

TS
penyair.kembara
Sebuah Surat: "Lupakanlah Aku, Biarkan Rinduku yang Mengingatmu"
Jika kau suruh aku 'tuk menyerah,
maka lillah-ku menepis semua hujjah-ku tuk lelah.
Tidakkah kau tau?
yang ku takutkan bukanlah penantian abadiku demi mengharap balas,
ataupun menanti hari, di mana tangan kita bisa saling menemukan, berikatan, katamu..
Tidakkah kau tau?
Semesta adalah rumah, dan aku bertamu kepadanya, sebagaimana ia adalah rumah.. aku mencoba hadir dibenaknya sebagai tamu, lalu kucoba tanya pada diri ini:
Akankah ia menjamu-ku sebagai tamu yang istimewa? Akankah senyum-sapa nya akan hadir menyambutku dari pengembaraan lama-ku mencari cinta sejati?
Harus kau ketahui, sang pemilik rumah memiliki aturan dan etika yang berlaku, kau tidak bisa semata-mata nyelondong masuk ke rumahnya tanpa meletakkan sepatumu di rak seharusnya!
Perasaan ini sudah kuungkapkan padanya,
sebagai lelaki patutlah aku bertanggung jawab atas pernyataan ini.
Karena itu,
tak lagi ragamu yang dibingkai dengan seulas wajah manis yang membuatku teringat padamu,
atau senyum yang tersungging di bibirmu yang seolah membuat semua lelaki terpana hingga kehilangan cinta pertamanya.. yang mampu membuat seseorang rela meluka hatinya untuk merindumu.. yang seseorang itu adalah aku
Kamu adalah kamu,
kusayangi kamu beserta kehadiran dan apa yang ada terikat denganmu.
Cinta ini tak lagi buta, karena ia telah membuahkan kasih sayang, dan kasih sayang mampu melihat segalanya.
Aku tak lagi berharap ia menyeka air mataku saat aku menangis bersama sang rindu,
Ku-insafi kembali,
Ia hanyalah titipan dari tuhan, titipan yang tuhan hadirkan untukku agar dia sadar bahwa dia tidak sendiri,
karena bersamaku dan doaku untuknya,
akan selalu menemaninya dalam dua air mata.. tangis dan tawa
Tidakkah kau tahu?
Bukan sedihku jika ia tiba-tiba menggandeng tangan seorang lelaki yang kelak akan menemaninya dalam kebahagiaan abadi.
Walau kutahu tangan yang halus itu, tangan yang suatu saat kehalusan dan kelembutannya akan mengelus suami dan anak-anaknya kelak.. tak akan pernah jadi milikku,
karena telah ada seseorang yang lebih baik dariku telah bertamu kepadanya, tamu yang membawa kabar baik di hari itu.
Biar kau sudah menjamu lelaki itu dengan ikatan istimewa,
Biar kau tahu juga! aku akan menjamu kembali lelaki itu dengan ikatan sahabat.
Tidakkah kau tahu?
Yang aku takuti adalah ketika kasih sayang-ku tak mampu lagi menyelimuti dan melindungimu dari udara dingin, dari gelap malam yang mengelus lembut kepalamu saat kau sedang tertidur lelap,
yaitu ketika tak ada lagi arti-arti cinta dariku untuknya terpatri di hati, Ketika Tuhan mencabut rasa itu dari-ku..
Biarlah rasa ini abadi, biarlah rindu ini berada di antara hitam dan putih. Hitam tintaku yang kelak akan menuliskan kisahmu di atas kertas putih yang suci.
Sentuhat hangat mampu mengeringkan air mata, katanya.. karena itu biarlah air mata rindu ini menjadi tintaku untuk menulis kisahku di atas lembaran baru.. di mana tidak tertoreh lagi nama "kita" di dalamnya. Terima kasih wahai inspirasi abadiku
maka lillah-ku menepis semua hujjah-ku tuk lelah.
Tidakkah kau tau?
yang ku takutkan bukanlah penantian abadiku demi mengharap balas,
ataupun menanti hari, di mana tangan kita bisa saling menemukan, berikatan, katamu..
Tidakkah kau tau?
Semesta adalah rumah, dan aku bertamu kepadanya, sebagaimana ia adalah rumah.. aku mencoba hadir dibenaknya sebagai tamu, lalu kucoba tanya pada diri ini:
Akankah ia menjamu-ku sebagai tamu yang istimewa? Akankah senyum-sapa nya akan hadir menyambutku dari pengembaraan lama-ku mencari cinta sejati?
Harus kau ketahui, sang pemilik rumah memiliki aturan dan etika yang berlaku, kau tidak bisa semata-mata nyelondong masuk ke rumahnya tanpa meletakkan sepatumu di rak seharusnya!
Perasaan ini sudah kuungkapkan padanya,
sebagai lelaki patutlah aku bertanggung jawab atas pernyataan ini.
Karena itu,
tak lagi ragamu yang dibingkai dengan seulas wajah manis yang membuatku teringat padamu,
atau senyum yang tersungging di bibirmu yang seolah membuat semua lelaki terpana hingga kehilangan cinta pertamanya.. yang mampu membuat seseorang rela meluka hatinya untuk merindumu.. yang seseorang itu adalah aku
Kamu adalah kamu,
kusayangi kamu beserta kehadiran dan apa yang ada terikat denganmu.
Cinta ini tak lagi buta, karena ia telah membuahkan kasih sayang, dan kasih sayang mampu melihat segalanya.
Aku tak lagi berharap ia menyeka air mataku saat aku menangis bersama sang rindu,
Ku-insafi kembali,
Ia hanyalah titipan dari tuhan, titipan yang tuhan hadirkan untukku agar dia sadar bahwa dia tidak sendiri,
karena bersamaku dan doaku untuknya,
akan selalu menemaninya dalam dua air mata.. tangis dan tawa
Tidakkah kau tahu?
Bukan sedihku jika ia tiba-tiba menggandeng tangan seorang lelaki yang kelak akan menemaninya dalam kebahagiaan abadi.
Walau kutahu tangan yang halus itu, tangan yang suatu saat kehalusan dan kelembutannya akan mengelus suami dan anak-anaknya kelak.. tak akan pernah jadi milikku,
karena telah ada seseorang yang lebih baik dariku telah bertamu kepadanya, tamu yang membawa kabar baik di hari itu.
Biar kau sudah menjamu lelaki itu dengan ikatan istimewa,
Biar kau tahu juga! aku akan menjamu kembali lelaki itu dengan ikatan sahabat.
Tidakkah kau tahu?
Yang aku takuti adalah ketika kasih sayang-ku tak mampu lagi menyelimuti dan melindungimu dari udara dingin, dari gelap malam yang mengelus lembut kepalamu saat kau sedang tertidur lelap,
yaitu ketika tak ada lagi arti-arti cinta dariku untuknya terpatri di hati, Ketika Tuhan mencabut rasa itu dari-ku..
Biarlah rasa ini abadi, biarlah rindu ini berada di antara hitam dan putih. Hitam tintaku yang kelak akan menuliskan kisahmu di atas kertas putih yang suci.
Sentuhat hangat mampu mengeringkan air mata, katanya.. karena itu biarlah air mata rindu ini menjadi tintaku untuk menulis kisahku di atas lembaran baru.. di mana tidak tertoreh lagi nama "kita" di dalamnya. Terima kasih wahai inspirasi abadiku

Diubah oleh penyair.kembara 14-06-2020 13:40






thedreamcrusher dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.1K
5
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan