk.

“Tadi Mamah telepon terus tanya, serbuk yang ada di dalam kotak hitam di atas meja itu apa? Soalnya tadi Bapak minta diseduhin itu ke Mamah.”

“Terus?” aku penasaran.

“Terus Mamah ya nyeduhin serbuk itu pakai air anget, lalu diminum deh sama Bapak. Padahal kan, itu jamu kewanitaan. Hahaha.” Istriku ngakak.

Gak takut jadi anak durhaka nih emak-emak. Ada orang tua salah minum jamu malah seneng bukan main. Aku jadi termenung. Kasian Bapak di sana, pasti setelah dibilangi Mamah sebenarnya apa yang barusan ia minum, Bapak jadi pingin muntah-muntah.

Pak, sekarang hari Ibu. Dan benar kata anakmu, “Hari ibu adalah harinya para ibu.” Jadi bapak-bapak gak perlu ikut-ikutan ngerayain, apalagi sampai ikutan menikmati hadiah dari kuis gak jelas itu.

===

Penulis: Fitrah Ilhami

Kisah di atas terdapat dalam buku KETIKA DERITAKU JADI BAHAGIAMU, buat yang berminat pesan buku-buku Fitrah Ilhami yang lucu menghibur, tapi juga inspiratif, bisa pesan lewat whatsapp: 088218909378

Diubah oleh mfitrahilhami 21-06-2020 16:13
delia.adelAvatar border
indrag057Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan