[Coc Reg. Jambi] Mengenal Kebudayaan Suku Anak Dalam

Beranda
Komunitas
Regional
Jambi
[Coc Reg. Jambi] Mengenal Kebudayaan Suku Anak Dalam

anjaultras

10-06-2020 10:59

[Coc Reg. Jambi] Mengenal Kebudayaan Suku Anak Dalam

Hallo GanSis di mana kalian berada…

Berhubung kegiatan Community Online Competition (COC) ini untuk regional Jambi, maka ane langsung kepikiran suatu suku yang ada di sana. Semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar pasti sudah dikenalkan yang namanya Suku Anak Dalam. Hidup dalam hutan jauh dari perkotaan saat itu ane langsung berpikir tentang kesamaan suku di pedalaman amazon, hehe,,, Kehidupan Suku Anak Dalam yang primitif dan misterius, menarik ane untuk mempelajarinya lebih lanjut. Bagi GanSis yang belum tahu apa itu Suku Anak Dalam. Bagaimana asal usul, kebudayaan, dan kehidupannya maka ane akan membahas di thread ini.

Oh ya Suku Anak Dalam ini bukan merupakan nama asli mereka, nama tersebut merupakan nama populer yang dipublikasikan oleh Kementerian Sosial untuk menggambarkan suku terbelakang yang hidup di pedalaman dan jauh dari hiruk pikuk masyarakat perkotaan. Jauh sebelum itu kolonial Belanda juga sudah menyebutnya Suku Anak Dalam. Dalam panggilan sehari-hari, Suku Anak Dalam biasa dipanggil Orang Rimba atau Suku Kubu. Nama ini memproyeksikan suatu kelompok masyarakat yang terbelakang dan primitif. Keberadaan Suku Anak Dalam sendiri tergolong langka, karena selain jumlahnya yang sedikit, tempat tinggal mereka pun sering berpindah dari satu hutan ke hutan yang lain atau nomaden.

Quote:

ASAL USUL

Hingga saat ini, asal usul mengenai Suku Anak Dalam masih belum menemui titik terang. Para peneliti masih belum mengetahui fakta konkrit mengenai bagaimana suku yang terisolasi ini ada dan apa yang menyebabkannya terisolasi dan hidup primitif.

Namun, beberapa peneliti meyakini dan menyebutkan bahwa Suku Anak Dalam berasal dari Kerajaan Pagaruyung. Dalam tulisan tersebut disebutkan bahwa mereka adalah sekelompok prajurit yang dikirim untuk berperang melawan Kerajaan Tanjung Jabung. Saat itu Raja Pagaruyung mengirim pasukan yang telah menyanggupi untuk menghabiskan kerajaan yang menantangnya. Pasukan tersebut bahkan telah berjanji tidak akan kembali sebelum misi mereka berhasil. Namun sayang, ditengah perjalanan mereka kehabisan bekal. Mereka terjebak di tengah hutan belantara yang sangat luas. Para prajurit yang telah terlanjur berjanji tersebut malu untuk pulang. Pun untuk melanjutkan perjalanan tidak memungkinkan lagi untuk berperang dengan kondisi kelaparan.

Adapula yang meyakini bahwa Suku Anak Dalam berasal dari suku Proto atau Melayu Asli masuk golongan Austronesia yang berasal dari Yunnan. Kelompok pertama berpindah ke Asia Tenggara padan zaman Batu Baru (2500 SM). Suku Melayu Proto ini juga akhirnya sampai di dataran Jambi. Mereka sudah mengalami proses perubahan sosial beribu tahun dan kebanyakan terisolasi di dalam hutan. Ketika budaya baru dan kepercayaan seperti Hindu, Budha dan Islam masuk dan mempengaruhi budaya masyarakat sekitar Jambi akan tetapi kelompok Suku Anak Dalam ini tidak tersentuh sama sekali. Sehingga mereka tidak mengalami transformasi perubahan sosial.

Quote:

KEBERADAAN TEMPAT TINGGAL

Suku Anak Dalam tinggal di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas hidup secara nomaden atau pola berpindah. Salah satu budaya populer dari suku ini adalah “melangun”, yaitu kegiatan berpindah tempat ketika salah anggota kelompok atau keluarga meninggal atau terkena musibah.

Keunikan lain dari Suku Anak Dalam adalah rumah yang disebut “sudung”. Sudung adalah pondok tanpa dinding yang beratapkan daun benar, serdang atau rumbia. Rumah ini dibangun di kedalaman hutan dan tiap sudung satu keluarga terpisah agak berjauhan dengan keluarga lainnya. Perkembangan zaman dan interaksi Suku Anak Dalam dengan dunia luar kini mengubah dan memberi pengaruh terhadap sudung. Saat ini atapnya tidak tertutup oleh dedaunan, namun menggunakan terpal hitam.

Quote:

KEPERCAYAAN

Suku Anak Dalam tidak memiliki kepercayaan seperti agama yang umumnya dianut di Indonesia. Mayoritas mereka menganut kepercayaan Animisme. Mereka hanya percaya pada sesuatu yang mereka anggap hebat dan berkuasa. Mereka mempercayai empat elemen seperti air, tanah, api dan angin yang mereka anggap berkuasa.

Suku ini juga percaya jika roh orang yang telah meninggal akan langsung kembali ke surga. Kembali ke tempat dimana mereka berasal dan diterima raja Nyawa. Itu sebabnya mereka melakukan upacara penghormatan kepada orang yang meninggal dunia. Dengan begitu mereka percaya roh tersebut tidak akan mengganggu mereka yang masih hidup dan segera ke surga.

Suku Anak Dalam percaya akan adanya penolong atau dewa-dewa serta roh-roh yang ada dan mendiami setiap sudut pohon-pohon besar. Kepercayaan Suku Anak Dalam masih terbilang kuno dan masih tergolong kepercayaan yang primitif.

Quote:

ORGANISASI SOSIAL

Seperti halnya GanSis ketahui bahwa dalam kehidupan kita pasti mengenal kepala desa, ketua RW dan Ketua RT. Begitu juga dengan kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam. Susunan organisasi sosial yang dimaksud terdiri dari:
• Tumenggung, Kepala adat/ Kepala masyarakat
• Wakil Tumenggung, Pengganti Tumenggung jika berhalangan
• Depati, pengawas terhadap kepemimpinan tumenggung
• Menti, mengadili orang dengan tata cara adat/ hakim
• Mangku, penimbang keputusan dalam sidang adat
• Anak Dalam, menjemput Tumenggung ke sidang adat
• Debalang Batin, pengawal Tumenggung
• Tengganas/ Tengganai, pemegang keputusan tertinggi sidang adat, dengan hak bisa membatalkan keputusan

Pemimpin dipilih berdasarkan pengajuan Tumenggung sendiri, sebelumnya akhirnya disetujui seluruh lapisan masyarakat adat. Jika sebagian besar menyetujui, maka orang tersebut dapat menduduki jabatan pemimpin dan kemudian disahkan melalui pertemuan adat dalam suatu upacara. Jabatan Tumenggung yang terlihat punya kekuasaan cukup besar, masih dibatasi oleh beberapa jabatan lain. Seperti jabatan Tengganas yang mampu membatalkan keputusan Tumenggung. Ini menunjukkan bahwa Suku Anak Dalam telah mengenal suasana demokrasi secara sehat.

Quote:

ATURAN HIDUP

Dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, Suku Anak Dalam memiliki aturan-aturan adat yang mesti diketahui dan ditaati oleh masyarakat setempat. Berikut aturan hidup Suku Anak Dalam yang perlu GanSis ketahui:

Seloko Adat
Salah satu seloko adat yang bisa menjelaskan tentang ciri kami sebagai ”Orang Rimba” adalah :
Bertubuh onggok (bermukim)
Berpisang cangko (bercocok tanam)
Beratap tikai (beratap daun kayu)
Berdinding baner (berdinding kulit kayu)
Melemak buah betatal (buah-buahan yang bisa dimakan)
Minum air dari bonggol kayu (air minum yang keluar dari pohon/juga bisa jadi obat)

Pantang Dunia Terang
Masyarakat Suku Anak Dalam menyebut kehidupan di luar hutan rimba sebagai ‘dunia terang’. Begitu pun dengan orang-orang yang tinggal di luas Suku Anak Dalam yang mereka sebut sebagai masyarakat terang. Bagi mereka, berinteraksi dengan ‘dunia terang’ secara sistematis dibatasi dan diatur tatanan adat.

Melangun
Salah satu kebiasaan Suku Anak Dalam adalah hidup nomaden atau berpindah-pindah. Jika salah satu anggota keluarga mereka ada yang meninggal, mereka akan meninggalkan tempat tinggal mereka dan mencari tempat tinggal yang baru. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan kesedihan mereka. Kegiatan semacam ini mereka sebut Melangun. Mereka akan tetap Melangun, hingga kesedihan akibat ditinggal orang yang dicintai hilang.

Larangan Berduan
Dalam komunitas Suku Anak Dalam memiliki aturan keras mengenai laki-laki dan perempuan. Mereka melarang keras laki-laki dan perempuan berduaan. Bagi yang ketahuan akan dikenakan hukuman kimpoi paksa. Namun sebelum dikimpoikan, mereka terlebih dahulu akan dihukum cambuk rotan karena dianggap memalukan orang tua.
Selain itu, terdapat aturan lain. Bagi pria asing yang masuk hutan harus ditemani pria dari Suku Anak Dalam. Setelah masuk pun, mereka harus meneriakkan “Ado jentan kiuna? (ada laki-laki disana?)” untuk memastikan apakah ada pria lain disana. Jika sudah mendapat jawaban, mereka baru diperbolehkan masuk kedalam hutan.

Itulah sekilas yang bisa ane jelaskan tentang Suku Anak Dalam. Meski hidup di hutan, mereka tetaplah saudara kita. Dalam hal ini janganlah merusak hutan yang menjadi tempat mereka hidup dan mempertahankan budayanya.

Bagaimanapun kehidupan dan kebudayaan mereka adalah bagian dari Indonesia. Kebudayaan mereka adalah bagian dari Kebhinekaan Indonesia. Suku dan Kebudayaan kita boleh berbeda, tetapi kita adalah Indonesia dan yang tidak kalah penting adalah Suku Anak Dalam berhak mendapat perlakuan yang sama dari pemerintah. Tetap sebagai warga negara Indonesia yang segala haknya harus diberikan.