Kita penduduk Indonesia lebih mengenalnya dengan "dikolongin" yang sudah menjadi kebiasaan sejak muda, entah itu bermain sepakbola, futsal, atau sekedar bermain street soccer diatas aspal. Bukan lagi menjadi perdebatan, pemain yang berhasil ngolongin lawan menjadi kebanggaan bagi pemain tersebut, sementara si korban, tak jarang nutmeg membuat ia naik pitam dan lantas mengejar si pelaku dan berbuat kasar untuk menutupi realita yang memalukan tersebut. Terutama untuk posisi bek, setelah menjadi korban nutmeg biasanya perasaan serba salah membuat keruh mood untuk memosisikan diri. Kaki menjadi selalu rapat dan sulit untuk lebih fleksibel dalam menjegal, gagal dalam menutup sudut arah bola, sampai enggan menjegal pemain yang telah mempermalukan harga dirinya.

Namun nutmeg hanya terjadi kadang², tak hanya salah memosisikan diri terkadang siku lebih sering melayang ke pelaku nutmeg. Posisi tubuh berubah secara cepat dari berhadapan dengan lawan menjadi membelakangi lawan untuk mengejar bola setelah bola melintasi kedua kakinya. Reflek tanpa sadar diciptakan dari sang korban yaitu saat mereka merubah posisi untuk mengejar bola, reflek mereka adalah mengangkat siku sejajar bahu sehingga membahayakan pelaku nutmeg entah itu menghatam dada atau langsung menuju wajah. Pernah ngerasain? ceritakan dibawah!

Menurut ane dari yang ane perhatikan ketika kawan² kampus bermain futsal, ada 3 tipe dari korban nutmeg. Ada yang bermental lemah, setelah menjadi korban nutmeg kemungkinan permainan mereka menurun drastis dan merusak sistem permainan. Apabila korban adalah tipe yang mudah naik emosinya maka bersiaplah pada para pelaku kaki, wajah, atau dada ente akan menjadi sasaran empuk. Tipe terakhir adalah tipe yang paling asik, ialah yang punya mental kuat dan profesional jika ia menjadi korban nutmeg biasanya ia malah memuji si pelaku dan mungkin justru memperbaiki kesalahannya dan menjadi boomerang bagi si pelaku untuk semakin sulit dilewati pertahanannya.

Peristiwa semacam ini tidak hanya terjadi di lapangan 120k per jam atau street soccer dengan gawang sandal, di sepakbola profesional juga sama. Juventus kontra Napoli pada 2019, Di Lorenzo berhasil menjadi korban kolongan Ronaldo. Tanpa banyak ancang², Di Lorenzo langsung menghempaskan Ronaldo sebagai pembalasan rasa kesal. Ada juga dari sang pemain religius sekaliber Ricardo Kaka sempat dikolongin oleh Rafael Moura. Kaka menghampiri Moura dengan senyuman kecil dan memberi pelukan pertemanan. Berbeda karakter setiap pemain, dan sedikit yang beruntung seperti Moura.

Kebanggaan dari pelaku nutmeg adalah sementara, sedangkan efek yang diciptakan bisa bertahan lama hingga akhir pertandingan atau ke pertandingan berikutnya jika masih harus berhadapan dengan tim yang sama. Dibanding memilih untuk memuaskan diri dengan mempermalukan lawan, lebih baik si pelaku ikut menjaga sikap dan menghormati lawan. Karena, perasaan malu si korban berpotensi memunculkan masalah terhadap keselamatan seluruh anggota tim si pelaku.

Momen yang tentu lebih pahit pasti dirasakan oleh kiper, kebobolan satu saja sudah menjadi mimpi buruk, apalagi kebobolan dengan cara nutmeg. Sakitnya tuh di mana²! Ditambah lagi kiper hampir terbilang mustahil untuk membalas aksi nutmeg dengan aksi yang sama. Bahkan kiper sekelas Neuer, Courtois, dan De Gea pun pernah merasakan hal yang sama. Tapi kehebatan ketiga nama kiper tersebut tentu masih dibicarakan banyak orang hingga artikel ini ditulis, dan terus berkembang menjadi kiper kelas dunia. Lagi pula, menjadi korban nutmeg tidak membuat karir seorang pesepakbola runtuh, justru ketika ente pesimis melanjutkan laga hanya karena terkena nutmeg, jangan kaget jika pelatih tidak mencantumkan nama ente dalam squad inti.

Bagaimana Cerita Ente Tentang Nutmeg / Dikolongin? Silakan Diskusikan Dibawah!

#CMIIW