- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tenaga Medis atau Nakes Indonesia Terserah adalah oknum


TS
arbib
Tenaga Medis atau Nakes Indonesia Terserah adalah oknum
Ramainya seruan sosial media dara para akun yang mengaku tenaga medis atau tenaga kesehatan, masih menuai pro kontra hingga saat ini.
Quote:
Tenaga medis memang merupakan garda terdepan dalam permasalahan kesehatan dunia. Ditengah pandemi virus corona covid-19saat ini, peran tenaga medis menjadi andalan banyak orang.
Bila bekerja sebagai tenaga medis, tentunya sudah melalui berbagai tahapan pendidikan. Selama tahapan pendidikan, moral, mental dan keahlian dibentuk. Hingga keluar yang namanya sertifikat, ijasah, ijin kerja atau praktek dan hal lain terkait itu. Dan semua resiko pekerjaan yang akan ditempuh selama menjalani pekerjaan, tentu saja sudah diberi tahu. Singkatnya, bila berani mengambil keputusan sebagai tenaga medis, maka harus siap dengan keahlian, mental, moral dan segala resiko pekerjaan yang sangatlah berat. Tidak bisa menjalankan sumpah yang disetujui saat memutuskan menjadi tenaga medis, itu harus ada tanggung jawabnya. Baik di dunia ini, maupun di hari kemudian.
Pandemi corona yang melanda saat ini, yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir, tentu saja membuat tenaga medis kalang kabut. Dalam kekalutan saat ini, ada beberapa oknum yang bermain guna menambah kerisauan masyarakat. Tak sedikit ada saja tenaga kesehatan yang nakal dan menjadi oknum. Ini yang mesti dibersihkan oleh organisasi yang membawahi profesi tenaga kesehatan.
Di awal pandemi corona diumumkan juga melanda negeri kita, kekalutan para tenaga medis terjadi. Memang jika kita lihat berbagai berita, berbagai tenaga medis kekurangan alat pelindung diri. Dalam menjalankan tugas, standar operasional prosedur, disaat wabah melanda, banyak tenaga medis hanya menggunakan perlengkapan APD ( alat pelindung diri ) seadanya.
Akibatnya, banyak tenaga medis yang terpapar dan gugur dalam menjalankan tugas. Mereka yang terpapar dan gugur ini, merupakan pahlawan dalam mengatasi masalah kesehatan. Mereka yang ikhlas bertugas dengan segala resikonya, layak kita sebut juga sebagai pahlawan tanpa tanda jasa seperti halnya profesi tenaga pendidik. Walaupun ada sertifikat yang mengapresiasi tugas dan tanggung jawabnya, namun resiko berat yang dapat hinggap, rasanya memang tak sebanding.
Ditengah perjuangan para pahlawan kesehatan ini, mungkin ada saja oknum nakal yang bermain. Keluhan kekurangan APD contohnya: ditimpakan kepada pemerintah. Ada lho, oknum tenaga medis yang kerjanya cuma menyalahkan sana sini di sosial media. Padahal, bila sang oknum mau berkaca pada diri sendiri, dia juga salah beberapa hal. Termasuk dalam perkiraan dan rencana antisipasi.
Kekurangan alat perlindungan diri, tentu saja tidak dapat dilimpahkan kepada pemerintahan semata. Jika kita melihat di berbagai penjuru dunia, hampir semua pemerintahan bisa dikatakan kelabakan menghadapi pandemi ini. Jika oknum tenaga medis hanya menyalahkan pihak lain, kenapa mereka tidak berani menyalahkan diri sendiri, atas ketidak siapannya.
Sebagai contoh, keluarga kami, pernah ada yang sakit hingga meninggal dirumah sakit. Untuk mengurus jenazah, kami harus menebus biaya yang cukup besar dan membuat keluarga kalang kabut. Hutang sana sini setelah dana patungan tak mencukupi tidak dapat dihindari. Siapa yang salah dalam hal ini?...
Apakah negara, rumah sakit , tenaga medis dan lainnya..?..
Dalam hal ini, tentu pihak lain tidak bisa disalahkan, yang salah adalah saya, karena keluarga kami tidak memiliki kemapanan secara finansial. Itu saja yang saya benamkan dalam pikiran, dari sejak kejadian 2010 lalu sampai dengan saat ini.
Kekurangan APD, ketiadaan obat dan vaksin hingga saat ini, tentu saja tidaklah etis menyalahkan pihak lain. Keberanian menyalahkan diri sendiri dan mencari solusinya, adalah langkah yang pantas ditempuh. Apalagi bila sudah dengan penuh kesadaran mengambil resiko menjalankan tugas. Sebagai masyarakat saya tentunya berharap, keluhan keluhan dari tenaga medis, tak perlu terlalu diumbar. Apalagi hingga bergema di sosial media dan menuai pro kontra. Sampai sampai ada aksi saling sindir lintas profesi. Ini sangat disayangkan.
Padahal, seharusnya kita saat ini, saling melengkapi dan menunjang. Sesuai dengan bidang profesi dan kemampuan kita masing masing tentunya. Aksi saling menyalahkan dan saling sindir lintas profesi tentu saja merupakan hal yang buruk. Mari kita sadari, kita seharusnya saling menghargai. Bukan sebaliknya.
Oknum nakes yang kerjanya cuma menyalahkan masyarakat yang berkerumun dengan berkoar di sosial media, itu cuma memperkeruh suasana. Masyarakat yang berkerumun juga mesti sadar dan selalu berupaya menjaga diri, agar tidak menambah beban tenaga medis yang saat ini sedang kelimpungan. Jika kita bersama mau sadar, maka jalan perjuangan mengatasi masalah kesehatan ini, akan sampai pada solusi terbaik.
Namun jika hanya saling menyalahkan saja, dengan alasan masing masing yang menjadi pembenaran, maka kekacauan sudah didepan mata kita.
Sebagai tenaga medis, bila masih menggaungkan kata Indonesia Terserah dan selalu mengeluh dalam berbagai media. Maka ia layak menyandang gelar sebagai oknum tenaga medis. Apalagi, yang sekarang numpang tenar ditengah masalah kesehatan yang bikin kita semua kelabakan. Dengan modal ijasah sebagai tenaga medis, mengeluh membabi buta, hanya menyalahkan pihak lain, lalu menjadi artis sosial media, rasanya itu bukanlah tujuan tenaga medis yang sesungguhnya.
Bila ada nakes atau tenaga medis yang berprilaku seperti itu, sebagai masyarakat, kita harus ingat dia adalah oknum. Oknum yang mengambil keuntungan ditengah kesulitan, yang dihadapi kita semua saat ini. Oknum inilah, yang membuat para tenaga medis sejati, bisa kehilangan martabat dan simpati masyarakat .
Padahal, masih banyak tenaga medis yang berjuang ikhlas menjalankan tugas di berbagai pelosok negeri. Contohnya, di daerah, mungkin masih banyak mantri sebagai tenaga kesehatan masyarakat, rela ditukar dengan singkong untuk dijadikan sebagai upah tugasnya oleh masyarakat.
Sang mantri tidak memandang apa materi yang didapat selama menjalankan kewajiban. Sang mantri hanya berupaya sebaik mungkin menjalankan tugas serta menunaikan sumpah pekerjaan dan kewajiban yang dijalaninya. Mereka inilah sejatinya sang pahlawan dalam dunia kesehatan.
Dan untuk oknum tenaga medis, sebaiknya segera sadar. Organisasi yang membawahi bidang kesehatan juga mesti mulai bersih bersih. Untuk membersihkan oknum tenaga medis yang merusak nama baik dan mulia petugas bidang kesehatan.
Pemerintah dan lembaga berwenang yang terkait, dengan bidang kesehatan, sebaiknya mencabut kewenangan oknum nakes dibidang medis. Jangan sampai masyarakat menjadi korban oknum yang tidak bertanggung jawab.
Dan sebagai masyarakat biasa, mari kita sadari, agar kita juga jangan sampai menjadi oknum pula. Apalagi menjadi sampah bagi masyarakat. Mari sama sama kita berkaca. Pihak lain tidak layak untuk kita salahkan, atas segala sesuatu yang buruk menimpa kita. Yang salah adalah kita sendiri, karena tidak mampu melakukan langkah pencegahan dan tindakan antisipasi serta solusinya.
Mari, kita upayakan perbaiki diri kita masing masing, segala hal yang terjadi diluar kemampuan kita, bila semua upaya yang kita lakukan sudah di batas maksimal daya kita. Kita pasrahkan saja kepada Yang Maha Kuasa. Yang Maha mengatur segala urusan...

Bila bekerja sebagai tenaga medis, tentunya sudah melalui berbagai tahapan pendidikan. Selama tahapan pendidikan, moral, mental dan keahlian dibentuk. Hingga keluar yang namanya sertifikat, ijasah, ijin kerja atau praktek dan hal lain terkait itu. Dan semua resiko pekerjaan yang akan ditempuh selama menjalani pekerjaan, tentu saja sudah diberi tahu. Singkatnya, bila berani mengambil keputusan sebagai tenaga medis, maka harus siap dengan keahlian, mental, moral dan segala resiko pekerjaan yang sangatlah berat. Tidak bisa menjalankan sumpah yang disetujui saat memutuskan menjadi tenaga medis, itu harus ada tanggung jawabnya. Baik di dunia ini, maupun di hari kemudian.
Pandemi corona yang melanda saat ini, yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir, tentu saja membuat tenaga medis kalang kabut. Dalam kekalutan saat ini, ada beberapa oknum yang bermain guna menambah kerisauan masyarakat. Tak sedikit ada saja tenaga kesehatan yang nakal dan menjadi oknum. Ini yang mesti dibersihkan oleh organisasi yang membawahi profesi tenaga kesehatan.
Di awal pandemi corona diumumkan juga melanda negeri kita, kekalutan para tenaga medis terjadi. Memang jika kita lihat berbagai berita, berbagai tenaga medis kekurangan alat pelindung diri. Dalam menjalankan tugas, standar operasional prosedur, disaat wabah melanda, banyak tenaga medis hanya menggunakan perlengkapan APD ( alat pelindung diri ) seadanya.
Akibatnya, banyak tenaga medis yang terpapar dan gugur dalam menjalankan tugas. Mereka yang terpapar dan gugur ini, merupakan pahlawan dalam mengatasi masalah kesehatan. Mereka yang ikhlas bertugas dengan segala resikonya, layak kita sebut juga sebagai pahlawan tanpa tanda jasa seperti halnya profesi tenaga pendidik. Walaupun ada sertifikat yang mengapresiasi tugas dan tanggung jawabnya, namun resiko berat yang dapat hinggap, rasanya memang tak sebanding.
Ditengah perjuangan para pahlawan kesehatan ini, mungkin ada saja oknum nakal yang bermain. Keluhan kekurangan APD contohnya: ditimpakan kepada pemerintah. Ada lho, oknum tenaga medis yang kerjanya cuma menyalahkan sana sini di sosial media. Padahal, bila sang oknum mau berkaca pada diri sendiri, dia juga salah beberapa hal. Termasuk dalam perkiraan dan rencana antisipasi.
Kekurangan alat perlindungan diri, tentu saja tidak dapat dilimpahkan kepada pemerintahan semata. Jika kita melihat di berbagai penjuru dunia, hampir semua pemerintahan bisa dikatakan kelabakan menghadapi pandemi ini. Jika oknum tenaga medis hanya menyalahkan pihak lain, kenapa mereka tidak berani menyalahkan diri sendiri, atas ketidak siapannya.
Sebagai contoh, keluarga kami, pernah ada yang sakit hingga meninggal dirumah sakit. Untuk mengurus jenazah, kami harus menebus biaya yang cukup besar dan membuat keluarga kalang kabut. Hutang sana sini setelah dana patungan tak mencukupi tidak dapat dihindari. Siapa yang salah dalam hal ini?...
Apakah negara, rumah sakit , tenaga medis dan lainnya..?..
Dalam hal ini, tentu pihak lain tidak bisa disalahkan, yang salah adalah saya, karena keluarga kami tidak memiliki kemapanan secara finansial. Itu saja yang saya benamkan dalam pikiran, dari sejak kejadian 2010 lalu sampai dengan saat ini.
Kekurangan APD, ketiadaan obat dan vaksin hingga saat ini, tentu saja tidaklah etis menyalahkan pihak lain. Keberanian menyalahkan diri sendiri dan mencari solusinya, adalah langkah yang pantas ditempuh. Apalagi bila sudah dengan penuh kesadaran mengambil resiko menjalankan tugas. Sebagai masyarakat saya tentunya berharap, keluhan keluhan dari tenaga medis, tak perlu terlalu diumbar. Apalagi hingga bergema di sosial media dan menuai pro kontra. Sampai sampai ada aksi saling sindir lintas profesi. Ini sangat disayangkan.
Padahal, seharusnya kita saat ini, saling melengkapi dan menunjang. Sesuai dengan bidang profesi dan kemampuan kita masing masing tentunya. Aksi saling menyalahkan dan saling sindir lintas profesi tentu saja merupakan hal yang buruk. Mari kita sadari, kita seharusnya saling menghargai. Bukan sebaliknya.
Oknum nakes yang kerjanya cuma menyalahkan masyarakat yang berkerumun dengan berkoar di sosial media, itu cuma memperkeruh suasana. Masyarakat yang berkerumun juga mesti sadar dan selalu berupaya menjaga diri, agar tidak menambah beban tenaga medis yang saat ini sedang kelimpungan. Jika kita bersama mau sadar, maka jalan perjuangan mengatasi masalah kesehatan ini, akan sampai pada solusi terbaik.
Namun jika hanya saling menyalahkan saja, dengan alasan masing masing yang menjadi pembenaran, maka kekacauan sudah didepan mata kita.
Sebagai tenaga medis, bila masih menggaungkan kata Indonesia Terserah dan selalu mengeluh dalam berbagai media. Maka ia layak menyandang gelar sebagai oknum tenaga medis. Apalagi, yang sekarang numpang tenar ditengah masalah kesehatan yang bikin kita semua kelabakan. Dengan modal ijasah sebagai tenaga medis, mengeluh membabi buta, hanya menyalahkan pihak lain, lalu menjadi artis sosial media, rasanya itu bukanlah tujuan tenaga medis yang sesungguhnya.
Bila ada nakes atau tenaga medis yang berprilaku seperti itu, sebagai masyarakat, kita harus ingat dia adalah oknum. Oknum yang mengambil keuntungan ditengah kesulitan, yang dihadapi kita semua saat ini. Oknum inilah, yang membuat para tenaga medis sejati, bisa kehilangan martabat dan simpati masyarakat .
Padahal, masih banyak tenaga medis yang berjuang ikhlas menjalankan tugas di berbagai pelosok negeri. Contohnya, di daerah, mungkin masih banyak mantri sebagai tenaga kesehatan masyarakat, rela ditukar dengan singkong untuk dijadikan sebagai upah tugasnya oleh masyarakat.
Sang mantri tidak memandang apa materi yang didapat selama menjalankan kewajiban. Sang mantri hanya berupaya sebaik mungkin menjalankan tugas serta menunaikan sumpah pekerjaan dan kewajiban yang dijalaninya. Mereka inilah sejatinya sang pahlawan dalam dunia kesehatan.
Dan untuk oknum tenaga medis, sebaiknya segera sadar. Organisasi yang membawahi bidang kesehatan juga mesti mulai bersih bersih. Untuk membersihkan oknum tenaga medis yang merusak nama baik dan mulia petugas bidang kesehatan.
Pemerintah dan lembaga berwenang yang terkait, dengan bidang kesehatan, sebaiknya mencabut kewenangan oknum nakes dibidang medis. Jangan sampai masyarakat menjadi korban oknum yang tidak bertanggung jawab.
Dan sebagai masyarakat biasa, mari kita sadari, agar kita juga jangan sampai menjadi oknum pula. Apalagi menjadi sampah bagi masyarakat. Mari sama sama kita berkaca. Pihak lain tidak layak untuk kita salahkan, atas segala sesuatu yang buruk menimpa kita. Yang salah adalah kita sendiri, karena tidak mampu melakukan langkah pencegahan dan tindakan antisipasi serta solusinya.
Mari, kita upayakan perbaiki diri kita masing masing, segala hal yang terjadi diluar kemampuan kita, bila semua upaya yang kita lakukan sudah di batas maksimal daya kita. Kita pasrahkan saja kepada Yang Maha Kuasa. Yang Maha mengatur segala urusan...

Diubah oleh arbib 25-05-2020 01:34






typhoe dan 5 lainnya memberi reputasi
6
4K
Kutip
38
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan