Kaskus

News

Andri MAvatar border
TS
Andri M
Pantas Pesawat Tempur Hawk Jatuh, Ternyata Mau Diganti
Pantas Pesawat Tempur Hawk Jatuh, Ternyata Mau Diganti

Senin pagi (15/6/2020) pada pukul 08.13 sebuah pesawat tempur serang darat milik Tentara Nasional Indonesia ( TNI) Angkatan Udara (AU) BAE Hawk 209 mengalami kecelakaan di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Pesawat teregistrasi bernomor ekor  TT-0209 itu tak jauh dari titik pendaratan di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru. 

Lokasi tepat pesawat tempur Hawk 209 jatuh kira-kira 5 kilo dari runway. Sekitar Battery Q, Batalyon Arhanud TNI AD. TNI AU akan menggelar investigasi untuk mengetahui terkait penyebab kecelakaan. Pilot selamat Dalam kecelakaan tersebut, sang pilot, yakni Lettu Pnb Apriyanto Ismail dari Skuadron 12, Lanud Rusmin Nuryadin, Pekanbaru.

Pesawat Hawk yang jatuh tersebut merupakan salah-satu di antara 24 pesawat Hawk 209 yang didatangkan TNI AU pada kesepakatan pembelian 1993. Namun pengirimannya memakan waktu hampir tiga tahun, gelombang pertama tiba di Tanah Air pada 1996 dan tertuntaskan seluruhnya pada 1999.

Pada proses pembelian pesawat tempur Hawk , TNI AU yang mengakuasisi puluhan pesawat Hawk 109/209 dari produsen pesawat British Aerospace (sekarang BAE Systems) membuat Indonesia menjadi salah satu pengguna Hawk 209 terbanyak di kawasan Asia Tenggara. Mengutip situs Aircraft Compare, harga satu unit Hawk 209 mencapai US$ 29 juta atau sekitar Rp 412,4 miliar (Kurs: Rp 14.420). 

Insiden jatuhnya Hawk 209 menjadi peringatan tentang kesiapan kekuatan udara Indonesia. Walaupun kecelakaan pesawat tempur serang darat TNI AU Indonesia masih menunggu penyelidikan lebih lanjut, perhatian publik terpusat pada kenapa jatuhnya pesawat TNI Angkatan Udara ini. 

Akan ada saja yang berspekulasi karena perawatan yang kurang optimal, kemampuan penerbang karena kurang jam terbang, bahkan beranggapan usia pesawat sudah tua. Alasan terakhir bisa jadi benar ?
Bila kita hitung umur pesawat dari tahun kehadiran 1996 maka usia pesawat tempur Hawk 109/209 sudah berusia 24 tahun. Sedangkan yang datang pada gelombang kedua 1999 berusia 21 tahun. 

Dilansir dari kompas.com (2/2/2019), dalam rapim TNI AU tahun 2019, Marsekal Yuyu Sutisna yang saat itu menjadi Kepala Staf TNI AU mengatakan, pemenuhan kekuatan pokok minimum TNI Angkatan Udara baru 44 persen. Diharapkan, pengadaan dapat dipercepat kembali agar pemenuhan total kekuatan TNI AU bisa tercapai 100 persen pada 2024. Seharusnya pada akhir 2019 pemenuhan kebutuhan pokok minimum TNI AU sudah mencapai 66 persen.

Penggantian pesawat tempur Hawk 109/209 termasuk dalam perencanaan penggantian dalam Renstra 2020 - 2024. Pemenuhan jumlah pergantian pesawat tempur Hawk 109/209 yang berjumlah lebih dari 20 unit ini akan secara bertahap pengadaannya. 

Usia pakai 25 tahun bagi pesawat tempur tentu terbilang riskan atau memiliki risiko tinggi untuk terbang. Jangan membandingkan dengan India yang mengoperasikan ratusan jet tempur Mig-21 akhir era 70-an selama lebih 44 tahun. Tentunya bagi pecinta dirgantara mengetahui bahwa sering terjadi kecelakaan pada pesawat tempur yang telah uzur.

Penggantian pesawat tempur Hawk 109/209 tentu bukan hanya menyangkut usia pakai saja. Teknologi pesawat tempur pastinya menjadi pertimbangan. Sama seperti komputer dalam kurun waktu 25 s/d 30 tahun terjadi loncatan teknologi sudah sangat besar.

Pesawat tempur saat ini sudah mendekat ke pengembangan generasi ke 6. Pesawat tempur tercanggih saat ini ialah pesawat tempur generasi 5 yang mengandalkan kemampuan stealth (siluman / tidak terlacak radar) dan perang elektronik. Baru 3 (tiga) negara yang mampu mengembangkan dan menerbangkan pesawat tempur generasi ke 5 yaitu USA ( F22 & F35), Rusia (Su-57), dan China (Chendu J-20).

Adapun Hawk Mk 109 / 209 merupakan kode untuk Hawker-Siddeley Hawk yang diekspor ke Indonesia yang mulai melengkapi TNI-AU sejak tahun 1996 (pada tahun 1980-an, TNI-AU juga pernah membeli sejumlah Hawk Mk 53) merupakan pesawat tempur generasi ke empat.

Hawk Mk 209 merupakan varian single seater dari keluarga Hawk. Pesawat jet ini dikhususkan untuk mengemban misi air superiority dan ground attack. Sedangkat Hawk 109 merupakan varian double seater yang dapat digunakan sebagai pesawat latih. 900  pesawat Hawk 200 telah terjual di seluruh dunia sejak 1976 dalam 13 varian.

Hawk 200 memiliki perangkat yang mumpuni dan tergolong canggih di era 80 dan 90-an. Pesawat ini telah dilengkapi dengan perangkat MPD (Multi Purpose Display) yakni layar multifungsi yang menampilkan seluruh data dan parameter terbang yang ditampilkan dalam bentuk digital.

Hawk 200 juga dilengkapi dengan laser rangefinder buatan Ferranti dan FLIR dari GEC-Marconi. Sistem perlindungan dirinya mencakup Sky Guardian 200 RWR buatan BAE sendiri dan Vinten chaff/flafe dispensers yang bisa dioperasikan secara otomatis atau manual. Radarnya diklaim punya 10 mode udara ke darat untuk navigasi dan membidik senjata ke sasaran.

TNI AU pun telah mengupgrade kemampuan untuk beberapa Hawk 209. Salah satunya dengan pemasangan radar warning receiver (RWR) baru SEER buatan Finmeccanica, Italia, yang akan menggantikan posisi Sky Guardian 200 ditahun 2016. Penggantian radar ini secara signifikan meningkatkan kemampuannya untuk mengidentifikasi ancaman dari udara, darat, dan laut.

Sebagai sumber tenaga baik Hawk seri 100 dan 200 mengandalkan sebuah mesin jet non afterburning Adour Mk.871 twin-spool mesin turbofan rasio bypass rendah buatan Rolls-Royce Turbomeca yang memiliki daya dorong 26 kN. Kecepatan jelajahnya mencapai 796 km/jam dan maksimum 1.037 km/jam dengan ketinggian terbang maksimum 15.250 meter.

Hawk merupakan pesawat tempur 'kelas dua' buatan BAE System dengan harga yang terjangkau bagi negara-negara yang meminatinya. Hawk 200 dapat 2 jam berpatroli sejauh lebih dari 600 km jika dilengkapi dengan tangki bahan bakar tambahan.

Bahan bakar internal mencapai 1.360 kg dan eksternal dengan tiga drop tank 3.210 kilogram untuk membawa Hawk 200 bertempur hingga radius 617 km. Membutuhkan landasan pacu sepanjang 2.134 meter dengan bawaan penuh dan jarak pendaratan menggunakan brake chute sejauh 854 meter atau 1.250 meter tanpa brake chute.

Pesawat ini memiliki 11 titik penyimpanan senjata eksternal. Dilengkapi juga dengan senapan mesin, peluncur roket, bom seberat 450 kg dan pod pengintai.

Hawk 209 yang jatuh memiliki spesifikasi Awak : 1. Panjang : 11,38 m. Rentang sayap : 9,39 m. Tinggi : 4,16 m. MTOW : 9.101 kg. Mesin : Rolls Royce Turbomeca Adour Mk. 871 turbofan. Thrust : 26 kN. Kecepatan jelajah : 796 km/jam. Kecepatan maks. : 1.037 km/jam. Kapasitas BBM : 1.360 kg internal, plus 3.210 kg (3 drop tanks). Jangkauan ferry : 1.950 km dengan 3 drop tank. Radius tempur : 617 km. Ketinggian terbang : 15.250 m. 

Dilansir dari new.okezone.com (30/03/2018), Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Yuyu Sutisna pada saat melakukan kunjungan kerja ke Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Kamis (29/3/2018). Beliau menegaskan, bahwa pengganti Hawk akan lebih canggih. Pesawat Hawk akan diganti dengan pesawat yang baru yakni pesawat generasi baru 4,5 (empat setengah). 

Pesawat tempur generasi 4,5 yang diproduksi dan dapat dibeli dari berbagai negara  yaitu Amerika Serikat (F-15E Strike Eagle, F-16 Viper, F/A-18E/F Super Hornet), Inggris (Eurofighter Typhoon), Konsorsium Eropa (Dassault Rafale), Swedia (Gripen E), Rusia (Su-30 varian terbaru, Su-35, MiG-35 dan JF-17 Thunder buatan China-Pakistan yang kini juga akan di-upgrade menggunakan radar AESA.

Indonesia pada tahun 2018 ini telah menyepakati kontrak kerjasama pembelian pesawat tempur generasi 4,5 yaitu Sukhoi Su-35 super flanker buatan Rusia. Tetapi sukhoi SU-35  ini bukan untuk menggantikan pesawat tempur Hawk 109/209. Burung besi Rusia ini akan menggantikan sang Macan F.5 Tiger yang telah dipensiunkan. 

Salah-satu pesawat tempur generasi 4,5 yang menjadi pilihan dan dipertimbangkan sebagai pengganti Hawk 109/209 yaitu F.16 tipe C/D block 70 dengan sebutan Viper. 

F-16 Viper ini merupakan jet tempur multiperan generasi ke 4,5 salah-satu yang tercanggih saat ini. Pesawat tempur ini akan bermanfaat bagi negara kepulauan seperti Indonesia karena dapat mendeteksi ancaman, mencegah dan menindak dari jarak jauh. 

Jet tempur legendaris F-16 yang telah di upgrade kemampuannya (F-16 Viper) hampir setara generasi ke 5 ini dirancang untuk ancaman maritim. Pesawat dapat mendeteksi kapal laut dalam kondisi yang sulit, menangani pencurian ikan, pengawasan penebangan hutan ilegal, dan mencegah armada musuh masuk ke wilayah terotorial negara. 
----
Salam Hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Blog  I  Instagram  I  Twitter  I  email : mastiyan@gmail.com







 



Diubah oleh Andri M 18-06-2020 12:15
anggrekbulanAvatar border
ujecalmAvatar border
ujecalm dan anggrekbulan memberi reputasi
0
2.7K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan