- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
BUKAN Bersumber Pada Diri Sendiri! Cari Aja Di Google!!


TS
ferrykets2
BUKAN Bersumber Pada Diri Sendiri! Cari Aja Di Google!!
Mayoritas orang orang bilang kalau penyesalan datang diakhir. Semua tindakan yang pada saat itu gue anggap benar, bisa berujung ke penyesalan pada akhirnya. Orang orang pesimis biasanya menyebutkan rencana yang gue buat kalau berakhirnya gagal atau penyesalan bisa disebut gue merencanakan sebuah kegagalan. Gue sedari dulu diberi doktrin kalaupun pada akhirnya gagal gue harus introspeksi diri. Nah yang paling rawan ketika introspeksi diri adalah menyalahkan diri sendiri. Mencari benar salah dalam pikiran gue atas tindakan yang udah gue lakuin. Berujung menyalahkan orang lain, menyalahkan diri sendiri atau membenarkan diri sendiri. Masalahnya gue selalu mendapatkan sebuah pemikiran bahwa gue yang salah. Ketika memikirkan apa yang salah dan mana yang benar dalam rencana gue yang gagal kondisi pikiran gue seharusnya jernih. Bukan memihak manapun.
Sering terjadi ketika gue sedang pdkt dengan seorang cewe hingga pada akhirnya ketika gue menyatakan cinta gue ke dia. Berujung penolakan. Gak ada bagus bagusnya lah. Tersiksa pula pada saat pdkt. Gue selaku cowo harus berjuang mati matian buat dapetin dia. Padahal gak ada satupun sebuah larangan tertulis yang tidak memperbolehkan seorang cewe buat berjuang mati matian juga ke cowo. Tapi gue sadar pasti gak wajar lah kalau cewe itu memperjuangkan cowo. Gak etis. Tapi itu hanya sekedar dogma. Entah darimana asalnya dogma itu dan gue gak tau siapa yang menciptakan sebuah dogma sehingga gue dengan susah payahnya buat dapetin dia.
Selama gue menjalani pdkt gue selalu mikir apa kesalahan gue yang dulu pernah gue lakuin yang membuat gue gagal dapetin dia. Baik? Gue baik orangnya. Bahkan ada yang bilang pas gue nembak kamu terlalu baik buat aku jadiin pacar. Emang gak make sense mau di analisis dari mata angin manapun. Kalau pada akhirnya gue bukan seseorang yang bersanding dengannya nanti. Temen gue pun bilang ke gue, kalau gue gak jelek jelek amat. Gak terlalu ganteng juga. Temen gue yang satu lagi pun pernah bilang ke gue, bahwa gue bisa sebenarnya buat dapetin seorang cewe. Aneh sekali rasanya ketika gue mendengar opini dari temen temen gue, tapi gue sendiri sering mengalami kegagalan.
Gue sendiri pun pernah diam sendiri memikirkan apa sih yang salah dari gue. Gue telaah satu satu. Yang pertama uang. Biasanya dalam menjalani pdkt ini harus ngeluarin uang, apalagi kalau sering main kesana kemari. Gue sih oke oke aja kalau uang. Lalu sharing dengan temen yang udah punya cewe. Gue udah lakuin sampe caranya pun gue tiru. Temen gue pun sudah seyakin yakinnya gue bakal dapetin dia. Tapi akhirnya nihil. Pas gue udah merencanakan segala hal buat nembak dia, tapi kalau dia gak ngebales lagi, ya gue mau nembak siapa dong. Masa nembak mas mas kafe, mbak mbak kafe. Mungkin penampilan. Penampilan gue,… Gue tampil apa adanya gak ketinggalan jaman juga kalau berpakaian. Cuman gue males aja belanja nya, karena gue rasa itu bukan suatu kebutuhan gue selagi baju gue belum sobek sobek kayak gelandangan. Kurang wangi mungkin. Gue pake parfum kok setiap main atau keluar dengan dia. Gak pernah gue sekalinya keluar atau main gak pake parfum. Pilih pilih mungkin, gue deketin cewe nya, kalau kata orang lain cewe ini gak cantik, gak jadi buat dideketin. Gue gak gitu. Gue tuh paling suka dalam sebuah kebebasan tanpa ada yang terikat. Maksudnya ketika ada omongan orang lain dan gue turutin kerasa banget seperti orang lain yang mempunyai kuasa penuh atas keputusan gue.
Gue agak benci juga dengan hidup menuruti kata orang lain. Seperti halnya gue memperbaiki penampilan gue atau gaya bicara gue seakan bukan diri gue. Gue menyebutnya itu fase dimana gue gak percaya dengan diri sendiri dan ingin menjadi orang lain yang udah punya cewe. Gue pun asalnya begitu menuruti kata kata yang terlontarkan dari orang lain. Kalau mau dilirik sama cewe harus ini itu. Kalau mau mengawali sebuah percakapan harus ini itu. Pada akhirnya pun gue gagal. Gue yang tau sendiri harus gimana. Karena ketika gue bermain peran sebagai diri sendiri berarti gue sedang menuruti naluri gue buat deketin cewe. Pada nantinya pun kalau dia bener tulus akan menerima juga kok. Gue gak usah menjadi orang lain. Semua punya jalannya masing masing. Seorang teman hanya bisa menasehati saja, keputusan untuk melakukan atau tidak pun balik lagi ke gue.
Gue pun menyadari suatu hal mau gimana pun orangnya pasti ada aja yang mau. Yang bajingan aja ada yang mau. Dari situlah gue mulai menanamkan self love respect pada diri gue. Mencintai atau menghargai diri sendiri. Lebih nyaman dan mendapatkan sebuah ketenangan atas apa apa yang gue lakukan itu bukan bersumber dari gue saja. Ketika gue anggap apa yang gue lakukan itu adalah versi terbaiknya menurut gue. Yaudah. Kalau pada akhirnya gagal pun gue gak akan merasakan penyesalan lagi. Karena gue sudah melakukan hal yang gue anggap itu terbaik. Gue pun bersyukur udah berada di tahap ini. Di tahap ketika gue memandang masalah bukan lagi menyalahkan diri sendiri. Menurut gue, seseorang akan tumbuh pola pikirnya atau mindset nya ketika memandang sebuah kegagalan bukan bersumber atas kesalahan dia sendiri tetapi munculnya sebuah pemikiran untuk memandang suatu hal menjadi baik dan buah pikirnya itu bisa menimbulkan ketenangan pada diri sendiri, itu lah yang seharusnya dicari.


anakjahanam721 memberi reputasi
1
413
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan