

TS
FootballStory
Ketika Ramos dan Fellaini Bermain Sedikit Lebih Kedepan

Kala United memukul Spurs 3-0, selebrasi Rooney "KO-ed in kitchen 'bout" menjadi headline hampir diseluruh media di dunia. Namun, tidak hanya Rooney yang berperan didepan, koordinasi antara dirinya dengan Fellaini sempat menjadi tren menarik dari kejeniusan seorang meneer van Gaal.
Gol pertama United berhasil mengheningkan semangat supporter The Lilywhites sekaligus menjatuhkan mental anak asuh Pochettino, gol yang dihasilkan oleh Fellaini ini merupakan hasil dari proses yang cukup menarik untuk diperbincangkan.

Gelandang kribo ini kemunculannya sering tidak terduga, 4 bek sejajar Spurs tak jarang lengah dan membiarkan Fellaini bebas tak terkawal lalu secara efisien dan efektif dirinya menyelesaikan umpan matang dari sang holding midfielder, Michael Carrick. Bebasnya Fellaini tak terlepas dari para bek Spurs yang terlalu terpaku pada trio Mata, Rooney, Young, padahal sejatinya yang diplot menjadi ujung tombak adalah Rooney dan Fellaini namun dengan strategi apik ala van Gaal terlihat Fellaini seolah tidak ada peran dalam skema serangan mereka.
Tak hanya gol pertama, gol kedua United juga tercipta dari aksi Fellaini yang memenangkan duel udara sebelum akhirnya Carrick yang mencetak gol dari pantulan bola liar, pemain jangkung ini memang menjadi andalan United untuk adu fisik apalagi persoalan duel udara. Selain unjuk kekuatan fisik, dirinya dan Rooney secara sistematis bergantian mengisi ⅓ akhir pertahanan milik Spurs.
Justru Rooney yang lebih sering turun terlebih dahulu untuk menjemput dan mendistribusikan bola, Rooney kerap turun mengingat posisi alaminya adalah bukan seorang striker sekalipun duetnya dengan van Persie ia banyak berada dibalakang The Flying Dutchman, Rooney selanjutnya yang memutuskan kemana bola harus dikirim sebelum langsung ke kotak penalti lawan yang sudah dicover oleh Fellaini. United yang kala itu harus mengakui krisis akan striker murni ternyata berhasil memanfaatkan Fellaini dilaga tersebut sebagai penyelesaian akhir yang cukup tajam.
Bola yang telah dijemput Rooney siap didistribusikan ke area sayap yang dilakoni Young maupun Mata untuk melakukan melakukan overlap atau sekedar adu sprint dengan Rose dan Walker yang kala itu masih membela Spurs, atau bola dari Rooney bisa dikirim ke area tengah yang dikelola oleh Herrera dan tentunya the unsung hero, Carrick yang kemudian bekerjasama menciptakan dan mencari celah untuk mengirim umpan trobosan ke pertahanan lawan.

Duet bek tengah sekaliber Dier dan Vertonghen sering tertipu dengan pergerakkan Rooney dan Fellaini, hal tersebut sangat tercermin dari gol pertama United betapa bebasnya Fellaini dalam membuat Lloris harus lebih bekerja keras.
Matinya sektor kanan United
Bisa dibilang pergerakkan disisi kanan United sangat pasif, hal ini membuat Danny Rose sering memenangkan tekel. Berbanding terbalik, disisi kiri pergerakkan United sangat aktif dan gol pertama United-pun berasal dari sisi kiri, mengingat sektor kiri penyerangan diisi oleh Young dan pergerakkan Fellaini lebih dominan disisi kiri, sehingga membuat Kyle Walker mendapat tugas lebih berat ketimbang Danny Rose. Di sektor kanan entah mengapa tidak ada inisiatif dari Rooney ataupun Fellaini untuk melebar ke sisi kanan. Hanya Juan Mata dan Valencia yang saling bahu membahu menjaga kestabilan permainan disisi kanan dan sesekali Valencia melakukan lari overlap dari belakang.
Dua poros ganda Spurs yang dimainkan oleh Bentaleb dan Ryan Mason berjalan kurang mulus. Keduanya lebih sering berada dekat kotak penalti untuk menjaga Fellaini, sehingga banyak menciptakan celah yang menjadi makanan seorang Micahel Carrick, tak hanya itu pergerakkan Herrera juga lebih bebas untuk membantu sektor serangan dari tengah, kurangnya suplai bola ke lini depan Spurs juga menandakan bahwa Mason dan Bentaleb gagal menjadi jembatan antar lini di pertandingan tersebut. Kurang baiknya poros ganda dan duet bek tengah Spurs menghasilkan kesalahan di area mereka sendiri. Passing gagal dari Bentaleb menjadi blunder yang menjadikan Rooney menciptakan gol penutup untuk tim nya.

Berbeda dengan Fellaini yang berhasil menciptakan pilihan baru van Gaal untuk tandem Rooney didepan, bek kenamaan Sergio Ramos yang pernah di plot sedikit lebih maju dari posisi alaminya yakni bek tengah menjadi seorang gelandang, patut kita akui insting menyerang Ramos memang tinggi sekalipun ia seorang bek jumlah gol nya kadang membuat iri pemain berposisi gelandang tengah, Ancelotti pernah menjajal Ramos untuk di posisi tengah namun Ramos justru menunjukkan sebuah bencana bagi Madrid.
Salah satu partai semifinal UCL 2015 dimainkan di Turin berakhir dengan skor 2-1 untuk keunggulan tuan rumah. Sebelum dimulainya laga, Real Madrid diunggulkan di berbagai pihak. Diperkuat dengan status juara bertahan, squad yang lebih memukau ketimbang Juve, dan keganasan Ronaldo yang masih terus menyala, hal tersebut dirasa pantaa jika Madrid menghempaskan Juventus. Namun ada hal yang mesti diperhatikan, squad Ancelotti harus bermain tanpa Benzema dan Modric karena masih berkutat dengan cedera. Strategi yang diterapkan untuk menggantikan peran mereka berdua rupanya malah berhasil membungkam squad bertabur bintang milik Madrid.
Hilangnya Benzema membuat Ancelotti terpaksa memainkan pola 4-4-2 dengan duet ujung tombak Ronaldo dan Bale. Sisi sayap ditugaskan pada Isco dan James Rodriguez.
Ditempatkan sebagai penyerang, Bale mendapat tugas tambahan yakni menjaga pergerakkan sang inisiator serangan ulung, Andrea Pirlo. Bale terlihat kurang apik dalam tugas ini, ia memang sering bergerak mengikuti Pirlo, namun ketidakdisipilinannya, terlambat menjaga Pirlo, membuat Pirlo tetap bebas mensuplai bola kedepan.
Segala kesalahan yang dilakukan Madrid tak terkecuali Sergio Ramos dalam memainkan peran barunya. Pada laga ini, Ramos kembali memainkan peran baru sebagai gelandang tengah, laga menghadapi Juve ia mendapat tandem secerdas Toni Kroos. Berbeda dengan laga² sebelumnya, performanya kali ini tidak menunjukkan bahwa ia layak sebagai seorang gelandang. Ramos yang sering tidak melakukan apa yang harus dilakukan seorang gelandang, membuatnya menjadi salah satu biang keladi kekalahan Madrid. Selain membuat lini tengah Madrid. Madrid minim kreativitas serangan, dan satu dosa besar Ramos pada laga ini adalah ketika mengirim umpan diagonal yang berhasil dicuri oleh Morata dan pada akhirnya menjadi awal dari proses terciptanya gol pertama Juve, mari kita diskusikan.
Naluri geladang yang kurang dimiliki Ramos, membuat Madrid sulit membangun serangan.
Madrid yang membangun serangan benar² dari bawah, namun pemain depan Juve ialah Tevez dan Moratta langsung menekan pemain bertahan Madrid. Toni Kroos sadar Casillas kesulitan mencari celah untuk memulai operan awal, mendekati Casillas untuk meminta bola.

Pada gambar 1, posisi Ramos terlalu jauh sehingga Kroos yang mesti mendekati Casillas. Pada gambar 2, ketika bola dalam kontrol Kroos, Ramos tak mendekat ke tengah meminta bola dari Kroos untuk serangan yang lebih fleksibel jika dari tengah. Ini yang membuat Kroos mengambil opsi kedua yakni memberi operan pada Varane.

Setelah Varane menerima bola, ia pun mengalirkan lagi ke Isco. Dan ketika Isco hendak mengalirkan di area tengah ia tak memiliki opsi lain selain pada Ramos, mengingat Kroos sedikit terlambat untuk naik kembali membantu serangan. Pada gambar 1 terlihat ada celah yang cukup lebar antara Vidal dan Pirlo namun lagi² Ramos tidak mencoba untuk mengisi atau mendekat untuk meminta bola. Tak mau ambil resiko, Isco pun memutuskan untuk mengumpan jauh kepada Carvajal disisi kanan. Cukup baik keputusan Isco mengingat jika ia memberi bola kepada Ramos yang tak mau mendekat, satu hal yang akan Ramos hadapi, ialah agresivitas Vidal yang bisa saja mencocor bola dengan segera.

Berlanjut ketika Carvajal yang menerima umpan jauh dari Isco, lantas memberikan passing pendek pada Ramos, karena ia lah pemain terdekat dari Carvajal. Disinilah detik² Ramos menunjukan bahwa ia kurang layak untuk dijadikan seorang gelandang. Kroos yang terlambat untuk naik membantu serangan ditambah zonal marking dari Juventus, membuat Ramos kebingungan menghadapi situasi tersebut. Untuk memberi operan pendek, opsi terbaik dirinya adalah passing kepada Isco namun ada Tevez yang siap melakukan tekel jika bola sampai ke kaki Isco. Akhirnya, Ramos mencoba apa yang dilakukan Isco sebelumnya, yakni memberi umpan panjang ke sisi lain lapangan, kali ini ia mengumpan kepada Marcelo disisi kiri Real Madrid. Namun umpan panjangnya tidak se luwes Isco ataupun Kroos, alhasil bola mendarat dikaki Alvaro Morata. Dari situlah Juventus menciptakan gol pertama mereka ke gawang Casillas.
Quote:
Bagaimana Menurut Ente Tentang Efek Dari Kedua Pemain Tersebut Setelah Sedikit Bermain Maju Kedepan Dari Posisi Awalnya? Diskusikan Dibawah!











tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.4K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan