- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Itu Dulu, Pas Lagi Kuliah.


TS
topidibalik
Itu Dulu, Pas Lagi Kuliah.
Welcome to my thread
Just share semoga berkenan, bukan repost
Pernah gak pas waktu jadi mahasiswa melakukan hal ini?
PONSEL SEBAGAI JARINGAN PENGAMAN KEHIDUPAN MAHASISWA/I
Perkembangan telekomunikasi ikut membawa perubahan pada masyarakat. Dahulu manusia berkomunikasi hanya menggunakan bagian tubuhnya saja. Dimulai dengan mata, gerak tubuh serta yang paling dikenal adalah berbicara. Melalui mulut disampaikanlah kode-kode untuk menyampaikan ide-ide dari pikiran melalui perantara bahasa.
Lama kelamaan dirasakan adanya kebutuhan akan komunikasi jarak jauh karena berbicara dengan berteriak saja ternyata dibatasi oleh jarak. Mulailah digunakan berbagai benda di luar tubuh manusia. Batu, kayu, genderang yang dipukul-pukul menjadi sebuah alteranatif komunikasi yang cukup nyaman karena tidak membuat tenggorokan terasa sakit. Dengan kata lain manusia mencoba mencari alat pengganti komunikasi selain tubuhnya sendiri.
Kini kita menggunakan telepon sebagai alat komunikasi jarak jauh. Tinggal angkat gagang telepon dan tekan nomor telepon tujuan, kita bisa berkomunikasi dengan lancar. Namun manusia sebagai makhluk yang tidak pernah puas dan selalu kreatif senantiasa mencari dan menemukan hal-hal baru. Alat komunikasi yang selama ini terpasang di rumah (telepon rumah) atau tertanam di tempat umum (telpon umum), kini bisa diganti dengan penggunaan ponsel (telepon seluler). Telepon jenis ini tidak memerlukan kabel yang tersambung dengan dengan pusat pelayanan telekomunikasi atau ditanam di suatu tempat. Dengan ponsel kita bebas beraktifitas kemana saja dan menelpon dimana saja.
Apakah yang menarik dari fenomena ponsel ini, sebenarnya? bukan mengenai sejarah terciptanya, bukan juga mengenai teknologi yang ada di dalamnya tetapi mengenai pengguna ponseltersebut.
Jatinangor dan Ponsel
Penulis yang sering melakukan aktifitas sehari-hari di kecamatan Jatinangor, Sumedang melihat perkembangan yang pesat terjadi di daerah tersebut. Selain perkembangan dalam hal infrastruktur, terlihat juga perkembangan penduduk yang cukup tinggi. Disinyalir bukan penduduk asli Jatinangor yang meningkat tetapi penghuni rumah sewa atau kost yang selalu bertambah setiap tahunnya seiring dengan semakin banyaknya jumlah pondokan. Dengan kata lain mahasiswa/i mendominasi kehidupan yang berlangsung di Jatinangor.
Kita kembali pada masalah ponsel. Dengan banyaknya calon pembeli yang ada di Jatinangor para pelaku bisnis ponsel segera menangkap peluang ini. Tetapi sesuai dengan kocek yang dimiliki mahasiswa maka bisnis ponsel yang berkembang lebih mengarah pada ponsel second (bekas). Harga yang lebih miring dipercaya bisa membuat mahsaiswa/i untuk menjangkau ponsel yang diinginkan. Tanpa ragu-ragu maka berjamur toko ponsel second di Jatinangor.
Lagi-lagi bukan itu yang akan kita soroti disini. Bagaimana konsumsi ponsel ini berpengaruh pada mahasiswa/i?
Mahasiswa dan Ponsel
Banyak orang yang berpendapat bahwa mahasiswa atau anak sekolah cenderung mengarah pada budaya konsumtif. Membeli barang lebih dikarenakan pemuasan hasrat saja. Orang-orang yang lebih akademis bahkan mengatakan bahwa pemakaian ponsel pada anak-anak, remaja dan mahasiswa lebih bersifat pada pencarian status atau identias. Dengan lebih sederhana mungkin bisa dibilang untuk terlihat keren dan diterima oleh kelompok bermainnya.
Memiliki ponsel maka seseorang akan dapat begaul atau berhubungan dengan teman-temannya yang sama-sama memiliki ponsel. Memiliki ponsel juga akan membantu seseorang mendapatkan perhatian dari teman-temannya karena dianggap mengikuti perkembangan zaman. Walaupun terdengar naif tetapi itulah penjelasan masyarakat mengenai ponsel dan pemakainnya.
Apakah selalu seperti itu sifat para pemakai ponsel? Itulah sebenarnya jawaban yang dicari penulis setelah mengamati fenomena ponsel dan mahasiswa/i di kecamatan Jatinangor Sumedang.
Saluran Pengaman Kehidupan Bulanan
Ponsel dilengkapi kamera, ponsel dengan layar berwarna, ponsel dengan layar hitam putih. Berbagai macam jenis, merk, dan kelengkapan dapat kita jumpai ditelapak tangan, disamping telinga mahasiswa/i bahkan ketika diarahkan untuk mengambil gambar teman-temannya. Dari harga 150 ribu hingga lima jutaan bisa kita temukan pada mahasiswa di Jatinangor. Ada mahasiswa/i yang membawa satu buah ponsel tetapi tidak jarang juga yang membawa dua sekaligus.
Apakah hanya kosumtif penjelasannya?apakah hanya gengsi penjelasannya?
Ternyata tidak!
Sifat mahasiswa/i yang mendapatkan uang kirimannya sebulan satu kali, ikut mempengaruhi pemilikan ponsel. Banyak dari mereka yang menggunakan ponsel sebagai sarana untuk menyimpan sebagian uang bulananannya. Ketika kiriman bulanan datang sebagian uang dibelikan ponsel second. Apabila mencukupi, sisa uang kiriman dipakai untuk hidup sebulan oleh mahasiswa/i. Bila belum genap satu bulan sudah habis terpakai uang bulanan maka ponsel akan dijual untuk biaya hidup. Walau uang bulanan mahasiswa/icukup untuk hidup satu bulan, kadang uang kiriman mahasiswa telat datangnya atau molor beberapa hari, bisa juga beberapa minggu.
Tidak selamanya mahasiswa/i yang memiliki ponsel menginginkan status sosial atau ingin diterima di kelompok pertemanannya. Ponsel dapat juga menjadi alat untuk pengamanan biaya hidup mahasiswa/i selama satu bulan atau bulan berikutnya sampai kiriman datang. Jadi untuk mahasiswa/i, hal ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan sebagai cara untuk bisa bertahan hidup di tanah rantau.



Image source: koleksi penulis
Komen agan merupakan kebahagian tersendiri
Apalagi dibagi dan dibantu, itu merupakan kebahagian tiada tara


nona212 memberi reputasi
1
463
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan