miftahulabror5Avatar border
TS
miftahulabror5
New Normal dan Budaya baru Didalamnya

Oleh:
Miftahul Abror
(Mahasiswa IAIN Surakarta)


Sekarang telah memasuki hampir habis di bulan ketiga dari sejak merebaknya virus corona di Indonesia. Sebuah fenomena yang diluar dari bayangan awal yang mana permasalahan penyebaran virus ini selesai pada kurun waktu 14 hari atau paling lama 1 bulan saja.

Pada dasarnya memang hal ini dipengaruhi oleh berbagai sebab diantaranya karena para masyarakatnya emang masih banyak yang kurang partisipasi dalam pencegahan ini atau bahkan masih sangat banyaknya yang meremehkan akan bahayanya virus yng berasal dari wuhan china ini.

Data yang ada pada gugus tugas covid-19, korban yang positif terus bertambah. Bertambah korban positif pun bisa dikatakan amat cepat. Sehingga hal itu jika tidak diimbangi dengan pasien sembuh yang besar dan pencegahan yang maksimal, maka rumah sakit dan tenaga medis yang ada di Indonesia akan mengalami kewalahan karena overload dari pasien.

Jika itu terjadi maka akan banyak pasien yang tidak mendapatkan penanganan medis sehingga tingkat kematian serta penyebarannya pun akan semakin membesar pula. Semoga hal tersebut tidak terjadi walau ada daerah yang memang sudah mengalami overload seperti di Surabaya sehingga harus membuat tenda untuk pasien sebagaimana dilansir dari surabaya.tribunnews.com 05/05/2020.

Pernyataan yang dilontarkan Presiden Jokowi kemaren yang sempat viral, yakni soal ajakan Jokowi untuk berdamai dengan virus corona. Walau hal itu hanyalah kesalahfahaman, yang kemudian dibesarkan dan dikompori oleh mereka yang berkepentingan sehingga menjadi ramai di media sosial. berdasarkan keterangan dari web turnbackhoax.id, sebuah laman situs yang meluruskan setiap adanya hoax.

Sebenarnya walau itu tak dibenarkan berdasarkan pembenaran dari turnbackhoax.id itu pun akan masih sangat relevan dan sangat bisa diterima bila dipertimbangkan dari pernyataan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) yang baru-baru ini.

Seperti yang dijelaskan pada detik.com 14/05/2020. WHO mengatakan bahwa virus corona ini mungkin tidak akan hilang dari muka bumi.

Melihat kondisi beberapa negara di dunia yang mulai melonggarkan masyarakatnya untuk beraktivitas kembali dari lockdown dalam memutus mata rantai penyebarannya.

"Kita mendapati virus baru masuk ke populasi manusia untuk pertama kali dan oleh karena itu, sangat sulit untuk memprediksi kapan kita akan mengatasinya", ucap Direktur Darurat WHO, Michael Ryan, dalam konferensi pers virtual dari Jenewa, Swiss.

"Virus ini mungkin menjadi virus endemi lainnya di dalam masyarakat dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," cetusnya.

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pernyataan Jokowi tentang harus berdamai dengan virus tersebut benar adanya. Masyarakat harus dengan kesadarannya sendiri untuk bisa menjaga kesehatannya dan terhindar dari virus tersebut dengan meningkatkan kedisiplinan dalam meningkatkan protokol kesehatan yang sudah bertebaran di media cetak maupun media sosial atau internet lainnya.

Setelah terbitnya pembolehan beraktivitas kembali untuk kalangan umur 45 kebawah sebagaimana dilansir dari kompas.com dengan tujuan untuk menekan banyaknya korban dari PHK dan Bom Waktu hingga nanti akan diperbolehkan untuk beraktivitas untuk semua kalangan.

Kemudian muncul sebuah masa baru yang disebut dengan New Normal sebagaimana yang dilansir oleh Tempo.co yang mengutip sebuah pernyataan dari Presiden RI pada 15 Mei lalu. Hal seperti ini sebenarnya juga tidak bisa disalahkan jika pembolehan itu bersyarat dengan tetap harus memenuhi protokol kesehatan serta pengecekkan yang ketat setiap perusahaan atau tempat kerja yang ada.

Bagaimanapun masyarakat tidak bisa terus-terusan melakukan lockdown apalagi untuk kalangan menengah kebawah yang penghasilan mereka hanya didapat dari pemasukan harian yang tak seberapa. Dengan kebutuhan makan, membiayai sekolah, dan kebutuhan yang lain yang akan tetap ada dan mungkin terus bertambah sedangkan pemasukkan Nol.

Mati kelaparan atau mati karena corona, kalimat itu mungkin tak lagi asing ditelinga kita. Sebuah 2 pilihan pahit yang harus dipilih bagi mereka yang ekonominya menengah kebawah. Pilihan yang paling logis adalah tetap bekerja namun juga mengikuti protokol kesehatan yang ada.

Presiden Jokowi menjelaskan bagaimana New Normal atau sebuah tatanan kehidupan baru yang mana dimulai dengan tujuan pemulihan ekonomi negara, yang memberikan 5 fase dalam pemulihannya. Ketika pemulihan ini berjalan lancar dan dilakukan dengan kesadaran kedisiplinan masyarakat maka tidak menutup kemungkinan akan adanya kebebasan beraktivitas untuk memulihkan yang lainnya dari sektor pendidikan maupun yang lainnya.

Musibah pandemi Covid-19 ini membawa sebuah perubahan yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat diseluruh dunia dalam hal sosial, ekonomi, pendidikan, keberagamaan dll. Kejadian yang dapat dilihat dan sangat bisa dirasakan dari golongan pelajar baik siswa mulai SD/MI hingga SMA/MA, mahasiswa, santri, baik guru maupun dosen hingga tokoh-tokoh agama diantaranya kyai atau ustadz.

Dapat kita lihat sebuah realita yang mana seluruh lini kehidupan secara tidak langsung dipaksa oleh sebuah keadaan untuk bisa memanfaatkan teknologi. Agar proses pembelajaran, hubungan antar manusia serta keperluan manusia lain agar tetap berjalan.

Dalam pemaksaan oleh keadaan ini tidak lagi pandang bulu, semua dipukul rata, baik dari golongan masyarakat yang paling atas hingga yang paling bawah dari berbagai pelosok daerah. Mau tidak mau mereka harus memanfaatkan teknologi. Yang kemudian menjadi menarik disini adalah seakan terjadi sebuah mobilitas sosial dari kehidupan nyata ke dunia maya.

Saya akan mencoba merincikan beberapa contoh perpindahan atau perubahan yang menjadi sebuah tatanan baru yang disebabkan oleh adanya PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) dalam penanggulangan covid-19 ini.

Budaya Baru di Masa New Normal Pada Dunia Keberagamaan
Dalam unsur keagamaan disini, yang awalnya sosial media yang menjadi vocal yakni dari selebgram, artis, dll, yang bisa dibilang lebih banyak yang mengarah pada unsur kemaksiatan.

Konten positif belum begitu bisa menyaingi akan dominasi mereka terutama yang berbau keislaman.
Tokoh agama yang moderat dan mengajarkan islam ramah dan santun pun baru beberapa yang terlihat menonjol di sosial media, dan itu terbukti sangat efektif dalam media dakwah sebagaimana, gus miftah, gus baha, gus nadirsyah dll.

Kemudian dengan adanya situasi ini memaksa seluruh kalangan terutama ustadz, kyai pondok pesantren, dan tokoh agama lainnya untuk turut hadir dalam kehidupan maya tersebut.
Keadaan seperti ini akan terdapat banyak hikmah didalamnya.

Dunia maya yang semakin lama menyesuaikan dengan perkembangan zaman makin banyak pengguna, dan kali ini mulai penggunaannya ini dibanjiri pula oleh tokoh-tokoh agama, sehingga ini akan membawa kebermanfaatan, religiusitas yang makin meluas.

Tidak melulu seperti dulu yang mana sosial media adalah sesuatu yang harus dijauhi bagi kaum santri karena hanya akan mengganggu proses belajar karena banyaknya unsur godaan dan unsur yang merusak moral didalamnya. Sosial media memang jika tak digunakan secara bijaksana, maka hanya akan menghasilkan ke madharatan.

Pondok pesantren yang memiliki nama yang masyhur dalam hal ilmu kegamaan pun bermunculan dan mulai membanjiri dunia maya tersebut. Entah melewati live streaming Instagram, Facebook atau You Tube Sebagaimana Lirboyo, Langitan, Raudhatut thalibin dan masih banyak lagi. Ngaji Online menjadi sebuah budaya baru yang muncul pada masa New Normal ini dan ini tentu menarik juga kabar baik.

Semakin mudah seluruh masyarakat dari berbagai kalangan untuk bisa mempelajari seputar agama. Walau pada dasarnya lebih utama belajar secara langsung namun untuk kalangan yang bisa dibilang banyak alasan untuk tidak bisa nyantri kepada kyai entah alasan pekerjaan, kuliah atau yang lainnya, kini alasan itu bisa dikatakan lenyap dengan makin mudahnya akses untuk belajar agama.

Tidak bisa dipungkiri dengan adanya belajar agama online cukup membawa pengaruh besar dalam hal ideology dan keilmuan di masyarakat. Sebelumnya ada beberapa golongan Islam yang memasukkan ideology transnasional kepada pemuda bangsa dengan berbagai pemanisnya agar mengikutinya. Tentu itu akan sangat mudah diterima bagi pemuda yang notabennya tidak pernah mengenyam ilmu keislaman. Kejenuhan akan rasa jauhnya dengan agama tentu dirasa, hingga munculnya keinginan belajar agama dengan semangat yang menggebu. Sehingga sangat mudah untuk disesatkan apalagi jika sudah berikan dalil-dalil atas nama nabi.

Hal seperti ini akan sangat membahayakan bagi masa depan bangsa dan perdaban kedepannya. Pemuda adalah masa depan bangsa, bagaimana pemuda sekarang inilah yang nantinya akan menentukan bagaimana Islam kedepan.

Akun-akun ormas Islam besar yang membawa kedamaian bagi bangsa, amat sangat dibutuhkan, jangan hanya berisi konten tentang laporan kegitan atau ajang pamer eksistensi saja, namun terdapat sebuah konten edukasi yang kreatif dan mudah difahami oleh kaum milenial yang cenderung menyukai sesuatu yang instan, simple.

Budaya Baru di Masa New Normal pada Dunia Akademisi

Pada dunia akademisi Covid-19 ini cukup memberikan pengaruh yang besar, sebuah mobilitas dalam proses belajar dan mengajar. Misalnya pada tataran bawah dalam pendidikan yakni SD, SMP, SMA. Pada tataran sekolah dasar tentu pembelajaran secara tatap muka adalah sebuah sistem terbaik dalam proses pembelajaran namun dengan adanya situasi pandemi.

Anak yang usianya terlalu dini dalam berteknologi ini pun akan dipaksa untuk bisa memahami agar tidak ketinggalan pelajaran. Mungkin ini adalah hal yang sangat biasa bagi orang kota yang mana anak seusia ini sudah biasa dengan gadget mereka bahkan sebagai media hiburan agar anak tak lagi rewel.

Namun ini akan berbeda jika dilihat dari sudut pandang masyarakat desa terutama yang pelosok dan memang sering susah akan jaringan untuk gadget.

Ini sangat dirasakan oleh adik saya. Mereka yang sama sekali tak faham tetang dunia gadget dituntut untuk harus bisa mengoperasikannya, Entah berupa mengisi Google form, Menonton Youtube yang dijelaskan oleh gurunya kemudian disuruh mengerjakan tugasnya dan cara kreatif lain yang diterapkan oleh guru sehingga dapat difahami oleh muridnya demgan mudah. Demikian pula SMP, SMA dan sederajatnya.

Pada ranah mahasiswa perkuliahan online pun dilakukan dengan menggunakan berbagai media pembelajaran seperti Whatsapp, Zoom, You Tube, Google Meet dan lainnya. Yang menjadi menarik disini adalah semakin terbuka dan mudahnya seluruh proses pembelajaran yang sistemnya general stadium.

Jika pada situasi yang normal seminar nasional, diskusi, talkshow, dan lainnya mahasiswa dituntut untuk bisa hadir ke lokasi jika menginginkan untuk bisa mengikuti dan menerima pembelajaran darinya.

Namun, situasi pandemi sekarang untuk bisa menikmati seminar atau diskusi yang diselenggarakan oleh kampus manapun bisa dilakukan bahkan sambil rebahan. Disisi lain hal ini akan menjadi sebuah budaya baru dikalangan akademisi, yang mana kalangan akademisi akan sangat akrab dengan media, seperti webinar, diskon (diskusi online), talk show online dan lainnya sehingga budaya ini mungkin akan tetap dilestarikan pasca pandemi ini.

Pasalnya kegiatan online seperti ini sangat memudahkan kedua belah pihak, organisasi atau suatu komunitas mahasiswa bisa membuat kegiatan diskusi secara terbuka bahkan hingga tataran nasional tanpa mengelurkan anggaran dana juga tenaga yang besar. Dan masih banyak peradaban baru lainnya, yang akan membudaya pasca Covid-19 ini, seperti dalam sector perekonomian, jual beli, simpan pinjam, transportasi dan bahkan budaya hidup bersih yang mana selama ini masih banyak yang mengabaikannya, serta budaya lainnya yang masih banyak lagi.

Apalagi jika virus corona tak akan pernah hilang sebagaimana diungkapkan oleh WHO, melihat yang terus meningkatnya kasus positif yang hingga 25 mei 2020 mencapai 22.750 jiwa, dan pemerintah telah mulai membebaskan warganya untuk beraktifitas kembali dengan New Normal. Maka menjaga kesehatan masing-masing individu dengan mendisiplinkan diri agar senantiasa melaksanakan protokol kesehatan adalah hal yang utama. Agar keluarga dan orang-orang tersayang kita, terlindung dari virus Covid-19 ini.

Dengan adanya lockdown menguji seberapa kuat Indonesia bisa bertahan dengan kondisi ekonomi yang banyak berhenti. Ketika sekarang kasus positif Covid-19 semakin bertambah dan pemerintah telah mulai membebaskan masyarakatnya untuk kembali beraktivitas, lalu mungkinkah pemerintah tak lagi peduli dengan nyawa rakyatnya? Apakah masyarakat Indonesia siap untuk berdamai dengan wabah ini?
Diubah oleh miftahulabror5 27-05-2020 10:46
jqhalwusthaAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan jqhalwustha memberi reputasi
2
588
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan