Lebaran Kali ini berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, utamanya tentang kunjungan dan sillaturrahmi kepada sanak saudara handa taulan.

biasanya beberapa hari sebelum lebaran sudah pada ngumpul ditempat bapak simbok atau simbah sebagai orang yang dituakan dan dimintai doa restu serta sebagai persatu bangsa (dalam keluarga).

Adanya corona atau Covid-19 ini membuat porak poranda budaya mudik atau pulang kampung yang berlaku pada masyarakat.

salah satunya terjadi di kampung halaman saya di salah satu dusun pada Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. 

yaitu pemberlakuan larangan masuk bagi pendatang H-3 sampai dengan H+5 alias mulai tanggal 19 sampai dengan 27 Mei 2020, sampean orang luar atau domisilinya tidak di kampung ini (meski KTP nya warga lokal) akan tetap dihalau tidak boleh masuk kampung.

segala akses masuk ke kampung ditutup dengan palang baik dari bambu seng ataupun besi, pokoknya kendaraan roda dua apalagi roda empat tidak bisa masuk menuju kampung.

hanya menyisakan 1 jalan keluar masuk dengan keberadaan portal yang dijaga oleh pemuda.

syahdan kiranya saya balik kampung 4 hari sebelum lebaran alias H-4 (tidak kena cekal penduduk kampung karena aturannya adalah H-3).

tapi tetap saja dicegat di pintu masuk. yang dilakukan pemuda di pintu masuk adalah bertanya ini itu yang intinya sebagai berikut;

1. mau ke tempatnya siapa
2. berapa lama kunjungan

jika masuk akal kemudian anda akan diukur suhu badan dengan peralatan seperti pistol kecil, entah apa namanya saya lupa, termometer tembak atau apalah, empat orang di kisaran panas 36, sekian celcius. 

juga dicatat ada berapa personel yang berkunjung dalam buku besar agenda yang sepertinya milik karang taruna.

ternyata keesokan harinya masih ada lagi yang perlu dilakukan nih.

jam sembilanan pagi di samperin pemuda karang taruna (2 orang) yang memakai masker kain (masker kain??).

mereka bawa blangko surat kesanggupan yang perlu ditandatangani pendatang, isi dari kesanggupan ini berupa isolasi mandiri, pemakaian masker, tidak bepergian ke tempat umum juga hal lain seputar kesehatan yang agan agan banyak dengar berkaitan dengan berdamai dengan corona.

dikonfirmasi pula tentang surat kesehatan dari puskesmas, dan apakah sudah lapor ke pak RT RW juga ditanya bagaimana besok akan sholat Idul Fitri (sepertinya kampung melaksanakan Idul Fitri ya?).

beres ngisi surat kesanggupan, ya sudah dilanjutkan pecarian surat kesehatan dari puskesmas setempat, blaik ternyata malah tutup tanggal merah, penjaga juga tidak mau tau pokoknya tidak melayani pencarian surat kesehatan alasannya tutup.

diminta memo atau surat yang memberitahukan kalau puskesmas tidak melayani persuratan karena sedang libur pun sang petugas tetap tidak bergeming.

ya sudah, ribet rame rame datang ke puskemas, (8 orang) balik lagi dengan tangan hampa, di gerbang sepertinya para penjaga sudah mafhum, kita lambaikan tangan dan portal dibuka, kemudian sekalian mampir ke tempat pak Erte Laporan atas kedatangan sebagai tamu di kampung halaman selama sekian hari di kampung halaman sendiri.

Selanjutnya sekalian mampir rumah Pak Erte guna melaporkan diri sebagai pendatang yang menginap di kampung halaman selama beberapa hari sampai dengan lebaran.

pak erte pun memberikan penjelasan alasan dan pertimbangan pemberlakuan yang dibuat setelah melewati kesepakatan dari warga. tinggal menunggu di cek setiap pagi dan sore oleh Pemuda (sepertinya mustahil juga sih yang ngukur suhu badan para pemudi nya, padahal ngareep ).

tinggal besoknya nunggu solat idul fitri, kali aja tar diperbolehkan seperti dibuka nya mall. ada kalimat yang menggelitik, salat ied dilarang, pergi ke mall diperbolehkan, apa sholat ied di mall atau bandara saja ya?

nah itu pengalaman saya saat mudik ke kampung halaman di saat wabah corona alias covid-19, bagaimana situasi anda yang mudik kampung dan di karantina?

sory gan ada fotonya, abis mau upload koq gagal melulu, maklum newbie