Kembali lagi terjadi seorang Istri TNI mengkritik Presiden, nasib suami ditangan Sidang Militer. Nampaknya Jabatan sebagai Presiden memang menggiurkan, namun amanah tersebut kalau dipegang orang yang tak berkualitas akan jadi bumerang. Terlebih lagi sosok Presiden saat ini di pilih oleh partai, padahal kita tahu ditubuh partai kebijakan dan langkah strategis yang diambil akan memberikan celah agar lebih mengutamakan kepentingan partai terlebih dahulu.





Terlebih dimasa pandemi, kritikan banyak tertuju pada abdi negara yang sedang menjalankan gerbong pemerintahan. Keputusan dan kebijakannya sangat ditunggu agar meredam keadaan dilapisan masyarakat bawah. Namun yang terjadi seperti yang kita sudah alami, kebijakan setengah hati, kebijakan trial dan error, kebijakan tarik ulur mewarnai apa yang terjadi ketika kita menangani hal yang sangat penting yaitu "Pandemi" jelas efeknya terasa, dari wong cilik hingga golongan ningrat semuanya merana dan berharap ada keputusan yang tegas dari pihak istana, jangan terjadi lagi bentrok antara pusat dan daerah ketika yang satu ingin ke kiri yang satu ke kanan. Pusing sirah ini Pakde, wes mumet, sampai-sampai petugas medis pun berkata "Terserah" apalagi kami yang hanya bisa rebahan tanpa ada pekerjaan, yang jelas-jelas sajalah tak usah ditutupi untuk "Herd Immunity" monggo semua kembali ke suasana normal.







Dari kacamata saya pemerintah memang tak sepenuhnya salah, karena sulit menentukan kebijakan permanent ketika kita tidak tahu apa yang mesti dilakukan jadi kebijakan coba-coba menjadi bukti betapa sulitnya mengurus negara ketika diambang kehancuran.

Tapi bagaimana bila yang mengkritik Istri TNI? Nasibnya bisa beda cerita seperti yang terjadi di Aceh.

Dikutip dari sebuah media,





Sosok Serda K ini adalah anggota dari Kodim Pidie, Korem Lilawangsa, Kodam Iskandar Muda (Aceh). Berkat aksi jari istrinya yang mengkritik Presiden, akhirnya beliau terkena getahnya.

Sang istri kritik tentang foto konser "bersatu lawan corona" namun kerumunan orang menumpuk, sebuah kata-kata mutiara pun terlontar dengan lugas.

Maka sang Istripun sudah pasti tersangkut UU ITE, setidaknya inilah yang terjadi ketika institusi negara serta keluarganya yang memang hak untuk bicaranya dibatasi, apalagi ketika masuk ke ranah politik secara gamblang. Beda cerita ketika sudah menjadi warga sipil, tidak ada lagi pangkat dan Jabatan di TNI.





Sebelumnya ada istri Serma T yang melakukan hal serupa, dan sang suami terkena sangsi pemahanan ringan selama 14 hari. Ketika mengatakan "rezim ini segera tumbang" diingatkan oleh temannya jawabnya " Yang gaji TNI bukan negara, tapi rakyat" dalam bahasa Jawa.

Kenapa ada hak bicara yang dibatasi, karena menurut saya inilah bagian dari membela negara agar tidak ada kudeta dari pihak militer kepada pemerintahan negara. Jadi buat gansist semua yang mempunyai kerabat atau orang tua baik Polisi maupun TNI nikmati saja hidup, jangan suka heboh di media sosial.

Bayangkan bila semua istri tentara share di medsos membenci pemerintah, lambat laun suaminya bisa terkontaminasi baik itu Jendral hingga kopral pun tak mungkin menolak mendengar keluh kesah sang istri tercinta maka yang terjadi bisa saja akan ada kudeta militer.





Diam lebih baik daripada kena sangsi, tapi kalau gatel ingin mengkritik tak harus di media sosial facebook, twitter, dan lainnya namun bisalah buat cerita bersambung di sfth tempatnya forum kaskus tercinta tentang keadaan negara, dengan alur yang berbeda seperti kisah Ramayana. Salam, saya c4punk see u next thread.