- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Domestik
Mengenal Suku Korowai di Papua, Nikmatnya Tidur di Rumah Pohon 50 Meter


TS
rian044
Mengenal Suku Korowai di Papua, Nikmatnya Tidur di Rumah Pohon 50 Meter
Sudah bukan rahasia lagi nih gan sist, kalau negeri kita ini, tanah air kita ini, bangsa kita tercinta ini yang terbentang sepanjang 3977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik memiliki ribuan suku-suku, budaya-budaya dan tradisi-tradisi yang masih kekal hingga saat ini. Dan pastinya, kita berharap semoga segala warisan dari nenek moyang kita terdahulu selalu bisa kita lestarikan agar identitas kita sebagai bangsa yang bhineka tunggal ikatak akan hilang selama-lamanya.
Salah satu daerah di negeri ini yang masih sangat kental dengan tradisi dan budayanya adalah daerah nun jauh di timur sana yang ditinggali saudara-saudara kita yang luar biasa. Yupp, mana lagi kalau bukan Papuaa!!
Nah, bahkan di Papua sendiri gan sist, sudah ada banyak sekali suku-suku yang mendiami wilayah yang berbeda-beda seluas Pulau yang dikenal dengan Pulau Irian tersebut. Beberapa suku diantaranya mungkin sudah familiar bagi kita, sebut aja Suku Asmat, Suku Asmungme dan Suku Dani. Tapi disini ane mau memperkenalkan salah satu suku yang hidupnya cukup unik dan berbeda dari yang lain. Saudara-saudara kita itu gan sist namanya Suku Korowai. Suku Korowai ini tinggal di dataran rendah di selatan Pegunungan Jayawijaya. Berbeda dari kita yang membangun rumah atau pondok di atas tanah yang bidang, Suku Korowai membangun rumah mereka di atas pohon setinggi 15 meter hingga 50 meter di atas permukaan tanah.

sumber gambar


Sejauh ini, diketahui populasi dari Suku Korowai sejumlah 3000 jiwa. Keberadaan mereka bisa terbilang baru ditemukan, yaitu sekitar 36 tahun yang lalu oleh misionaris Belanda, Johanes Veldhuizen. Suku Korowai memilih membangun rumah di atas pohon dengan tujuan berlindung dari hewan buas dan roh jahat, suku ini sangat takut akan serangan "laleo", istilah untuk sosok iblis yang kejam. Konon diceritakan, laleo merupakan makhluk yang berjalan layaknya mayat hidup dan berkeliaran pada tengah malam. Sebutan laleo sendiri juga ditunjukkan untuk semua orang asing kecuali anggota suku mereka, bahkan suku-suku papua yang lain juga merupakan laleo bagi mereka. Jadi mereka percaya jika semakin tinggi rumah yang mereka bangun di atas pohon, maka akan semakin terhindar dari roh-roh jahat.
Untuk membangun rumah, Suku Korowai tentunya memilih pohon yang besar dan kokoh yang berfungsi sebagai tiang utama rumah mereka, sedangkan rumah mereka akan dibangun pada bagian dahan yang tinggi. Semua bahan-bahan maupun peralatan yang digunakan untuk membangun rumah mereka sangatlah alami, sepeti cabang dan ranting pohon sebagai kerangka dan lantainya, sementara dedaunan dan kulit pohon sagu sebagai dinding dan atap rumahnya yang kemudian semua bahan itu disambung menggunakan tali dari ranting atau akar yang kuat. Pembangunan rumah mereka biasanya berlangsung tujuh hari, dengan diselingi ritual yang diwariskan dari leluhur mereka untuk melindungi dari roh jahat. Sementara itu, mereka menempati rumah pohon mereka rata-rata selama tiga tahun, hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan sangat alami.


Sejauh ini, diketahui populasi dari Suku Korowai sejumlah 3000 jiwa. Keberadaan mereka bisa terbilang baru ditemukan, yaitu sekitar 36 tahun yang lalu oleh misionaris Belanda, Johanes Veldhuizen. Suku Korowai memilih membangun rumah di atas pohon dengan tujuan berlindung dari hewan buas dan roh jahat, suku ini sangat takut akan serangan "laleo", istilah untuk sosok iblis yang kejam. Konon diceritakan, laleo merupakan makhluk yang berjalan layaknya mayat hidup dan berkeliaran pada tengah malam. Sebutan laleo sendiri juga ditunjukkan untuk semua orang asing kecuali anggota suku mereka, bahkan suku-suku papua yang lain juga merupakan laleo bagi mereka. Jadi mereka percaya jika semakin tinggi rumah yang mereka bangun di atas pohon, maka akan semakin terhindar dari roh-roh jahat.
Untuk membangun rumah, Suku Korowai tentunya memilih pohon yang besar dan kokoh yang berfungsi sebagai tiang utama rumah mereka, sedangkan rumah mereka akan dibangun pada bagian dahan yang tinggi. Semua bahan-bahan maupun peralatan yang digunakan untuk membangun rumah mereka sangatlah alami, sepeti cabang dan ranting pohon sebagai kerangka dan lantainya, sementara dedaunan dan kulit pohon sagu sebagai dinding dan atap rumahnya yang kemudian semua bahan itu disambung menggunakan tali dari ranting atau akar yang kuat. Pembangunan rumah mereka biasanya berlangsung tujuh hari, dengan diselingi ritual yang diwariskan dari leluhur mereka untuk melindungi dari roh jahat. Sementara itu, mereka menempati rumah pohon mereka rata-rata selama tiga tahun, hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan sangat alami.
Suku ini memiliki kehidupan yang seimbang, mereka menjalin kehidupan yang selaras dan tidak ada kasta maupun status sosial diantara mereka. begitupun kehidupan mereka dengan makhluk lain seperti binatang. Mereka biasa memelihara babi untuk disembelih sebagai seserahan ritual, dan memelihara anjing untuk teman berburu.
Nah, gimana nih gan sist, ada yang udah pernah berkunjung ke daerah mereka? atau mungkin ada yang udah nginep di rumah pohon Suku Korowai? Hmmm kayaknya adem banget yaa
Nah, gimana nih gan sist, ada yang udah pernah berkunjung ke daerah mereka? atau mungkin ada yang udah nginep di rumah pohon Suku Korowai? Hmmm kayaknya adem banget yaa



nona212 memberi reputasi
1
3K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan