

TS
nibrasulhaq
Abidah
Cerita Bersambung (Cerbung Nibrasulhaq)

#Part 1
#Abidah
#Rasa yang Hadir
Gelisah, sebuah kata yang membuat Abidah kesulitan untuk memejamkan mata sayunya warisan dari sang ibu malam itu.
Lelaki teman masa kecilnya enam bulan terakhir telah mengisi hari-harinya, malam itu nekad menyatakan isi hatinya.
“Maukah kau menjadi wanita yang mendampingiku hingga menua?” tanya Fahri penuh harap.
Antara rasa bahagia, cemas dan khawatir menghantui batinnya malam itu. Bahagia? Tentu ia bahagia, karena keinginannya segera menikah akan segera terwujud.
Cemas? Wanita itu cemas, akankah kedua orang tuanya merestui hubungannya hingga jenjang pernikahan.
Kedua orang tua Abidah selama ini belum mengetahui sejauh mana hubungan putrinya dengan Fahri seorang duda cerai beranak satu itu. Ayah dan ibu Abidah tahunya dulu mereka hanya teman bermain di masa kecil.
Abidah adalah gadis kecil yang selalu saja manja kepada Fahri, dan menganggap Fahri sebagai kakak.
Karena dahulu tidak jarang Fahri selalu menjadi pelindung Abidah ketika ada teman-teman sepermainan mengganggunya. Fahri pun dengan bangganya menjadi sosok pahlawan bagi Abidah.
“Dek, dek …,” panggil Fahri sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Abidah.
Abidah yang tengah melamun menerawang mengingat masa kanak-kanaknya tergagap mendengar panggilan lelaki diseberang mejanya, “i-i-i iya kak, bagaimana? Tadi bilang apa?”
“Melamun apa sih dek?” tanya Fahri penasaran.
“Kak, kakak ingat tidak dahulu waktu Samsul anak yang gemuk itu mengejar adek dengan membawa cicak untuk menakut-nakuti adek?” tanya Abidah kepada Fahri dengan riang.
“Hemmm, ingat lah dek, dan gadis cantik itu akhirnya berlari-lari memanggil nama Fahri, kemudian berlindung di belakang tubuh Fahri yang jangkung kan?” jawab Fahri penuh rasa bangga dan bahkan ada nada sombong tersirat dalam kalimatnya.
Abidah dan Fahri pun akhirnya terkekeh bersama mengingat kenangan masa kanak-kanaknya, sambil menyedot es jeruk yang semakin dingin disamping semangkuk bakso.
Semangkuk bakso beranak yang aroma kuahnya membuat saliva berontak ingin segera menyantapnya, menjadikan pertemuan mereka semakin hangat.
“Dek, kok enggak dijawab sih pertanyaan akak?” Fahri kembali menanyakan niatannya berjumpa kali ini.
“Jangan membuatku penasaran dong dek,” lanjut Fahri.
“Waduh kak, tadi tanya apa ya?” Abidah menanyakan ulang apa yang tadi ditanyakan.
Abidah bukan tidak mendengar apa yang ditanyakan oleh Fahri sebelum bakso yang dipesannya disajikan.
Namun Abidah hanya antara percaya dan tidak percaya akan pertanyaan Fahri kepadanya. Ia ingin meyakinkan dirinya bahwa pernyataan Fahri tadi bukanlah main-main.
Apa jawaban Abidah kepada Fahri?
TBC ya ....
Tulisan: Nibrasulhaq
Sumber gbr: Pinterest

#Part 1
#Abidah
#Rasa yang Hadir
Gelisah, sebuah kata yang membuat Abidah kesulitan untuk memejamkan mata sayunya warisan dari sang ibu malam itu.
Lelaki teman masa kecilnya enam bulan terakhir telah mengisi hari-harinya, malam itu nekad menyatakan isi hatinya.
“Maukah kau menjadi wanita yang mendampingiku hingga menua?” tanya Fahri penuh harap.
Antara rasa bahagia, cemas dan khawatir menghantui batinnya malam itu. Bahagia? Tentu ia bahagia, karena keinginannya segera menikah akan segera terwujud.
Cemas? Wanita itu cemas, akankah kedua orang tuanya merestui hubungannya hingga jenjang pernikahan.
Kedua orang tua Abidah selama ini belum mengetahui sejauh mana hubungan putrinya dengan Fahri seorang duda cerai beranak satu itu. Ayah dan ibu Abidah tahunya dulu mereka hanya teman bermain di masa kecil.
Abidah adalah gadis kecil yang selalu saja manja kepada Fahri, dan menganggap Fahri sebagai kakak.
Karena dahulu tidak jarang Fahri selalu menjadi pelindung Abidah ketika ada teman-teman sepermainan mengganggunya. Fahri pun dengan bangganya menjadi sosok pahlawan bagi Abidah.
“Dek, dek …,” panggil Fahri sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Abidah.
Abidah yang tengah melamun menerawang mengingat masa kanak-kanaknya tergagap mendengar panggilan lelaki diseberang mejanya, “i-i-i iya kak, bagaimana? Tadi bilang apa?”
“Melamun apa sih dek?” tanya Fahri penasaran.
“Kak, kakak ingat tidak dahulu waktu Samsul anak yang gemuk itu mengejar adek dengan membawa cicak untuk menakut-nakuti adek?” tanya Abidah kepada Fahri dengan riang.
“Hemmm, ingat lah dek, dan gadis cantik itu akhirnya berlari-lari memanggil nama Fahri, kemudian berlindung di belakang tubuh Fahri yang jangkung kan?” jawab Fahri penuh rasa bangga dan bahkan ada nada sombong tersirat dalam kalimatnya.
Abidah dan Fahri pun akhirnya terkekeh bersama mengingat kenangan masa kanak-kanaknya, sambil menyedot es jeruk yang semakin dingin disamping semangkuk bakso.
Semangkuk bakso beranak yang aroma kuahnya membuat saliva berontak ingin segera menyantapnya, menjadikan pertemuan mereka semakin hangat.
“Dek, kok enggak dijawab sih pertanyaan akak?” Fahri kembali menanyakan niatannya berjumpa kali ini.
“Jangan membuatku penasaran dong dek,” lanjut Fahri.
“Waduh kak, tadi tanya apa ya?” Abidah menanyakan ulang apa yang tadi ditanyakan.
Abidah bukan tidak mendengar apa yang ditanyakan oleh Fahri sebelum bakso yang dipesannya disajikan.
Namun Abidah hanya antara percaya dan tidak percaya akan pertanyaan Fahri kepadanya. Ia ingin meyakinkan dirinya bahwa pernyataan Fahri tadi bukanlah main-main.
Apa jawaban Abidah kepada Fahri?
TBC ya ....
Tulisan: Nibrasulhaq
Sumber gbr: Pinterest


s3chamdani memberi reputasi
1
411
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan