Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

smart70againAvatar border
TS
smart70again
Fatamorgana – 2 - #Janji Janin
Episode sebelumnya bisa dibaca disini Gansis, Jangan lupa komeng, Cendole dan Rate nya ya ;

Fatamorgana 1

Wis sampeyan ndeleng kabeh?

Ngerti beboyo sing sampeyan saiki tekan?

(Sudah lihat semua nak?Tau bahaya yang kamu hadapi sekarang?)
 
Sampeyan tegese Mbah?

Rina isih durung ngerti.

(Maksudnya Mbah?Rina masih belum mengerti)
 
Apa sing sampeyan deleng, iku minangka jawaban kanggo penasaran sampeyan,

Mbah ora bisa mbantu maneh.

(Apa yang kamu lihat, itu adalah jawaban dari rasa penasaran mu, Mbah tidak bisa membantu mulebih jauh lagi)
 
Nanging yen sampeyan isih meksa, Pak le bisa mbantu, kanthi mbukak jiwamu. Delengen apa sing sampeyan pengin ngerti, nanging kabeh duwe rega.

(Tapi bila kamu masih memaksa, Pak le mu bisa membantu,dengan cara membuka sukma mu. Lihat lah apa yg ingin kamu ketahui, namun semua ada harganya)
 
Sejenak aku terdiam, mencoba menenangkan diri ku.
 
Iya, Rina bersedia Mbah.
 
Apik. Tindakake upacara kutukan saiki Darto, 

(Bagus.Lakukan ritual laknat itu sekarang Darto)
 
Pak le seketika menganguk, Ia berajalan keluar tak lama ia kembali membawa tempayan beserta berbagai jenis bunga air dan kendi seperti isi sesajen pada umumnya, media yang digunakan seperti nya tidak smpai disitu, Pak le kembali keluar dan mengambil ayam hitam serta keris yg masih dibungkus oleh kain.
 
Layak nya ritual di film film horor. Pakle mulai membakar kemenyan, dan membakar keris diatasnya. 
duduk di depan pak le ndo.
Njeh jawab ku
 
Pak le masih komat kamit membaca mantra, diangkat nya keris itu dan seketika mengorok leher ayam yang sudah dipersiapkannya, dengan sigap dia menampung tetesan darah  ayam itu. Sembari mulut nya yang masih membacakan mantra.
 
Dia megambil seloki yg berisi darah itu.
Minum lah nak ...
Ku pandangi orang orang yg ada di ruangan itu.
Tidak perlu kwatir Rin omong nya kembali kepada ku, yang pula damini 3 orang lain diruangan ini, mereka tampak menganguk seolah berkata minumlah kepada ku.
 
Dengan berat hati ku minum darah ayam itu.
Rasa amis terasa membasahi tenggorokan ku, belum sempat ku selesaikan urusan ku dengan rasa amis itu, Pak le menarik tangan ku dan seketika mengoreskan keris nya di tangan ku.
 
Aku sempat memberontak karna rasa sakit yg kudapati, cucuran darah mengalir dengan deras nya, tapi tangannya kuat menahan dan engan melepaskan tangan ku. diarahkan nya tetasan darah itu kedalam api dan menyan yg mebara itu. 
 
Seketika tubuh ku terasa seperti terbakar.
Panas, , jerit ku.
Aku mulai mencakar tangan dan wajah ku. Rasa panas itu sungguh luar biasa, aku tidak kuat seluruh badan ku meronta tanpa sadar ku mulai bertingkah diluar akal sehat,
ku tanggalkan baju ku 1 persatu hingga kini aku benar benar tanpa busana di depan mereka,
Ku lihatin seluruh tubuh ku mulai melepuh dan aku tak kuasa untuk mengaruk seluruh tubuh ku, hampir semua bahkan didaerah kesucian ku tak luput dari cakaranku.
 
Aku masih meronta, bergeliat di lantai kamar itu, dan samar terlihat pak le sudah berdiri dihadapan ku. Dia meludahi ku, sebelum menampar dan membuka mulut ku.  Tangannya tampak memegang kendi itu, dan mengeluarkan gumpalan daging dari dalam nya.
 
Sama seperti apa yang ku alami didalam mimpi, gumpalan itu dipaksanya masuk ke dalam mulut ku .
 
Apakah ini janin? aku menagis dan memohon ampun, namun pak le seperti kesetanan, dia terus memaksa aku menelanya, sembari mulutnya yang masih terlihat melapalkan mantra.
 
Sampai gumpalan itu akhirnya ku telan semua rasa panas yang tadi seperti membakar tubuh ku, kini berangsur reda. Diri ku sedikit mulai tenang, ku palingkan tubuh ku membelakangi mereka karna diriku dalam keadaaan telanjang. 
 
Pak le melempar kain kepada ku. Kain putih bukan ini kain kafan. aku kaget melihatnya,
 
Tolong baju saya saja pak le pintaku.
 
Pakai itu dulu rin, untuk mengakhiri ritual ini
 
Dengan apa yang barusan terjadi ingin ku menghabisi nyawa mereka untuk apa yg telah dilakukan  kepada ku barusan. Namun apa daya sudah kepalang tanggung, lagi lagi aku harus menuruti semua permintaan gila itu, aku harus membayar mahal untuk sebuah jawaban yang ingin kuketahui.
 
Ku  tutupi tubuh ku dengan kain kafan itu dan kembali ku balikkan badan ku kearah mereka. Seketika itu juga aku mulai dejavu., Ku lihat pak le langsung memeluk ku dan mengarah kan keris itu pas diperut ku, persis seperti apa yang terjadi di mimpi itu.
 
Kupandang mbah, sepupu dan tetangga itu
Kini tiada mereka disana. 3 orang itu seketika berubah menjadi orang lain yang ku kenal. 2 diantara mereka berdiri tertawa seperti menikmati kematian ku. Iya mereka Ibu dan bulek masih tertawa dengan wajah pucat, sangat menyeramkan, dari wajah mereka tampak belatung yg mengerogoti wajah mereka.
 
Sementara salah seorang lagi  merupakan kakek tua yang masih menjadi misteri dalam hidup ku. 
 
Sikap dan pembawan Kakek tua itu berbanding terbalik dengan ibu dan bulek, Ia tampak bersih dan raut wajah nya seolah sedih melihat keadaan ku.
 
Sementara pria bedebah ini (pakle) masih memeluk ku, dengan tangannya yang masih megengam erat kris yang bersarang diperut ku. Dalam keadaan setengah sadar masih dapat ku ingat jelas omongan nya kepada ku.
 
Saiki ndeleng apa sing sampeyan pengin ndeleng.Rampungake nasibe sampeyan.

Sampeyan ora bakal bisa mlayu saka kabeh mau.

(Sekarang lihat  apa yang ingin kamu lihat.Penuhi takdir mu. Kau tidak akan bisa lari dari semua ini)
 
Dan akhir nya aku kehilangan kesadaran,  kembali ku berkata dalam hati sepertinya aku akan mati hari ini.
 

---------------------------------------------------------------------------------

Sorang wanita paruh baya sedang duduk dikursi goyangnya. kusyuk sembari mendengarkan alunan musik jawa, sesekali bibir nya nampak tertatih ikut melantunkan tembang lawas itu.

Tanganya memegang erat radio yang diletakan pada pangkuan nya. Wanita ini tampak terhanyut bersama alunan musik yang menemani air mata yang tak kunjung berhenti. Sesekali ia tampak meraung histeris seperti ingin melampiaskan seluruh kesal yang ada di dalam penak kehidupanya. Dan semua tersaji tanpa mampu kumenahan, lantunan dan tangis itu seperti pintu pembuka. Kembali ku coba mengingat rentetan tragedi yang terjadi, semua terlihat normal kecuali diri ku dia dan ruangan ini.

Wanita itu masih terlihat asik dengan radio nya, sementara aku mencoba bangun dan berdiri. Ku perhatikan dirinya yang masih terus melantunkan tembang itu, irama dan lagu nya terdengar lawas namun syarat dengan makna disetiap baitnya. Tentunya bukan saat yang tepat untuk memikirkan bagaimana aku bisa berada disini. Satu yang ku yakini apa yang ada dihadapan ku bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan oleh akal sehat lagi. Sejujurnya aku sudah bosan dengan apa yang terjadi, tapi tetap saja, aku tak kuasa dan tak memiliki nyali yang cukup untuk kembali berhadapan dengan hal mistis ini.

Ku perhatikan dengan teliti setiap sudut ruangan ini, dibelakang wanita itu terdapat 3 pintu yang ku harap salah 1 nya akan membawa diri ku kembali ke kehidupan nyata. Disertai doa mungkin hanya itu yang saat ini menjadi jalan ku untuk tetap hidup, aku akan berlari tanpa menghiraukan wanita ini, itulah yg akan ku lakukan. Ku persiapkan diri untuk mengambil ancang ancang dan kini ku berlari sekuat tenaga. Dalam sekejap ku berhasil mencapai pintu itu namun terkunci, ku cob mengalihkan ke pintu satu dan lainnya, sama semua pintu terkunci.

Senandung itu terdengar jelas, namun tanpa alunan musik, ku masih mencoba membuka dan mendobrak salah 1 dari 3 pintu itu.

Kemana Tata Kramu Nak ?
Terdengar ucapan wanita itu,


Ku palingkan wajah ku mencoba menoleh kesumber suara, kudapati wanita itu sudah berdiri dibelakang ku, Aku terjatuh sambil berusaha menjauh dari dia. Wanita itu terus memandangi aku yang berusaha menjauh. Suasana tanpak sunyi, aku tidak mau untuk menanyakan sesuatu, begitu juga ia, hanya berdiri sambil terus mengintimidasi aku dengan tatapan nya.

Keadaan ini berjalan agak lama sebelum ia berjalan kembali menuju kursi goyang nya. Ia kembali duduk dan alunan musik itu kembali bergema memenuhi ruangan ini, sementara aku hanya menangis, terduduk sembari memegangi lutut ku dipojok ruangan.



Diubah oleh smart70again 01-06-2020 12:21
indahal711Avatar border
nona212Avatar border
abiimanyunnAvatar border
abiimanyunn dan 3 lainnya memberi reputasi
4
681
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan