limone.idAvatar border
TS
limone.id
Bagaimana Membicarakan Kebiasaan Nonton Porno yang Dimiliki Pasangan?

Foto: www.freepik.com


Coba sebutkan satu aspek dalam hidup yang tidak terkena dampak pandemik COVID-19? Sembari kamu mencari jawabannya, ini sebuah data dari S E N S O R: trafik pengunjungnya meningkat tajamOnlyFans mengalami kenaikan trafik hingga 75 persen. Ini artinya, pandemik juga berdampak pada kehidupan seksual kita, serta mempengaruhi frekuensi menggunakan situs porno. Dan jika masa pandemik ini membuat pasangan kita semakin sering menonton porno, apakah kita perlu membicarakannya? Untuk mendapatkan jawabannya, LIMONE bertanya kepada Astrid Wulandari, M.Psi., Psikolog, seorang Psikolog Klinis Dewasa, serta co-founder Tim Berpsikologi, sebuah portal psikoedukasi tentang ilmu psikologi dan implementasinya untuk pengembangan diri. Baca penjelasannya tentang mengapa kamu perlu membicarakannya dan bagaimana melakukannya tanpa menghakimi pasangan.



Foto: www.gettyimages.com

Astrid menjelaskan bahwa sejak lahir, setiap orang (yep, termasuk kamu dan saya) memiliki kebutuhan untuk berinteraksi secara positif dengan orang lain. Sebut saja melalui bentuk sentuhan (misalnya berpegang tangan, berpelukan, berciuman ataupun berhubungan seksual). Dan saat sudah dewasa dan berkomitmen dalam sebuah hubungan jangka panjang dengan satu orang (misalnya menikah), kita cenderung bergantung pada pasangan kita itu sebagai sumber utama dari interaksi sosial yang kita butuhkan, termasuk intimasi seksual.

“Sayangnya, salah satu teori, affection exchange theory, menyebutkan bahwa ketika hubungan kita itu tidak bisa memberikan kebutuhan emosonal (baik rasa sayang, rasa nyaman, dan rasa aman) yang kita perlukan, maka sering kali kita mencari subtitusi/pengganti,” jelas Astrid.

Menurutnya, salah satu contoh sederhana adalah ketika seseorang merasa sedih, kemudian dia makan cokelat. Memakan cokelat diindikasikan menghasilkan level hormon dopamin di otak, yaitu salah satu hormon yang sama dengan yang keluar saat kita merasa disayangi orang lain,” katanya.

“Nah, menonton porno dapat menjadi salah satu bentuk subtitusi yang dilakukan ketika seseorang merasa tidak mendapatkan kebutuhan emosional dan rasa sayang sesuai yang dia butuhkan. Penelitian menunjukkan bahwa menonton porno dan masturbasi juga menghasilkan hormon dopamin di otak,” jelasnya.

Jadi, apakah menonton video XXX-rated adalah kebiasaan yang salah?

“Berdasarkan hal tadi, kebiasaan pasangan yang menonton porno dapat menjadi berbahaya karena hal itu menunjukkan bahwa ia merasa tidak mendapatkan kebutuhan emosional, termasuk kebutuhan seksual, yang ia butuhkan dari hubungannya dengan pasangan. Menonton porno dapat menjadi tanda adanya masalah komunikasi antara pasangan, di mana ia merasa kesulitan menyampaikan apa yang dia butuhkan sehingga ia memutuskan mencari subtitusi melalui menonton porno,” jawabnya.

Apa Bahaya Kebiasaan Menonton Porno Bagi Hubungan?


Foto: www.unsplash.com


Kamu mungkin belum sadar, tapi kebiasaan pasangan menikmati porno berpotensi menjadi perusak keharmonisan hubungan kalian. Sulit dipercaya?

“Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa semakin sering seseorang yang sudah menikah menonton porno, memiliki kaitan dengan semakin rendahnya kebahagiaan pernikahan serta kepuasaan seksual dalam pernikahan. Selain itu, juga meningkatkan kemungkinan terjadinya perceraian,” jelas Astrid.  

Dan ketika menikmati porno dijadikan subtitusi terus-menerus, maka seseorang dapat menganggap porno lebih penting daripada kenyataannya. Orang itu menjadi kurang atentif terhadap hubungan nyata yang sedang dijalaninya.

“Ada kemungkinan, ia dapat menomorduakan hubungannya karena merasa bahwa kebutuhannya sudah terpenuhi melalui menonton porno. Hal ini bila terus dibiarkan, dapat berkembang menjadi hal yang lebih berbahaya, seperti adiksi atau kecanduan akan menonton porno,” jelasnya.

Plus, suami atau istri yang mengetahui bahwa pasangannya sering menikmati tayangan porno, “seringkali jadi membandingkan diirinya dengan perempuan/ laki-laki lain yang ada di tayangan porno tersebut. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri dan rasa kebehargaan diri (self-esteem) dari istri/ suami tersebut,” tambahnya.

Menurut Astrid, pornografi dapat menurunkan komitmen dalam pernikahan karena seringkali pornografi justru memberikan impresi yang salah, atau standar yang tidak realistis mengenai bentuk tubuh yang normal dan hubungan seksual yang normal.

Padahal, “hubungan seksual seharusnya merupakan bentuk ekspresi kasih sayang yang saling memuaskan satu sama lain. Sebaliknya, tayangan dalam pornografi seringkali hanya fokus pada pemuasan hasrat salah satu pihak, atau justru dominasi satu orang ke orang lainnya. Hal ini yang dapat menghasilkan efek buruk dari menonton porno,” imbuhnya.

Apa Tanda-tanda Kebiasaan Menonton Porno Sudah Mengancam Hubungan?



Foto: www.freepik.com


Percaya atau tidak, ada tanda-tanda bahwa kebiasaan menikmati porno sudah mulai mengancam hubungan, bisa kamu lihat dan rasakan.

- Ketika pasangan diam-diam melakukannya. “Ini artinya ia tidak terbuka mengenai alasan ia menonton porno, atau adanya kemungkinan masalah kepercayaan (trust issues) antara pasangan tersebut,” jelas Astrid.

Ketika kebiasaan menonton bokep tersebut membuatnya justru kehilangan minat dan menghindari berhubungan seksual dengan pasangannya.

Atau justru sebaliknya, ia jadi menginginkan hasrat seksualnya justru meningkat secara berlebihan. “Ditambah adanya keinginan untuk menggunakan cara atau alat baru (sex toy) ketika berhubungan seksual dengan pasangan, tanpa sebelumnya mendiskusikan atau membicarakan dengan pasangan, atau cenderung memaksa.”

Ketika kebiasaan itu membuat kurangnya kepedulian akan perasaan pasangannya, hingga dapat membuat pasangan merasa kesepian, terisolasi dan dikhianati


Mengapa Penting Membicarakan Kebiasaan Menonton Porno Ini?




Foto: www.freepik.com


Seandainya kamu belum tahu, kebiasaan menonton film pornografi tidak hanya eksklusif dilakukan para pria—banyak perempuan yang juga melakukannya.

“Secara khusus, sebuah penelitian menyebutkan bahwa perempuan menonton porno biasanya untuk merasa puas dengan dirinya sendiri, ataupun ingin mengeksplorasi seksualtasnya dengan lebih baik,” jelas Astrid. 

Namun, terlepas dari jenis kelamin, kebiasaan menikmati tayangan porno ini perlu dibicarakan.

“Penting untuk membicarakan kebiasaan menonton porno dengan pasangan karena hal itu mengindikasikan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam suatu hubungan,” terangnya. Dan Astrid mengingatkan bawha salah satu kunci hubungan yang sehat adalah pasangan dapat saling membicarakan apa yang ia butuhkan dan rasakan, serta adanya keterbukaan dan penerimaan

Dengan membicarakan hal ini, kamu dan dia bisa menjadi lebih terbuka dan mengetahui kebutuhan masing-masing.

Oh, satu hal: “Selain membicarakan mengenai kebutuhan pasangan sehingga ia menonton porno, tentunya juga perlu membahas reaksi pasangannya saat tahu suami/istrinya menonton porno,” Astrid menganjurkan.

Mengapa? “Karena mengetahui bahwa pasangan kita menonton porno tentu merupakan pengalaman yang dapat membuat kaget, kecewa, marah, atau bahkan menimbulkan perasaan bahwa pasangan kita sudah melakukan pengkhianatan atau perselingkuhan.”

Mengapa Sulit Sekali Membicarakan Kebiasaan Ini dengan Pasangan?




Foto: www.freepik.com


Pada kenyataannya, memang sangat sulit membicarakan kebiasaan menonton porno ini.

“Seringkali sulit untuk membicarakan kebiasaan ini, karena akar masalahnya biasanya adalah kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh pasangan,” Astrid memahami.

Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat sulit memulai dan membahas persoalan ini dengan serius.

“Karena mungkin ada ketakutan akan menyakiti pasangannya, kecenderungan untuk menghindari konflik, atau justru karena ia sendiri tidak paham kenapa dirinya mau menonton porno. Kemungkinan lain adalah ia sendiri merasa hal ini tidak masalah untuk menonton porno dan tidak mau berubah, padahal dalam sebuah hubungan yang sehat tentunya kita harus mempertimbangkan reaksi, perasaan, pikiran dan perasaan pasangan kita juga,” lanjutnya.

Bagaimana Cara Membicarakannya dengan Pasangan?



Foto: www.unsplash.com


Pepatah bilang, ‘untuk segala sesuatu, ada waktunya’. Dan ini berlaku juga untuk skenario ‘bagaimana dan dan kapan membicarakan kebiasaan menonton porno pasangan’.

Astrid menganjurkan beberapa hal yang patut dipertimbangkan tentang kapan dan bagaimana melakukannya.

√ Saat kedua pasangan sama-sama sedang berada dalam kondisi tenang. Carilah waktu di mana pasangan sama-sama sepakat untuk mau membicarakan tentang hal ini. 

√ Miliki pikiran terbuka dan mau mendengarkan. “Saat berdiskusi upayakan sama-sama berpikiran terbuka, dan mau untuk saling mendengarkan dan memahami perspektif pasangan. Jangan langsung saling menghakimi,” Astrid mengingatkan.

√ Jangan menghakimi. “Pahami bahwa kebutuhan emosional pasangan yang tidak terpenuhi, atau mungkin ada rasa kesepian yang ia alami, adalah sama validnya dengan perasaan dikhianati dan disakiti karena mengetahui bahwa pasangan menonton porno. Karena itu saling mendengarkan dengan baik, mau berusaha memahami dan tidak menghakimi adalah pendekatan yang paling baik,” tegasnya.

Bagaimana jika setelah membicarakan hal ini, salah satu pihak tetap mengalami kesulitan menerima kebiasaan tersebut?

“Bila memang menonton porno tidak dapat diterima oleh pasangan, maka sebaiknya hal ini tidak dipaksakan dan mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan pasangan. Inilah pentingnya untuk membicarakan kebiasaan tersebut kepada pasangan,” jawabnya.

Atau, jika kamu merasa melibatkan pihak ketiga (dalam hal ini terapis hubungan atau psikolog) adalah sesuatu yang patut ditempuh—metode ini juga bisa ditempuh.

“Terapis atau psikologis perlu dilibatkan bila komunikasi yang seharusnya terjadi tidak berjalan dengan baik/sehat,” jelasnya.

Dengan kata lain, jika hal pasangan: 1) marah-marah atau menolak bicara; 2) menolak terbuka atas kebutuhan dan perasaannya; 3) tidak ada kata sepakat meski sudah berdiskusi; dan 4) tidak perubahan—maka berkonsultasi dengan ahli adalah solusi yang bisa dipilih.

Kapan Menonton Porno Bisa “Diterima”?



Foto: www.gettyimages.com


Menonton porno bisa merusak hubungan. Namun, adakah kondisi tertentu yang membuat menonton tayangan ‘Adult only‘ dan ‘XXX-rated‘ bisa “diterima” oleh kedua belah pihak?

Astrid menyatakan bahwa ada beberapa syarat menonton porno bisa “dimaklumi”, termasuk dalam hubungan pernikahan.

- Hubungan jarak jauh. “Pasangan yang menggunakan konsumsi porno dan masturbasi untuk memenuhi kebutuhannya ketika pasangannya sedang tidak dapat melakukannya, misalnya karena jarak atau masalah temporer lainnya seperti kesehatan.”

- Komunikasikan terlebih dahulu. Dan buat kesepakatan bersama antara pasangan mengenai menonton porno. “Kedua pasangan perlu sama-sama terbuka menyampaikan dan saling memahami alasannya, misalnya ada individu yang menggunakan porno untuk merangsang diri sebelum berhubungan seksual dengan pasangan,” ujar Astrid.

- Evaluasi secara berkala. “Bila memang sama-sama sepakat dan bisa saling menerima bahwa pasangan akan menonton porno/menggunakan media erotika lainnya, boleh dilakukan tapi evaluasilah secara berkala misalnya per sebulan. Komunikasi dan bicarakan kembali mengenai kebiasaan ini. Apakah pasangan justru jadi merasa sedih, dan membandingkan diri sendiri? Atau misalnya justru muncul tanda-tanda yang dapat membahayakan hubungan? Bila memang ada indikasi seperti itu, sebaiknya hentikan kebiasaan menonton porno tersebut,” anjurnya.


Sumber : https://www.limone.id/kebiasaan-menonton-porno/















nona212Avatar border
kudanil.laAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
742
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan