- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Setelah The Fed, Kini Trump Berpotensi Buat Rupiah Berjaya


TS
Lockdown666
Setelah The Fed, Kini Trump Berpotensi Buat Rupiah Berjaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.020/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Sentimen positif datang dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Senin tengah malam mengumumkan akan membeli obligasi perusahaan di pasar skunder melalui program Secondary Market Corporate Credit Facility (SMCCF) mulai Selasa (16/6/2020).
Pengumuman tersebut membuat mood pelaku pasar membaik dan kembali mengalirkan modalnya ke negara emerging market yang memberikan imbal hasil tinggi.
Capital inflow terlihat di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 5,4 basis poin (bps) menjadi 7,185%.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Dapat Suntikan Tenaga dari The Fed, Rupiah Juara Asia
Saat harga naik, artinya permintaan sedang tinggi dan menjadi indikasi aliran modal masuk ke pasar obligasi yang menopang penguatan rupiah.
Setelah The Fed, giliran Presiden AS Donald Trump yang membawa angin segar. Selasa malam kemarin, pemerintahan Trump dikabarkan sedang mempersiapkan proposal pembangunan infrastruktur senilai US$ 1 triliun.
Bloomberg News yang mengutip sumber yang mengetahui rencana tersebut melaporkan versi awal dari proposal itu menunjukkan sebagian besar dana akan digelontorkan untuk pembangunan infrastruktur tradisional seperti jalan raya dan jembatan, kemudian infrastruktur 5G dan broadband di pedesaan.
Kabar tersebut membuat bursa saham AS (Wall Street) melesat, yang menjadi indikasi mood pelaku semakin baik dan dapat membawa rupiah kembali menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (17/6/2020).
Secara teknikal, rupiah berada dalam fase konsolidasi sejak pekan lalu, meski kembali berada di atas level psikologis Rp 14.000/US$. Fase konsolidasi semakin terlihat setelah di awal pekan rupiah membentuk pola Doji.
Rupiah Rasanya Baik-baik Saja, Bisa Dong BI Turunkan Bunga...
Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin (15/6/2020) sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah.
Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu kemana arah pasar selanjutnya.
Melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, rupiah memang sangat rentan mengalami koreksi alias melemah.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Stochastic yang oversold dalam waktu lama dapat memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah.
Level psikologis Rp 14.000/US$ menjadi kunci pergerakan hari ini, selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.150/US$ sampai Rp 14.300/US$.
Sebaliknya jika mampu kembali dijebol, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.920/US$
Sementara untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
sumur
https://www.cnbcindonesia.com/market...rupiah-berjaya
Diubah oleh Lockdown666 17-06-2020 10:39



nomorelies dan User telah dihapus memberi reputasi
2
546
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan