- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Amin Paling SERIUS!!


TS
ferrykets2
Amin Paling SERIUS!!
Masa transisi ketika gue sudah merasa resah setelah sekian lama nya gue diperalat. Sekitar ya 2 tahun lebih mungkin. Gue terlalu yakin sama jalan gue sendiri mengenai cinta gue ke dia.
Gue yakin kalau seiring dengan berjalannya waktu akan diterima.
Gue yakin dia pasti akan berbalik mencintai gue.
Gue yakin kalau suatu saat gue gak akan merasa pahit terus keadaan yang diterima gue.
Gue yakin dengan berdoa menyebut nama dia bakal dikabulkan.
Gue yakin jalan terbaik gue ada pada dia.
Gue yakin dia orang yang tepat.
Keyakinan gue sendiri bisa hancur dengan sekejap gara gara dia memperalat gue. Gue harusnya udah tau sejak awal kalau pada akhirnya bakal kek gini. Menguras tenaga gue untuk dia, waktu gue untuk dia. Bukannya gue hitungan, tapi gue merasa gak ada satu pun pengorbanan yang dia lakukan untuk gue. Menunggu dan menunggu. Tungguin aja siapa tau suka.
Tungguin aja siapa tau nanti berbalik ke gue.
Tungguin aja sabar aja.
Selama ini dalam pikiran gue selalu ditenangkan dengan kata tunggu. Setiap belum tidur gue gak tenang dengan hubungan yang gue jalani ini. Jawaban dari hati cuman sabar aja. Sabar. SABAR.
Pandangan gue kabur membias, diluar ekspetasi gue dengan akhir yang pahit pun terjadi. Gue berhadapan kembali, bertemu kembali dengan wanita yang sama. Gue mencari yang berbeda, yang bisa menghargai gue. Yang bisa menerima gue. Belum terjawab sampe sekarang. Doa pun semakin berat. Meminta kepada sang ilahi setiap panggilan waktunya. Seresah ini yang gue rasa ketika hubungan tak kunjung sehat, sendiri pun tersiksa. Bahagia gak boleh ditanggung sama orang lain, harus diri sendiri yang mempertanggung jawabkan bahagia itu. Memang benar. Tapi kalau bahagia itu sewaktu waktu bersumber dari apa yang belum gue miliki gimana.
Apakah gue harus mempertanggung jawabkan sendiri pula?
Mempertanggung jawabkan bahagia itu sendiri untuk hadir didepan gue?
Apakah itu bisa disebut bahagia gue bersender pada orang lain?
Yang sendiri pun kalau misalkan bahagia, tingkatan bahagia pun tidak akan merasa naik, tanpa ia tau bagaimana rasanya bahagia yang bersumber pada orang lain.
Setiap hari sebelum gue tidur, berbagai pikiran terus bermunculan pertanyaan demi pertanyaan yang mengkhawatirkan gue tentang cinta. Gue tidak diam. Terus berusaha hingga gue dipanggil oleh tuhan. Mengejar apa yang harus gue kejar. Mencari apa yang gue cari.
Gue terlalu berdiam diri pada zona yang diinginkan tapi tidak dibutuhkan oleh gue. Momen itu akan gue kejar meski harus lelah letih pikiran. Tidak tenang setiap harinya. Memikirkan berbagai hal atau topik untuk dia. Kalau gak ngobrol gak akan dapet. Bisa dibilang gue beban menjalani ini. Karena gue merasa kan menghadapi wanita yang sama. Gue kini harus bersiap menghadapi wanita yang sama dan menghindarinya. Semakin sulit untuk pdkt. Pdkt aja udah dimanfaatin apalagi udah pacarannya. Sambil berserah diri kepada Tuhan. Yang buruk mohon dijauhkan, yang baik mohon didekatkan. Setiap malam selalu gue panjatkan. Untuk gue berubah ke pandangan baik mengenai cinta ini.
Gue yakin kalau seiring dengan berjalannya waktu akan diterima.
Gue yakin dia pasti akan berbalik mencintai gue.
Gue yakin kalau suatu saat gue gak akan merasa pahit terus keadaan yang diterima gue.
Gue yakin dengan berdoa menyebut nama dia bakal dikabulkan.
Gue yakin jalan terbaik gue ada pada dia.
Gue yakin dia orang yang tepat.
Keyakinan gue sendiri bisa hancur dengan sekejap gara gara dia memperalat gue. Gue harusnya udah tau sejak awal kalau pada akhirnya bakal kek gini. Menguras tenaga gue untuk dia, waktu gue untuk dia. Bukannya gue hitungan, tapi gue merasa gak ada satu pun pengorbanan yang dia lakukan untuk gue. Menunggu dan menunggu. Tungguin aja siapa tau suka.
Tungguin aja siapa tau nanti berbalik ke gue.
Tungguin aja sabar aja.
Selama ini dalam pikiran gue selalu ditenangkan dengan kata tunggu. Setiap belum tidur gue gak tenang dengan hubungan yang gue jalani ini. Jawaban dari hati cuman sabar aja. Sabar. SABAR.
Pandangan gue kabur membias, diluar ekspetasi gue dengan akhir yang pahit pun terjadi. Gue berhadapan kembali, bertemu kembali dengan wanita yang sama. Gue mencari yang berbeda, yang bisa menghargai gue. Yang bisa menerima gue. Belum terjawab sampe sekarang. Doa pun semakin berat. Meminta kepada sang ilahi setiap panggilan waktunya. Seresah ini yang gue rasa ketika hubungan tak kunjung sehat, sendiri pun tersiksa. Bahagia gak boleh ditanggung sama orang lain, harus diri sendiri yang mempertanggung jawabkan bahagia itu. Memang benar. Tapi kalau bahagia itu sewaktu waktu bersumber dari apa yang belum gue miliki gimana.
Apakah gue harus mempertanggung jawabkan sendiri pula?
Mempertanggung jawabkan bahagia itu sendiri untuk hadir didepan gue?
Apakah itu bisa disebut bahagia gue bersender pada orang lain?
Yang sendiri pun kalau misalkan bahagia, tingkatan bahagia pun tidak akan merasa naik, tanpa ia tau bagaimana rasanya bahagia yang bersumber pada orang lain.
Setiap hari sebelum gue tidur, berbagai pikiran terus bermunculan pertanyaan demi pertanyaan yang mengkhawatirkan gue tentang cinta. Gue tidak diam. Terus berusaha hingga gue dipanggil oleh tuhan. Mengejar apa yang harus gue kejar. Mencari apa yang gue cari.
Gue terlalu berdiam diri pada zona yang diinginkan tapi tidak dibutuhkan oleh gue. Momen itu akan gue kejar meski harus lelah letih pikiran. Tidak tenang setiap harinya. Memikirkan berbagai hal atau topik untuk dia. Kalau gak ngobrol gak akan dapet. Bisa dibilang gue beban menjalani ini. Karena gue merasa kan menghadapi wanita yang sama. Gue kini harus bersiap menghadapi wanita yang sama dan menghindarinya. Semakin sulit untuk pdkt. Pdkt aja udah dimanfaatin apalagi udah pacarannya. Sambil berserah diri kepada Tuhan. Yang buruk mohon dijauhkan, yang baik mohon didekatkan. Setiap malam selalu gue panjatkan. Untuk gue berubah ke pandangan baik mengenai cinta ini.


nona212 memberi reputasi
1
418
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan