- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ma'ruf Soroti Insiden Tim Medis Diusir-Jenazah COVID Diambil: Ini Bahaya!


TS
perojolan13
Ma'ruf Soroti Insiden Tim Medis Diusir-Jenazah COVID Diambil: Ini Bahaya!

Jakarta -
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyinggung peristiwa pengambilan paksa jenazah COVID-19. Ma'ruf menyebut itu berbahaya.
Awalnya Ma'ruf memaparkan bahaya-bahaya terkait virus Corona yang terjadi belakangan ini. Ma'ruf menyebut saat ini masyarakat seperti menikmati euforia karena ada pelonggaran pembatasan.
"Kelihatannya masyarakat euforia karena pintunya dibuka. Masyarakat seperti tidak lagi, padahal justru harus lebih ketat melaksanakan protokol kesehatan, (seperti) menjaga jarak, ini apalagi di pasar tradisional, di terminal," ujar Ma'ruf dalam acara 'Halalbihalal Bersama Majelis Ulama Indonesia' yang disiarkan lewat YouTube MUI, Jumat (12/6/2020).
Baca juga:
Awali Kerja di Era New Normal, Wapres Ma'ruf Jadi Imam Salat Jumat di Istana
Ma'ruf kemudian menyoroti masih adanya masyarakat yang tidak mengenakan masker. Kemudian ada juga yang enggan dilakukan tes Corona, bahkan yang melakukan tes diusir.
"Bahkan ada yang mau dites malah tidak mau. Tim yang mau mengetes diusir. Yang lebih bahaya lagi ada jenazah COVID-19 diambil. Ini bahaya," ujar Ma'ruf.
Dia mengatakan sosialisasi dan pemahaman mengenai COVID-19 perlu dilakukan lebih masif. "Ini perlu adanya memberikan penjelasan sosialisasi kepada masyarakat," katanya.
Baca juga:
Polisi Tak Akan Biarkan Pengambilan Jenazah di Makassar Kembali Terulang
Sebelumnya diberitakan, kasus pengambilan paksa jenazah pasien COVID-19 terjadi di Jatim dan Sulsel. Kasus terbanyak terjadi di Sulsel. Peristiwa pengambilan paksa jenazah Corona terjadi di setidaknya empat rumah sakit.
Ada sebanyak 12 orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Kasus terakhir terjadi di RS Dadi, Makassar, namun digagalkan oleh aparat yang berjaga. Ada tiga orang yang ditangkap terkait peristiwa ini.
Di Surabaya, ada satu keluarga yang dijemput paksa karena membawa pulang jenazah pasien positif COVID-19 tanpa protokol kesehatan. Keempat tersangka itu merupakan anak almarhumah, yakni berinisial MK, MA, MI, dan MB.
Sementara itu, kasus penolakan tes Corona terjadi di Pasar Cileungsi. Anggota staf Humas dan Keamanan Pasar Raya Cileungsi PD Tohaga Ujang Rasmadi membenarkan kejadian tersebut. Dia mengatakan peritiwa itu terjadi Rabu (10/6) sekitar pukul 08.30 WIB.
"Iya betul seperti itu kenyataan dan realitasnya. (Pedagang menolak dilakukan tes masif) karena beritanya (pasien positif COVID-19 di Pasar Cileungsi) rancu, (dari) segi positif dan negatifnya," kata Ujang ketika dihubungi, Kamis (11/6/2020).
Ujang menjelaskan petugas medis datang secara tiba-tiba ke Pasar Cileungsi. Dia mengaku tak mendapat pemberitahuan untuk dilakukan tes masif di Pasar Cileungsi.
Akibatnya, lanjut dia, pedagang berkumpul dan meminta tim medis pergi. Pedagang, kata Ujang, juga menolak dilakukan rapid test dan swab test karena merasa dirugikan.
(zlf/dkp)
link


nona212 memberi reputasi
1
618
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan