Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan yang terjadi di perbatasan China dan India membuat pasukan negara Tirai Bambu di wilayah Tibet mengadakan latihan infiltrasi untuk menguji kesiapan tempur di daerah dataran tinggi pada malam hari.

Menurut laporan CCTV, stasiun TV yang dikelola pemerintah China pada Senin (1/6/2020), unit Tentara Pembebasan Rakyat (People Liberation Army/PLA) dari China dalam beberapa hari terakhir telah memobilisasi target di Pegunungan Tanggula pada ketinggian 4.700 meter menggunakan perangkat penglihatan malam di kendaraan untuk menghindari pengawasan drone dari "sisi musuh".

Pasukan China telah mengirim drone dan menjatuhkan bahan peledak ketika mereka melihat blok yang dibuat oleh musuh, kata laporan tersebut.


Ma Qian, seorang komandan batalyon pengintai, mengatakan lebih dari 2.000 amunisi, termasuk granat senapan dan roket, ditembakkan selama latihan. Dia mengatakan latihan menggunakan peralatan baru dan menguji kemampuan pasukan untuk beroperasi dalam situasi yang ekstrem dan rumit.

Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan China dan India sejak 5 Mei sesaat setelah pasukan dari kedua negara terlibat dalam perselisihan di lembah Sungai Galwan antara wilayah Ladakh di Kashmir yang dikelola India dan wilayah Aksai Chin yang dikelola China.

Pasukan tentara dari kedua belah pihak terluka dalam bentrokan yang melibatkan perkelahian dan pelemparan batu di jalur gunung penting dekat Tibet, kata Tentara India bulan lalu.

Global Times, tabloid China yang berafiliasi dengan juru bicara partai People's Daily, mengatakan China akan mengambil tindakan balasan, sebab Angkatan Darat India sudah menghalangi patroli normal pasukan negara tersebut dan mencoba mengubah status quo di daerah perbatasan.

Walaupun tidak ada negara yang memprotes dan pihak China mengatakan situasi di sana terkendali, tetapi pengamat mengatakan China sangat waspada terhadap aktivitas India di wilayah Aksai Chin karena kedekatannya dengan Xinjiang dan Tibet.

Ketegangan antara kedua negara baru-baru ini merupakan bentrokan besar pertama sejak insiden Doklam pada 2017, saat pasukan kedua negara berhadapan selama lebih dari 70 hari. Sebagai upaya untuk mengatasi masalah dingin dan kekurangan oksigen, setelah bentrokan tersebut, militer China meningkatkan senjata yang cocok untuk digunakan di daerah dataran tinggi.

Song Zhongping, seorang komentator urusan militer yang bermarkas di Hong Kong, mengatakan bahwa kegiatan PLA yang meningkatkan latihan malam di ketinggian karena ketegangan dengan India tak akan terhindarkan.

"Terlepas dari apakah hubungan antara China dan India tegang atau tidak, perlu bagi PLA untuk melatih pasukan dan mempersiapkan perang," katanya, dikutip dari South China Morning Post.

"Lebih mendesak untuk meningkatkan misi tempur di dataran tinggi gunung, terutama dalam kemampuan tempur segala cuaca," lanjut Song.

Song menyatakan nantinya perang malam akan menjadi konflik militer yang umum, dan PLA harus disiapkan. "Mengingat ketegangan antara Cina dan India, PLA harus memperkuat pelatihan militer," katanya.

Tetapi sumber militer Cina, yang meminta anonimitas, mengecilkan arti penting penggunaan drone untuk menjatuhkan bahan peledak selama latihan, seperti yang ditunjukkan dalam video CCTV.

"Ini sangat berbahaya karena ada tabrakan yang kuat di dataran tinggi Tibet, yang akan menurunkan drone kecil. Jika drone membawa bahan peledak TNT, itu akan benar-benar membunuh pasukan kita sendiri jika angin kencang meniup mereka," tukasnya.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...i-ujung-tanduk

hahaiyaa cilaka luewaa welass waaa india kagak takut sama ning nong land. benar2 jantan waaa