Kaskus

News

perojolan13Avatar border
TS
perojolan13
Pangkas 30% Staf, AirAsia Siap Lepas Saham ke Taipan Korsel
 Pangkas 30% Staf, AirAsia Siap Lepas Saham ke Taipan Korsel


Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier/LCC) terbesar di Asia Tenggara, AirAsia Group Berhad, berencana mengurangi jumlah tenaga kerja hingga 30% seiring dengan rencana sang pendiri, Tony Fernandes, yang mempertimbangkan melepas 10% saham perusahaan untuk mendapatkan dana segar.

Grup maskapai yang sahamnya tercatat di Bursa Kuala Lumpur ini memang tengah dirundung tekanan cukup berat yang juga menimpa industri penerbangan secara global akibat pandemi virus corona (Covid-19).

AirAsia bahkan memangkas sisa gaji para staf hingga mencapai 75% guna bertahan di tengah hantaman dampak Covid-19 ini. Efisiensi ini mencakup pengurangan 60% dari awak kabin dan pilot AirAsia dan afiliasinya, termasuk AirAsia X. Grup AirAsia kini beroperasi di Malaysia, Thailand, Indonesia, Jepang, India, dan Filipina.

Hampir 20.000 karyawan Grup ini sudah dievaluasi kembali secara individual sejak Januari berdasarkan skala gaji dan kinerja, dan gelombang PHK diperkirakan masih terus berlanjut hingga akhir Juli.

Beberapa sumber Asia Nikkei mengungkapkan bahwa maskapai ini, di mana porsi mayoritas saham dipegang Tony Fernandes, berpotensi menjual 10% saham baru guna mendapatkan dana segar. Kabarnya tiga konglomerasi Korea Selatan, yang dipimpin SK Corp, akan menyerap saham baru tersebut.

Baca:
Sempat Dipesan Garuda, Bombardier Kini PHK 2.500 Pekerja

Penjualan saham baru AirAsia tidak akan memerlukan persetujuan dari rapat umum pemegang saham karena pemegang saham telah diberi mandat bagi AirAsia untuk meningkatkan jumlah saham baru hingga 10% pada rapat pemegang umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 27 Juni 2019.

CEO AirAsia Group Tony Fernandes saat ditemui di RedQ AirAsia Headquarter, Kuala Lumpur, (CNBC Indonesia/Shalini)Foto: CNBC Indonesia/Shalini
CEO AirAsia Group Tony Fernandes saat ditemui di RedQ AirAsia Headquarter, Kuala Lumpur, (CNBC Indonesia/Shalini)

Surat kabar Malaysia, The Star melaporkan bahwa konglomerat terbesar ketiga di Korea Selatan, SK Corp, berpotensi menyerap penerbitan saham baru AirAsia dengan harga 1 ringgit. Aksi korporasi ini bakal menarik dana hingga US$ 78,4 juta atau sekitar Rp 1,09 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) untuk maskapai ini.

Mengacu data perdagangan Jumat (5/6/2020), saham AirAsia di Bursa Kuala Lumpur (KLSE) diperdagangkan di level RM 0.86 /saham. Aksi korporasi penerbitan saham baru ini akan dilakukan dengan skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (Non-HMETD) alias private placement.

SK Corp, yang fokus bisnisnya di industri energi dan telekomunikasi melalui 95 anak perusahaannya, membukukan pendapatan US$ 213,6 miliar atau Rp 2.990 triliun pada tahun lalu dan didukung oleh aset senilai $ 257,9 miliar atau Rp 3.611 triliun.

"Semua proposal sedang dibahas oleh Dewan Direksi, dengan keputusan dapat diharapkan segera minggu depan," kata seorang sumber kepada Nikkei, dilansir Sabtu (6/6/2020).

Sementara itu, karyawan yang tersisa juga menerima kebijakan pemotongan gaji berkisar antara 15% -75%. Fernandes pun memangkas pengeluaran modal AirAsia, dan modal kerja semua maskapai yang beroperasi dalam grup ini.

Fernandes dan co-founder maskapai, Kamarudin Meranun bahkan sudah setuju tidak mengambil gaji mereka dalam jangka menengah di tengah situasi sulit ini.

"Anggaran untuk departemen telah dipotong sementara pemotongan gaji diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun depan," kata sumber itu. "AirAsia hanya mengharapkan situasi membaik pada 2022."

"Bonus, kenaikan gaji dan insentif telah ditunda sementara hanya tunjangan perjalanan dan gaji pokok yang dibayarkan," kata sumber itu.

Penjualan anak usaha

Sumber lain yang dekat dengan Fernandes juga mengatakan kepada Nikkei bahwa Fernandes juga tengah menjajaki penjualan anak usaha maskapai penerbangan yang tidak menguntungkan di Jepang dan India.

"Dia [Fernandes] terbuka untuk mengurangi pertaruhan [bisnis] atau bahkan keluar dari Jepang dan India, karena kompleksitas industri dalam negeri dan biaya yang membengkak jika dibandingkan dengan penjualan," sumber itu, yang menolak disebutkan namanya.

Fernandes tidak merespons pertanyaan langsung dari Nikkei.

The Bangkok Post melaporkan pada Mei lalu bahwa Thai AirAsia juga sedang menjajaki merger dengan beberapa maskapai domestik guna bertahan dari dampak pandemi.

Pemerintah Malaysia juga berupaya menyalurkan lebih dari US$ 350 juta atau Rp 4,9 triliun ke tiga maskapai utama di sana yakni AirAsia, Malaysia Airlines, dan Malindo Airways sebagai bagian dari paket penyelamatan ekonomi.



Di Indonesia, dampak juga tak bisa dihindarkan. Anak usaha AirAsia Berhad, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) juga tengah mengalami tekanan dari sisi kinerja akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang juga menghantam industri penerbangan dalam negeri dan global.

"Ya, berdampak pada penghentian operasional sebagian, periode penghentian operasional 1-3 bulan, Penghentian sementara penerbangan reguler untuk rute domestik dan rute internasional," kata Sekretaris Perusahaan AirAsia Indonesia, Indah Permatasari Saugi, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dilansir Senin, (1/6/2020).

Indah menjelaskan kontribusi pendapatan dari kegiatan operasional yang terhenti dan mengalami pembatasan operasional tersebut terhadap total pendapatan (konsolidasi) tahun 2019 antara 51-75%.

Dari sisi jumlah karyawan, per Desember 2019 jumlah karyawan AirAsia Indonesia baik tetap maupun tidak tetap mencapai 1.691 orang, saat ini sebanyak 1.645 orang, atau berkurang 46 orang (termasuk pengunduran diri).

"Jumlah karyawan PHK [pemutusan hubungan kerja] 9 orang, jumlah yang dirumahkan 873 orang, jumlah karyawan terdampak dengan status lain (misalnya pemotongan gaji 50% dan lainnya) mencapai 328 orang," jelas Indah dalam suratnya kepada BEI itu.

Dalam hal kinerja, perkiraan penurunan total pendapatan (konsolidasi) untuk periode yang berakhir per 31 Maret 2020 sampai dengan 30 April 2020 (dapat menggunakan proforma) dibandingkan periode yang berakhir per 31 Maret 2019 sampai dengan 30 April 2019 antara 25-50%. Sementara prediksi penurunan laba bersih pada periode tersebut sekitar 75%.

Baca: Simak! Saham Top Gainers dan Top Loser Sepekan


Operasional

AirAsia Indonesia memang beberapa kali memperpanjang masa penghentian sementara penerbangan reguler dikarenakan alasan operasional dan perpanjangan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah.

Sejak setop operasi pada 1 April 2020, AirAsia Indonesia sempat merencanakan beberapa kali opsi kembali terbang dari rencana terakhir 18 Mei 2020 lalu 1 Juni 2020.

Kemudian, terbaru AirAsia Indonesia akan menyesuaikan pengoperasian penerbangan berjadwal rute internasional dan domestik secara bertahap. Operasional ini akan dimulai pada 8 Juni 2020 pada rute tertentu.

"Calon penumpang yang terdampak oleh perubahan ini telah menerima pemberitahuan pembatalan beserta informasi pilihan kompensasi melalui email dan SMS yang terdaftar saat pembelian tiket," jelas AirAsia Indonesia melalui keterangan resmi, Jumat (29/5/20).

Tony tak ambil gaji
Sebelumnya, pendiri dan bos AirAsia Group, Tony Fernandes, memberikan penjelasan kepada para pengguna maskapai murah asal Malaysia tersebut terkait dengan kondisi perusahaan serta strategi bertahan di tengah kondisi berat industri maskapai penerbangan yang terkena dampak pandemi virus corona secara global.

Dalam unggahan di akun Instagram resminya, @TonyFernandes, dia mengatakan kondisi ini adalah yang pertama kali terjadi selama membangun AirAsia dalam 20 tahun terakhir.

[Gambas:Instagram]


"Ketika Kamarudin [Kamarudin bin Meranun, Non-Independent Executive Chairman] dan saya memulai AirAsia 20 tahun lalu, kami punya mimpi setiap orang bisa mendapatkan kesempatan untuk terbang. Tapi sayangnya, kesempatan itu sedang hilang untuk saat ini," kata Tony.

"Kondisi saat ini tidak pernah terbayangkan dan tak ada yang bisa memprediksi. Jadi kami ingin terbuka dan transparan dengan kondisi saat ini," katanya.

Dia menyebutkan perusahaan tidak mendapatkan pemasukan akibat 96% armada perusahaan tidak beroperasi di tengah upaya untuk meminimalkan tingkat penyebaran pandemi corona.

Sebab itu, dia menegaskan bahwa dirinya dan Kamarudin tidak mengambil gaji dalam periode ini. "Kamarudin dan saya tidak akan mengambil gaji selama periode ini," katanya.

Selain itu, seluruh karyawan juga telah menerima tawaran kebijakan pemangkasan gaji sementara dengan besaran antara 15-75%, tergantung dengan tingkat senioritas. Cara ini menurut dia menjadi satu-satunya strategi bertahan yang dapat ditempuh oleh perusahaan di tengah pandemi ini.

"Kami berterima kasih kepada mereka [para karyawan] atas pengertian dan pengorbanan ini," imbuhnya. "Kami juga berterimakasih dan apresiasi atas loyalitas kepada para penumpang setiap AirAsia, dan berharap kalian semua sehat selalu dan kita bisa bisa melewati ini semua. Kami meminta maaf banyak rencana perjalanan Anda yang terganggu dengan kondisi ini."

(tas/hoi)

link

"Kami berterima kasih kepada mereka [para karyawan] atas pengertian dan pengorbanan ini," imbuhnya. "Kami juga berterimakasih dan apresiasi atas loyalitas kepada para penumpang setiap AirAsia, dan berharap kalian semua sehat selalu dan kita bisa bisa melewati ini semua. Kami meminta maaf banyak rencana perjalanan Anda yang terganggu dengan kondisi ini."
nona212Avatar border
User telah dihapus
User telah dihapus dan nona212 memberi reputasi
2
1.2K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan